Pengertian Kemitraan TINJAUAN PUSTAKA

Unsur yang terlibat adalah pemberian sapronak, produksi, pemasaran dan pengolahan lebih lanjut. Pada Gambar 1 terlihat secara jelas bahwa perusahaan dan peternak memiliki hubungan timbal balik yang seharusnya saling membutuhkan, dimana perusahaan perlu peternak untuk produksi dan peternak perlu perusahaan untuk pinjaman sapronak dan pemasaran hasil. Perusahaan Dikirim ke RPA Pembeli Ayam Hidup Konsumen Pedagang Pengecer Instansi Perusahaan Pedagang Pengumpul Peternak Gambar 1. Jalur Operasional Pola Kemitraan Peternak melalui kerjasamanya dengan perusahaan berusaha untuk memasarkan hasil produksinya. Berdasarkan kerjasama yang berbentuk kemitraan tersebut maka perusahaan akan menyalurkan hasil produksi peternak ke rumah pemotongan ayam RPA dan pembeli ayam hidup yang pada akhirnya akan dibeli oleh konsumen baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.

2.3. Latar Belakang Kemitraan

Seorang ahli pikir Yunani kuno, Aristoteles, menyatakan bahwa manusia itu adalah zoon politikon. Zoon politikon adalah manusia sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya Kansil, 1984. Dalam pendapat tersebut manusia adalah makhluk yang suka bermasyarakat dan suka bergaul satu sama lain sehingga disebut manusia sebagai makhluk sosial. Keinginan untuk bergaul dapat tercipta dalam sebuah kerjasama bisnis yang memiliki tujuan-tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut terdapat kegiatan pembinaan dan pengembangan dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, kerjasama ini berkembang dan sering disebut dengan istilah kemitraan. Di Indonesia sebenarnya pembinaan dan pengembangan kemitraan ini telah dimulai pada tahun 1984 yaitu dengan Undang-undang Nomor 5 yaitu Undang-Undang Perindustrian Hakim, 2004. Namun gerakan ini hanya merupakan himbauan karena belum ada peraturan yang khusus mengenai hak dan kewajiban serta sanksi bagi pengusaha kecil dan pengusaha besar. Usaha pembinaan dan pengembangan kemitraan oleh pemerintah dilanjutkan dengan mengeluarkan Kepmenkeu RI Nomor 316KMK.0161994 setelah dirubah menjadi Kepmenkeu RI Nomor 60KMK.0161996 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Dalam keputusan ini BUMN diwajibkan untuk menyisihkan dana pembinaan sebesar satu hingga tiga persen dari keuntungan bersih, penjualan saham perusahaan besar dan lain sebagainya Hakim, 2004. Selanjutnya pada tahun 1995, untuk mempertegas landasan hukum pemberdayaan usaha kecil diciptakanlah Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil dan kemitraan. Langkah konkrit dari Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 adalah pencanangan gerakan program Kemitraan Usaha Nasional KUN oleh Presiden pada tahun 1996. Gerakan ini pada intinya ingin menekankan bahwa kemitraan usaha merupakan upaya yang tepat untuk memadukan kekuatan-kekuatan ekonomi nasional. Pada tahun 1997 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997. Peraturan ini bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kemitraan, karena di dalamnya dipaparkan tata cara penyelanggaraan, pembinaan dan pengembangannya. Setahun setelah peraturan tersebut keluar maka pada tahun 1998 dicetuskanlah Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 tentang bidang atau jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang atau jenis usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan. Bidang-bidang yang tercantum dalam keputusan tersebut adalah bidang pertanian, perkebunan, peternakan, periklanan, industri makanan atau minuman, industri tekstil dan industri percetakan. Menurut Hakim 2004 semua bidang usaha tersebut wajib bermitra dengan usaha kecil dengan pelbagai bentuk kemitraan melalui penyertaan saham, inti plasma, sub kontrak, waralaba, perdagangan umum, keagenan dan bentuk lainnya melalui suatu perjanjian tertulis.

2.4. Tujuan Kemitraan

Usaha kecil perlu memberdayakan dirinya dengan beberapa cara diantaranya adalah dengan pembinaan dan pengembangan usaha kecil melalui kemitraan usaha. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara optimal. Secara rinci Hakim 2004 memaparkan tujuan dari kemitraan yaitu : 1. Tujuan dari Aspek Ekonomi Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara kongkrit yaitu : a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan agar lebih menguntungkan