3. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas. 4. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik.
Dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa petani kecil memiliki berbagai keterbatasan dari keempat unsur pokok usahatani. Segala keterbatasan yang
dimilikinya maka petani menjadi tidak mau untuk menanggung risiko. Scott dalam Nainggolan 2001 menjelaskan adanya perilaku petani yang tidak mau
menanggung risiko dalam pengambilan keputusan usahatani disebabkan oleh adanya dilema ekonomi sentral yang yang dihadapi oleh kebanyakan rumah
tangga petani. Perilaku yang demikian disebut dengan safety first atau mendahulukan keselamatan, adalah merupakan ciri petani tingkat bawah dan
menengah. Keberhasilan mengelola usahatani dapat diukur dari pengeluaran dan
pendapatan yang diperoleh. Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun yang tidak dijual.
Seluruh produk dinilai berdasarkan harga kontrak yang ditetapkan oleh perusahaan inti.
Biaya total usahatani diartikan sebagai nilai semua masukkan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Biaya usahatani dapat dibedakan
menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang seperti biaya pembelian sarana
produksi benih, pupuk dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya
pendapatan kerja petani jika penyusutan alat, nilai tenaga kerja dalam keluarga di perhitungkan, sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, dan
penggunaan benih dari hasil produksi.
Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan biaya total usahatani merupakan pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih ini mengukur
imbalan yang diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh sebab itu, nilai tersebut dijadikan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan
untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Analisis pendapatan mempunyai dua tujuan yaitu menggambarkan
keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan Fitrifani, 2003. Alat analisis lain
yang dapat digunakan adalah analisis imbangan penerimaan terhadap biaya RC Ratio. Dalam analisis RC Ratio akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang
dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya Soeharjo dan Patong, 1973.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Ketidakmampuan peternak kecil untuk mengembangkan usaha berasal dari berbagai faktor. Dari berbagai faktor tersebut faktor utama yang menjadi
penyebab adalah keterbatasan modal, teknologi dan pasar. Keterbatasan inilah yang membuat peternak tidak dapat berusaha secara mandiri dan pada akhirnya
akan mengurangi profitabilitas peternak. Kondisi ini menyebabkan mereka tidak
mampu mengembangkan skala usaha. Berangkat dari berbagai kendala ini maka peternak perlu untuk menjalin
kerjasama dengan perusahaan peternakan dalam bentuk kemitraan. Keuntungan yang dapat diperoleh oleh peternak diantaranya adalah ketersediaan sarana
produksi ternak sapronak yang lebih terjamin karena tersedia dalam kuantitas yang mencukupi, kualitas yang baik dan ketersediaan yang terus-menerus.
Selain itu peternak dapat memperbaiki cara budidaya karena perusahaan menyediakan tenaga-tenaga ahli yang mengontrol kegiatan produksi.
Ketersediaan sapronak dan kegiatan pengontrolan dari perusahaan dapat meningkatkan produksi baik dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga hasil
panen dapat dijual sesuai dengan harga kontrak yang berlaku. Keberhasilan dalam produksi dan ketersediaan pasar yang jelas pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan peternak. Kemitraan yang diikuti oleh peternak dapat dianalisis peranannya dengan
melakukan perbandingan antara peternak mitra dan peternak non mitra peternak mandiri. Fokus penelitian yang akan dilaksanakan terbagi dalam tiga
bagian utama yaitu mempelajari pola kemitraan, implementasi kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak mitra di wilayah Sukabumi dan penilaian
pendapatan usahaternak ayam broiler. Kegiatan usaha ternak yang dilakukan oleh kedua kelompok bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu ukuran kinerja usaha ternak adalah ukuran pendapatan. Pendapatan usahaternak ayam broiler yang dianalisis dalam
penelitian ini diukur berdasarkan pendapatan atas biaya total. Setelah itu dilakukan analisis imbangan penerimaan terhadap biaya RC Ratio. Analisis ini
digunakan untuk menghitung penerimaan relatif dari suatu cabang usahatani dengan cabang usahatani lain berdasarkan perhitungan finansial. Setelah itu
dilakukan perbandingan pendapatan melalui uji t untuk melihat apakah pendapatan peternak mitra berbeda secara nyata dengan peternak mandiri.
Dari analisis tersebut dapat dilihat seberapa besar peranan kemitraan terhadap peningkatan pendapatan petani di daerah penelitian. Bagan alur
kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 8.
Peternak mandiri Kemitraan
Analisis kemitraan Peternak
PT SIERAD Sistem Kerjasama
- Modal - Tenaga kerja
- Pasar - Teknologi
Analisis Usahatani Tingkat Pendapatan
RC Ratio Analisis Usahatani
Tingkat Pendapatan RC Ratio
Perbandingan Pendapatan
Hak dan Kewajiban Keterbatasan Peternak dalam Menjalankan Usaha yang Meliputi
Keterbatasan Modal, Teknologi, Manajemen dan Pasar
Gambar 8. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional