Peranan Pemerintah Pelaku Kemitraan

2. Pelaksanaannya oleh masing-masing perusahaan dan secara bersama untuk hal yang khusus. 3. Target calon mitra adalah usaha kecil dan menengah yang sudah terkait, yang belum terkait dan menumbuhkan pengusaha baru, baik di pusat maupun daerah. 4. Masing-masing perusahaan akan diorong untuk membentuk direktur dan tim kemitraan serta memberikan dukungan bisnis kemitraan riil dan dana pembinaan yang diperlukan. 5. Bagi yang sudah terkait bentuk kemitraannya akan berupa pembinaan, pengembangan dan penambahan volume order bisnis. 6. Bagi usaha kecil dan menengah yang belum terkait maupun untuk pertumbuhan pengusaha baru, maka akan didorong agar masing-masing kelompok perusahaan, sendiri atau bersama-sama dapat memberikan bantuan umum seperti pelatihan, konsultasi serta bantuan perkuatan bisnis yang intinya memberikan dukungan kepastian pasar, banuan teknis mutu, desain dan dukungan akses keuangan. 7. Pada saat usaha kecil dan menengah mampu mandiri mangakses pasar, maka mereka sudah bukan prioritas binaan lagi. 8. Program kemitraan dapat dilaksanakan dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. 9. Komitmen kemitraan harus memuat jumlah mitra usaha yang direncanakan, jenis bisnis, bentuk, taksiran tentang nilai transaksi, penanggung jawab pihak usaha besar, lokasi usaha mitra usaha kabupaten, propinsi dan jadwal pelaksanaan kemitraan. Selain program ini, pemerintah juga mengeluarkan Undang Undang diantaranya : 1. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling membutuhkan. 2. UU No. 9 Tahun 1995 Bab VII tentang kemitraan, Pasal 26 Ayat 1, 3 dan 4. Pasal 26 Ayat 1, disebutkan bahwa usaha menengah dan usaha besar melaksanakan hubungan kemitraan dengan usaha kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki keterikatan usaha. Sementara pada Ayat 3 dinyatakan kemitraan dilaksanakan disertai pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan pemasaran, permohonan, sumberdaya manusia dan teknologi. Ayat 4 menyatakan bahwa dalam melakukan hubungan kemitraan kedua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara.

2.8.4. Peranan Penyandang Dana

Usaha kemitraan sebagian besar berhubungan dengan peternak kecil. Oleh sebab itu, penyandang dana diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan peternak. Kemampuan menyesuaikan diri ini dapat ditunjukkan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Memperlunak persyaratan pengambilan kredit 2. Menyederhanakan prosedur pengambilan kredit 3. Pencairan kredit yang tepat pada waktunya 4. Memperbolehkan peternak untuk menjaminkan hasil usahanya sebagai jaminan kredit 5. Mengusahakan kerjasama dengan perusahaan Ketika penyandang dana bekerjasama dengan perusahaan inti maka perusahaan inti merupakan wakil penyandang dana, mulai dari perencanaan, penyaluran, pengawasan usaha dan pengambilan kredit. Dengan melakukan kerjasama tersebut maka penyandang dana akan mendapatkan pengembalian kredit secara lancar dan tepat waktu.

2.9. Penelitian Terdahulu

Penelitian terhadap kemitraan telah banyak dilakukan, tetapi kebanyakan berkisar tentang analisis pola kemitraan yang diterapkan. Sementara penelitian ini akan membahas tentang peranan dari kemitraan tersebut terhadap peningkatan pendapatan peternak, sehingga hanya beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan. Berikut ini, pada Tabel 7 ditampilkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dari penelitian yang dilakukan oleh Handoko 2003 dapat diketahui bahwa PT Sierad Produce merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan kerjasama kemitraan dalam pembudidayaan ayam broiler. Kerjasama tersebut diawali dengan sistem bapak angkat dan kemudiaan berkembang menjadi kemitraan inti plasma. Dengan menganalisis kelembagaan, pola koordinasi dan kontrol kelembagaan dapat diketahui bahwa PT Sierad Produce melakukan pengendalian terhadap peternak mitra dengan menetapkan harga-harga input, bonus dan sanksi dalam kontrak kerjasama. Pembinaan budidaya dilakukan dengan cara menugaskan Staf Technical Service TS ke lokasi pembudidayaan ayam. Tabel 7. Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Penulis Tahun Tujuan 1. Analisis Kelembagaan Pola Kemitraan dalam Agribisnis Peternakan Ayam Broiler Kasus Kemitraan PT Sierad Produce Tbk di Wilayah Bogor Ferdian Handoko 2003 Menganalisis kelembagaan pola kemitraan dengan aspek batas jurisdiksi, property right dan aturan representasi, mengkaji koordinasi kelembagaan dan faktor yang mempengaruhinya, mengkaji pola kontrol lembaga terhadap kemitraan. 2. Analisis Kemitraan Pola Perusahaan Inti-Rakyat PIR Usaha Peternakan Ayam Broiler Kasus PT Ciomas Adisatwa Sukabumi Rihad Imaduddin 2001 Mengetahui mekanisme pelaksanaan pola kemitraan, mengetahui perolehan pendapatan peternak plasma dan besarnya insentif bagi perusahaan inti dari kerjasama tersebut. 3. Dampak Pelaksanaan Kemitraan terhadap Pendapatan Petani Mitra Studi Kasus : Kemitraan antara PT Bumi Mekar Tani dengan Petani Kacang Tanah di Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang Dyah Saraswati 2002 Mempelajari pelaksanaan kemitraan, peningkatan pendapatan petani dan menidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh para pelaku kemitraan. Kemudian analisis kemitraan yang dilakukan oleh Imaduddin tahun 2001 memfokuskan pada perolehan pandapatan dan insentif yang diterima oleh peternak. Didalam penelitianya peternak mitra distratifikasi menjadikan tiga skala yaitu skala I 5000-9000 ekor, skala II 9000-18.000 ekor dan skala III diatas 18.000-55.000 ekor. Dari analisis pendapatan yang dilakukan disimpulkan bahwa semakin besar skala usaha semakin besar pendapatan dan insentif perusahaan diperoleh dari penjualan pakan, doc, obat, vaksinasi, vitamin dan selisih harga jual ayam marjin tataniaga. Jika dibandingkan dengan perolehan pendapatan peternak plasma, maka terlihat bahwa insentif yang diperoleh pihak perusahaan inti lebih besar. Hal ini menunjukan bahwa kemitraan pola PIR yang dilakukan lebih menguntungkan inti. Lain halnya dengan Imaduddin, Saraswati 2002 lebih memfokuskan penelitiannya pada pelaksanaan kemitraan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kemitraan tersebut. Dari hasil pengamatannya, perusahaan