Berbeda dengan fase IODM positif, pada fase IODM negatif terlihat adanya aliran massa air kaya klorofil-a dari arah barat laut perairan Aceh,
merupakan massa air kaya nutrien. Berdasarkan temuan Eksedisi International Indian Ocean Expedition IIOE 1966, merupakan massa air tipe D North Indian
Ocean and Bengal Bay origin water mass, posisinya melebar dari utara dan barat
Sumatera. 5.2.3.
Fase IODM Normal
Secara umum, pada fase IODM normal, pola sebaran klorofil-a cenderung rendah dari awal sampai pertengahan tahun Gambar 81, 82, 83, 84, dan 85.
Peningkatan sebaran klorofil-a terjadi saat musim timur dan mencapai puncaknya pada bulan Agustus-September-Oktober. Bulan November-Desember merupakan
fase klorofil-a dengan konsentrasi terendah. Pengkayaan klorofil-a pada musim timur mengindikasikan terjadinya upwelling, tetapi dengan intensitas rendah,
terlihat dari nilai dan pola sebaran klorofil-a pada citra SSC dalam luasan sempit. Pada fase IODM normal ini, di perairan barat laut Aceh juga terlihat aliran massa
kaya klorofil-a dari Teluk Benggala, namun intensitasnya lebih rendah dibandingkan fase IODM negatif.
Pengkayaan klorofil-a dengan intensitas relatif tinggi ditemukan pada tahun 1999 IODM normal berasosiasi dengan La Niña sedang bulan September-
Oktober; tahun 2000 IODM normal berasosiasi dengan La Niña lemah bulan Agustus-September-Oktober; dan tahun 2004 IODM normal berasosiasi dengan
El Niño lemah bulan September-Oktober. Sementara tahun 2001 IODM normal berasosiasi dengan ENSO normal dan 2009 IODM normal berasosiasi dengan El
Niño lemah relatif lebih rendah.
Gambar 81. Citra SSC fase IODM normal berasosiasi La Niña sedang 1999
Gambar 82. Citra SSC fase IODM normal berasosiasi La Niña lemah 2000
Gambar 83. Citra SSC fase IODM normal berasosiasi ENSO normal 2001
Gambar 84. Citra SSC fase IODM normal berasosiasi El Niño lemah 2004
Gambar 85. Citra SSC IODM normal berasosiasi El Niño lemah 2009
5.3. Variabilitas Temporal
Variabilitas temporal klorofil-a yang dianalisa dengan merata-ratakan nilai sebaran klorofil-a pada lokasi sampling Gambar 18 menunjukkan keterkaitan
IODM dan asosiasinya dengan ENSO El NiñoLa Niña terhadap sebaran klorofil-a di perairan barat Sumatera dan selatan Jawa Barat, seperti terlihat pada
Gambar 86. Perbedaan intensitas pengkayaan klorofil-a antara di barat Sumatera dan selatan Jawa Barat yang terjadi antar fase IODM serta pengaruh ENSO El
Niño La Niña yang menyertainya, dapat dibedakan secara temporal dari kedua lokasi sampling tersebut.
Dari variabilitas temporal, klorofil-a tinggi identik dengan periode terjadinya upwelling intensif pada musim timur Juli-Agustus-September sampai
musim peralihan Oktober-November. Nilai sebaran rata-rata tertinggi klorofil-a di kedua lokasi, ditemukan pada fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat
1997, diikuti kemudian fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 2006. Fase IODM positif sedang berasosiasi La Niña kuat 2007 dan fase IODM positif
lemah berasosiasi La Niña lemah 2008, juga mengindikasikan peningkatan sebaran klorofil-a yang relatif tinggi di selatan Jawa Barat, sementara di barat
Sumatera intensitasnya terlihat lebih rendah. Pengkayaan klorofil-a fase IODM positif sedang berasosiasi El Niño lemah 2003 dan IODM positif lemah
berasosiasi El Niño lemah 2002, mengindikasikan peningkatan sebaran klorofil-a dalam skala sedang terutama terlihat jelas di selatan Jawa Barat.
Jika dibandingkan frekuensi kejadiannya, dalam rentang 1997-2009 di perairan selatan Jawa Barat terjadi 9 kali peningkatan klorofil-a: intensitas tinggi
1997 dan 2006; intensitas sedang 2007 dan 2008; dan intensitas rendah 1999,
2000, 2002, 2003, 2004 dan 2005. Sementara di barat Sumatera terjadi 7 kali,
intensitas tinggi 1997 dan 2006, intensitas sedang 2007 dan 2008 dan intensitas lemah 2000, 2002, dan 2003. Periode pengkayaan nilai sebaran
klorofil-a ini identik dengan periode upwelling yang ditandai dengan penurunan suhu permukaan laut dari citra SPL.
Tahun 1998 fase IODM negatif kuat berasosiasi La Niña sedang, massa air dengan nilai sebaran klorofil-a intensitas sedang, terlihat jelas di perairan barat
Sumatera pada awal tahun. Massa air kaya klorofil-a ini muncul akibat proses upwelling terkait El Niño yang terjadi akhir 1997 dan berlanjut sampai awal 1998.
Di perairan selatan Jawa Barat indikasi pengkayaan klorofil-a pada periode ini, intensitasnya sangat rendah. Fase IODM negatif sedang berasosiasi ENSO normal
2005, terjadi pengkayaan klorofil-a dalam intensitas rendah, terlihat jelas di selatan Jawa Barat dan dampaknya tidak terdeteksi sampai ke perairan barat
Sumatera. Fase IODM normal 1999, 2000, 2001, dan 2004 di perairan selatan Jawa Barat tetap ditemukan indikasi pengkayaan nilai sebaran klorofil-a pada
musim timur, menandakan bahwa pada fase IODM normal tetap terjadi upwelling tetapi dengan intensitas jauh lebih rendah dibanding fase IODM positif.
SELATAN JAWA BARAT
Ta hu
n
99 100
101 102 LONGITUDE
BT 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
KLOROFIL-A mgm
3
BARAT SUMATERA
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
99 100
101 102
Ta hu
n
LONGITUDE BT
DMI
Positif Negatif
z
-3 -2
-1 1
2 3
4
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
NINO 3.4
La-Nina El-Nino
-3 -2
-1 1
2 3
IODM ENSO
+ + + kuat, + + sedang, + lemah 0=IODM Normal, N=ENSO Normal
2009 2008
2007 2006
2005 2004
2003 2002
2001 2000
1999 1998
1997
La-Nina - - El-Nino + + +
N - - P +++
N
El-Nino +
N
El-Nino +
N La-Nina -
La-Nina - - N - -
P + P +
El-Nino + P +
N P +
La-Nina - P +++
El-Nino +
Gambar 86.Variasi temporal sebaran rata-rata mingguan klorofil-a berdasarkan waktu 1997-2009 di barat Sumatera dan selatan Jawa Barat terkait intensitas IODM Indeks DMI dan El Niño La Niña Indeks Nino 3.4
119
Akhir 1998 sampai awal 1999, merupakan periode dengan nilai sebaran klorofil-a terendah di selatan Jawa Barat. Periode ini identik dengan fase IODM
negatif kuat pertengahan tahun dilanjutkan La Niña kuat akhir 1998 sampai awal 1999. Pola yang sama juga terlihat pada 2001, diduga dampak fase IODM
normal 3 tahun berturut-turut yang disertai La Niña 3 tahun berturut-turut,
sehingga menurunkan kesuburan perairan pada akhir 2000 sampai awal 2001. 5.4.
Karakteristik Massa Air Pengkayaan Klorofil-a
Massa air pengkayaan klorofil-a akibat upwelling, memiliki nilai sebaran variatif berkisar 0,2-5 mgm
3
. Tinggi rendahnya nilai sebaran klorofil-a pengkayaan upwelling, tergantung intensitas upwelling yang terjadi akibat
anomali angin muson tenggara pada fase IODM positif, dampaknya bervariasi terkait asosiasinya dengan ENSO. Fase IODM positif kuat, merupakan periode
pengkayaan klorofil-a paling tinggi nilai sebarannya, diikuti fase IODM positif lemah. Pengkayaan klorofil-a fase IODM normal, intensitasnya lebih rendah
dibandingkan IODM positif lemah. Fase IODM negatif, nilai sebaran klorofil-a paling rendah dan pola sebarannya terpusat di sekitar pantai yang terdapat muara
sungainya. Menandakan sumber pengkayaan klorofil-a fase IODM negatif berbeda dengan IODM positif maupun normal, bukan berasal dari proses
upwelling, melainkan pengkayaan nutrien melalui aliran massa air dari daratan river discharge saat musim hujan, dibuktikan dengan nilai SPL tinggi pada
lokasi tersebut Gambar 87.
m3_10-98 m3_10-98
SPL C
Klo-a mgm
3
Gambar 87. Pengkayaan klorofil-a fase IODM negatif sedang berasosiasi La Niña kuat 1998 terjadi di perairan pantai yang terdapat muara sungai
seperti terlihat pada citra SSC minggu ke-3 Oktober 1998 kanan. Pada saat bersamaan, citra SPL kiri menunjukkan nilai sebaran
SPL tinggi di lokasi tersebut