BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam broiler atau yang sering juga disebut ayam ras pedaging adalah
istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil
daging Murtidjo , 1990. Secara rinci Rasyaf 1999 menyebutkan bahwa ayam broiler memiliki pertumbuhan yang sangat pesat pada umur 1-5 minggu dan
sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3- 1,4 kg.
Selanjutnya Rasyaf 1999 juga mengemukakan bahwa ciri khas ayam broiler adalah : a rasanya enak dan khas, b dagingnya empuk dan banyak, c
pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama. Selain itu, bila dilihat dari kandungan gizi, daging ayam merupakan sumber
protein yang berkualitas. Dalam 100 gram daging ayam mengandung 18.20 gram protein dan 404.00 Kkalori yang berguna untuk menambah energi. Kandungan
gizi yang ada dalam ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Kandungan Gizi Daging Ayam Nilai Gizi per 100 gram
Jumlah
Kalori Kkal 404.00
Protein gram 18.20
Lemak gram 25.00
Kolesterol mg 60.00
Vitamin A mcg 243.00
Vitamin B1 gram 0.80
Vitamin B6 gram 0.16
Asam Linolenat mg 6.20
Kalsium gram 14.00
Posfor mg 200.00
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1992
Berbagai ciri khas yang telah diuraikan sebelumnya membuat usaha ternak ayam broiler banyak diminati. Selain karena periode produksi dan
panennya yang cepat serta kandungan gizi yang lengkap, usahanyapun dapat dilakukan dalam berbagai skala, baik skala besar maupun skala kecil.
Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 472KptsTN.33061996, untuk individu atau kelompok usaha bersama atau
koperasi dengan jumlah ternak ayam ras yang boleh dipelihara tidak melebihi 15.000 per periode, Sedangkan perusahaan peternakan dengan jumlah ternak
minimal 15.000 ekor dan maksimal 65.000 per periode. Namun demikian, ternyata peraturan tersebut tidak berjalan semestinya. Banyak petani mandiri
membudidayakan ternak ayam melebihi 15.000 ekor, contohnya petani di Gegerbitung Sukabumi yang beternak ayam sejumlah 20.000 ekor per periode.
Berdasarkan Keppres No. 22 tahun 1990 dinyatakan bahwa perusahaan berskala besar juga dapat melakukan budidaya ayam ras dengan skala
dibebaskan dengan syarat melakukan pembinaan ke peternak rakyat. Ditambahkan lagi oleh pendapat Imaduddin 2001 bahwa perusahaan
peternakan haruslah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus- menerus pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial
yang meliputi kegiatan perusahaan pemotongan ayam, pabrik pakan, dan perusahaan perdagangan sarana produksi ternak.
Usaha peternakan ayam broiler dikembangkan dengan kecenderungan ke arah integritas vertikal dengan pertimbangan banyaknya usaha ternak skala
kecil, keuntungan yang diperoleh dan mengurangi resiko usaha. Integritas vertikal merupakan bagian dari struktur industri tipe industrial dimana seluruh
bidang pada satu alur produk disatukan dalam satu kelompok usaha yang
kemudian dikenal dengan Unit Agribisnis Industrial UAI. UAI mengintegrasikan subsistem agribisnis hulu, usahaternak, hilir dan jasa penunjang.
1. Subsistem Hulu
Industri hulu dalam peternakan ayam broiler merupakan kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi sapronak yang berkaitan dengan
pembudidayaan ayam broiler Pambudi, 1999. Subsistem ini merupakan bagian awal dari agribisnis dan merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi agar usaha dapat berjalan dengan lancar. Industri pakan,obat- obatan, mesin dan peralatan, serta pembibitan merupakan bagian dari
subsistem ini. 2. Subsistem Usaha Ternak
Dalam subsistem inilah hasil dari industri hulu digunakan untuk menghasilkan komoditas ternak. Dalam pola kemitraan pelaku utama dari subsistem
usahaternak adalah peternak plasma dan perusahaan inti berperan penting dalam mengajarkan dan mengontrol proses budidaya serta penerapan
manajemen yang baik dalam proses tersebut. 3. Subsistem
Hilir Menurut Pambudy 1999, subsistem hilir adalah kegiatan mengolah
komoditas peternakan primer menjadi produk olahan baik dalam bentuk antara intermediate product maupun dalam bentuk akhir finished product
beserta kegiatan perdagangan dan distribusinya. 4. Subsistem Jasa Penunjang
Subsistem jasa penunjang merupakan bagian yang menyediakan jasa penunjang bagi ketiga subsistem agar kegiatan UAI berjalan lancar.
Subsistem jasa penunjang mencakup bidang keuangan, infrastruktur, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan konsultasi agribisnis hingga