Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

dihadapkan pada kesulitan pengadaan bahan baku. Selama ini perusahaan mengandalkan impor dari luar negeri karena terbatasnya bahan baku dan kualitas bahan baku lokal yang tidak sesuai standar mutu, sehingga biaya produksi meningkat. Usaha yang ditempuh adalah dengan meningkatkan kemampuan teknologi produksi dan manajemen. Hasil dari pelaksanaan kemitraan ternyata meningkatkan produktivitas usahatani sebagai akibat dari kemampuan petani dalam hal permodalan, teknologi, dan manajerial. Selain itu, marjin tataniaga dan bargaining position petani pun semakin besar karena jalur tataniaga diperpendek, akses pasar terjamin dan informasi pasar mudah diperoleh.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Definisi usahatani adalah kombinasi yang tersusun organisasi dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian Soeharjo dan Patong, 1973. Keempat unsur pokok tersebut akan dikelola oleh petani bersama dengan fasilitas yang ada diatasnya seperti bangunan-bangunan, saluran air dan tanaman ataupun hewan ternak. Pendapat ini kemudian diperinci oleh Tjakrawilaksana 1983 bahwa usahatani adalah organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal yang beranekaragam jenisnya, dan unsur pengelolaan atau manajemen yang perannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Pengertian usahatani adalah segala kegiatan yang menggunakan tanah, kerja dan modal dengan tujuan untuk produksi di lapangan pertanian demi tercapai dan terpenuhinya kebutuhan hidup manusia, mencari laba atau kombinasi keduanya Tjakrawilaksana, 1983. Soeharjo dan Patong 1973 membagi petani menjadi dua kategori berdasarkan motif pelaksanaannya yaitu 1. Usahatani subsisten adalah usahatani yang dilakukan dengan motif untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaran uang 2. Usahatani komersial adalah usahatani yang pelaksanaannya dilakukan dengan motif mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka terdapat empat unsur pokok dalam suatu usahatani yang saling terkait dalam pelaksanaannya. Unsur pokok tersebut adalah tanahlahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen. Tanah merupakan faktor produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain dan distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata. Perbedaan golongan petani berdasarkan luas tanah tersebut akan berpengaruh terhadap sumber dan distribusi pendapatannya Hernanto,1991. Tenaga kerja merupakan input kedua selain tanah, modal dan manajemen. Terdapat tiga jenis tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja usahatani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Unsur ketiga yang sama pentingnya dengan dua unsur di atas adalah modal. Modal adalah barang atau jasa yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru yaitu produksi petanian Hernanto,1991. Pada kegiatan usahatani modal dibagi dua yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan dan lain-lain. Sedangkan contoh modal bergerak adalah uang tunai, piutang di bank, tanaman, ternak dan lain-lain. Manajemen atau pengelolaan usahatani sebagai unsur yang terakhir, adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari setiap keberhasilan itu adalah produktivitas dari setiap faktor. Soekartawi dkk 1986 menyatakan bahwa petani kecil adalah 1. Petani yang berpendapatan rendah. 2. Petani yang memiliki lahan yang sempit. 3. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas. 4. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik. Dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa petani kecil memiliki berbagai keterbatasan dari keempat unsur pokok usahatani. Segala keterbatasan yang dimilikinya maka petani menjadi tidak mau untuk menanggung risiko. Scott dalam Nainggolan 2001 menjelaskan adanya perilaku petani yang tidak mau menanggung risiko dalam pengambilan keputusan usahatani disebabkan oleh adanya dilema ekonomi sentral yang yang dihadapi oleh kebanyakan rumah tangga petani. Perilaku yang demikian disebut dengan safety first atau mendahulukan keselamatan, adalah merupakan ciri petani tingkat bawah dan menengah. Keberhasilan mengelola usahatani dapat diukur dari pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh. Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun yang tidak dijual. Seluruh produk dinilai berdasarkan harga kontrak yang ditetapkan oleh perusahaan inti. Biaya total usahatani diartikan sebagai nilai semua masukkan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang seperti biaya pembelian sarana produksi benih, pupuk dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan alat, nilai tenaga kerja dalam keluarga di perhitungkan, sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, dan penggunaan benih dari hasil produksi.