Pada tahun 1997 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997. Peraturan ini bertujuan untuk
mempercepat terwujudnya kemitraan, karena di dalamnya dipaparkan tata cara penyelanggaraan, pembinaan dan pengembangannya. Setahun setelah
peraturan tersebut keluar maka pada tahun 1998 dicetuskanlah Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 tentang bidang atau jenis usaha yang
dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang atau jenis usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan. Bidang-bidang yang tercantum dalam keputusan
tersebut adalah bidang pertanian, perkebunan, peternakan, periklanan, industri makanan atau minuman, industri tekstil dan industri percetakan. Menurut Hakim
2004 semua bidang usaha tersebut wajib bermitra dengan usaha kecil dengan pelbagai bentuk kemitraan melalui penyertaan saham, inti plasma, sub kontrak,
waralaba, perdagangan umum, keagenan dan bentuk lainnya melalui suatu perjanjian tertulis.
2.4. Tujuan Kemitraan
Usaha kecil perlu memberdayakan dirinya dengan beberapa cara diantaranya adalah dengan pembinaan dan pengembangan usaha kecil melalui
kemitraan usaha. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara optimal. Secara rinci Hakim 2004 memaparkan tujuan dari
kemitraan yaitu : 1. Tujuan dari Aspek Ekonomi
Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara kongkrit yaitu :
a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan agar lebih
menguntungkan
c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional e. Memperluas kesempatan kerja
f. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional
2. Tujuan dari Aspek Sosial dan Budaya Sebagai wujud tanggung jawab sosial dari pengusaha besar menurut Hakim
2004 dapat diwujudkan melalui pemberian pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha kecil. Dengan pembinaan dan bimbingan yang terus
menerus diharapan pengusaha kecil dapat tumbuh dan berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan mandiri. Selain itu berkembangnya
kemitraan diharapkan dapat menciptakan pemerataan pendapatan dan mencegah kesenjangan sosial. Dari segi pendekatan kultural, tujuan
kemitraan adalah agar mitra usaha dapat menerima dan mengadaptasikan nilai-nilai baru dalam berusaha seperti perluasan wawasan, prakarsa dan
kreativitas, berani mengambil risiko, etos kerja, kemampuan aspek-aspek manajerial, bekerja atas dasar perencanaan dan berwawasan ke depan
Supeno dalam Karim, 1997. 3. Tujuan dari Aspek Teknologi
Usaha kecil mempunyai skala usaha yang kecil baik dari sisi modal, penggunaan tenaga kerja dan orientasi pasar. Selain itu, usaha juga bersifat
pribadi atau perorangan sehingga kemampuan untuk mengadopsi teknologi dan menerapkan teknologi baru cenderung rendah. Dengan demikian,
diharapkan dengan adanya kemitraan, pengusaha besar dapat membina dan
membimbing peternak untuk mengembangkan kemampuan teknologi produksi sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha.
4. Tujuan dari Aspek Manajemen Pengusaha kecil selain memiliki tingkat teknologi yang rendah juga memiliki
pemahaman manajemen usaha yang rendah. Dengan kemitraan usaha diharapkan pengusaha besar dapat membina pengusaha kecil untuk
membenahi manajemen, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memantapkan organisasi usaha.
2.5. Pola Kemitraan
Menurut Keputusan Menteri Pertanian No. 940kptsOT.2101097 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian yang merupakan penjabaran dari Undang-
Undang No. 9 Tahun 1995 dan PP No. 44 Tahun 1997, pola kemitraan dibagi kedalam enam kelompok yaitu inti plasma, subkontrak, dagang umum,
keagenan, kerjasama operasional agribisnis dan waralaba.
2.5.1. Inti Plasma
Pola ini merupakan pola hubungan kemitraan antara petanikelompok tani atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra
usaha. Pasal 27 huruf a Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, menerangkan pengertian pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya dalam menyediakan
lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang
diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Peran usaha besar juga harus diimbangi oleh usaha kecil dengan memanfaatkan fasilitas yang