Kejadian yang berbeda pada tahun 1997, naiknya massa air SPL dingin 24
C terjadi menjelang akhir tahun, terkait evolusi IODM positif kuat yang muncul belakangan dan kemudian pada akhir tahun dilanjutkan El Niño kuat. Dari
sebaran vertikal suhu terlihat massa air upwelling naik ke permukaan menjelang akhir tahun dalam intensitas yang lebih kuat dibandingkan tahun 1994.
Pendangkalan lapisan termoklin terjadi mulai bulan Juni dengan kedalaman lapisan atas sekitar 40 cm Gambar 54.
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Positif 1997
Termoklin
IODM Positif Kuat 1997
Termoklin
Termoklin Termoklin
Gambar 54. Sebaran vertikal rerata permusim perairan barat Sumatera dari data buoy fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997
Pada 2006 saat IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah, penaikan massa air seperti terlihat pada tampilan melintang suhu berdasarkan kedalaman,
terjadi dua kali pada awal tahun dan akhir tahun, namun dengan intensitasnya lebih rendah. Pada awal tahun, massa air dengan suhu rendah tidak sampai ke
permukaan, hanya mencapai ke dalaman sekitar 35 m. Pada pertengahan tahun, massa air suhu rendah mencapai permukaan namun dengan intensitas lebih rendah
waktu lebih pendek dibandingkan tahun 1994 dan 1997, sehingga dari sebaran vertikal terlihat penurunan suhu massa air permukan hanya terjadi pada musim
peralihan II mulai bulan September-Oktober-November Gambar 55.
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Positif 2006
Termoklin
IODM Positif Kuat 2006
Termoklin
Termoklin Termoklin
Gambar 55. Sebaran vertikal rerata permusim perairan barat Sumatera dari data buoy fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah 2006
Dari profil sebaran melintang suhu dari data buoy Gambar 52 juga terlihat, pada tahun 2006 dan 2007 terjadi pengangkatan massa air dengan suhu
lebih dingin dari dasar ke lapisan permukaan dan lapisan tercampur, dalam rentang waktu yang lebih panjang dari pertengahan dan akhir 2006 dilanjutkan
sampai pertengahan 2007, diduga hal itu terjadi sebagai respon fase positive IODM consecutive yang berlangsung dalam tiga tahun berturut-turut 2006, 2007
dan 2008. Sebaran suhu dan salinitas permukaan perairan Aceh dari data CTD cruise
Post Tsunami Expedition KR Bawal Putih I Agustus-September 2006 Gambar 56 mewakili kondisi in-situ perairan barat Sumatera bagian utara perairan Aceh,
berkisar antara 28,2 – 30,49
C untuk suhu permukaan dan berkisar antara 29,5- 33,5
‰ untuk salinitas permukaan. Dari sebaran SPL in-situ perairan Aceh, SPL lebih hangat di perairan pantai dan lepas pantai lebih dingin. SPL hangat di
perairan pantai umumnya pada lokasi yang terdapat muara sungai, menandakan peningkatan SPL sebagai pengaruh dari asupan massa air hangat dari daratan
river discharge. Salinitas permukaan berkisar 29,5-33,5 ‰ dengan pola massa
air salinitas rendah berada pada perairan pantai dan salinitas tinggi ditemukan di lepas pantai. Pada lokasi-lokasi pantai dengan sebaran SPL tinggi, memiliki nilai
sebaran salinitas rendah, menguatkan indikasi pengaruh massa air daratan. Dari
sebaran vertikal suhu berdasarkan kedalaman terlihat lapisan tercampur berada pada kedalaman 40 m dan lapisan termoklin berada pada kedalaman 50
–100 m dengan pola samakin dalam pada stasiun-satiun pengukuran yang lebih jauh dari
pantai.
Gambar 56. Profil vertikal salinitas stasiun A dan B kiri dan suhu stasiun A dan B kanan perairan laut dalam Aceh Agustus-September 2006
4.8.2. IODM Positif Lemah
Pada fase IODM positif lemah 2002 dan 2003 dari sebaran melintang suhu berdasarkan kedalaman dari data buoy Gambar 52, di barat Sumatera tidak
terlihat indikasi naiknya massa air suhu dingin ke permukaan. Dari gambar yang sama, indikasi naiknya massa air suhu rendah, justru terlihat pada fase IODM
positif lemah 2007 dengan dua puncak namun massa air dingin tersebut tidak mencapai lapisan permukaan. Dari sebaran vertikal suhu berdasarkan kedalaman
Gambar 57 terlihat suhu permukaan yang lebih rendah tahun 2002 dibanding 2003 pada musim peralihan II, menandakan adanya pengaruh massa air lebih
dingin yang berasal dari dasar dan berpengaruh menurunkan suhu massa air di permukaan pada akhir 2002. Hal yang sama juga terlihat tahun 2007. Menandakan
intensitas upwelling pada musim timur tahun 2002 dan 2007 lebih tinggi dibandingkan tahun 2003, sehingga massa air dasar yang terangkat ke permukaan
menurunkan SPL dan terlihat pada akhir tahun.
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Positif 2002
2002
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Positif 2003
2003
Jan -Feb Mar-Apr-Mei
Ju n-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Positif 2007
2007
Gambar 57. Sebaran vertikal rerata suhu permusim dari data buoy fase IODM positif lemah berasosiasi La Niña lemah tahun 2002, 2003 dan 2007
Hasil pengukuran suhu dan salinitas in-situ dari data CTD menunjukan sebaran suhu permukaan perairan barat Sumatera bulan Juni musim timur fase
IODM positif lemah 2003, berkisar 27,5 – 30,9
C dan salinitas permukaan berkisar 29,5
– 34,9 ‰ Gambar 58. Dari polanya terlihat massa air bersuhu lebih hangat berada di perairan sekitar Kep. Mentawai bagian utara dengan sebaran
salinitas rendah menandakan massa air di lokasi ini mendapat pengaruh massa air dari daratan. Massa air dengan nilai suhu permukaan lebih rendah 27
C terlihat di bagian selatan perairan Bengkulu dan Lampung dengan pusat penurunan SPL
berada di barat Lampung, diduga sebagai lokasi upwelling lemah yang pada periode yang sama juga terlihat dari citra satelit NOAA-AVHRR. Massa air
dengan SPL rendah 28-20 C juga terlihat di lepas pantai pada posisi geografis
94-95 BT, diduga merupakan massa air upwelling karena salinitas di lokasi ini
relatif tinggi sekitar 34 ‰.
-8° -6°
-4° -2°
0° 2°
L in
ta n
g
94° 96°
98° 100°
102° 104°
106° 108°
Bujur Timur
P.Simeulue P. Nias
PP. Mentawai P. Pagai utara
Muko-muko Sinabang
Gunung sitoli Sibolga
Padangsidempuan Airbangis
Lubuksikaping Sungaipenuh
Manna Bintuhan
Krui Sindangbarang
Pameutingan
Bengkulu
27.5 27.7
27.9 28.1
28.3 28.5
28.7 28.9
29.1 29.3
29.5 29.7
29.9 30.1
30.3 30.5
30.7 30.9
SAMUDERA HINDIA
-8° -6°
-4° -2°
0° 2°
L in
ta n
g
94° 96°
98° 100°
102° 104°
106° 108°
Bujur Timur
P.Simeulue P. Nias
PP. Mentawai P. Pagai utara
Muko-muko Sinabang
Gunung sitoli Sibolga
Padangsidempuan Airbangis
Lubuksikaping Sungaipenuh
Manna Bintuhan
Krui Sindangbarang
Pameutingan
Bengkulu
29.5 29.8
30.1 30.4
30.7 31
31.3 31.6
31.9 32.2
32.5 32.8
33.1 33.4
33.7 34
34.3 34.6
34.9
SAMUDERA HINDIA
Gambar 58.Sebaran mendatar SPL dan salinitas pengukuran in-situ perairan barat Sumatera Juni 2003 Sumber: survei KR Baruna Jaya VIII LIPI
Profil sebaran vertikal suhu seperti terlihat pada Gambar 59 menunjukkan bahwa lapisan tercampur di perairan ini pada bulan Juni 2003
bervariasi berasarkan antar stasiun pengukuran CTD dan umumnya berada pada kisaran kedalaman 40-80 m. Sementara dari pola profil sebaran vertikal salinitas
menunjukkan pola yang lebih variatif. Pada stasiun tertentu terlihat terjadinya peningkatan nilai sebaran salinitas yang diduga pengaruh massa air upwelling.
Gambar 59.Profil menegak suhu dan salinitas berdasarkan kedalaman di perairan barat Sumatera Juni 2003 Sumber: survei KR Baruna Jaya VIII LIPI
4.8.3. IODM Negatif
Pada fase IODM negatif 1996, 1998 dan 2005 dari sebaran melintang suhu berdasarkan kedalaman dari data buoy terlihat adanya penurunan lapisan
termoklin ke perairan yang lebih dalam dan menebalnya lapisan tercampur. Kondisi yang demikian terlihat jelas pertengahan musim peralihan I sampai
musim timur tahun 1998 yang merupakan fase IODM negatif berasosiasi La Niña kuat. Pada saat bersamaan di lapisan atas perairan terlihat massa air
permukaan dengan suhu lebih hangat 30-31 C tenggelam sampai kedalaman 50
m, menandakan terjadinya downwelling. Hal yang demikian tidak terlihat pada 1996 fase IODM negatif kuat berasosiasi ENSO normal maupun 2005 IODM
negatif sedang berasosiasi ENSO normal. Dari grafik profil sebaran vertikal suhu berdasarkan kedalaman Gambar 60, terlihat massa air permukaan cenderung
lebih hangat dibandingkan dengan fase IODM positif dan lapisan tercampur terlihat lebih tebal lebih dalam. Suhu bagian permukaan perairan paling hangat
terlihat pada musim peralihan I Maret-April-Mei, dan pada akhir tahun tidak terlihat adanya penurunan suhu massa air permukaan yang signifikan.
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Negatif 1996
1996
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Negatif 1998
1998
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Negatif 2005
2005
Gambar 60. Grafik sebaran vertikal rerata suhu permusim dari data buoy fase IODM negatif berasosiasi ENSO normal tahun 1996, 1998 dan 2005
Dari data in-situ hasil pengukuran CTD Juli-Agustus 2005, di perairan Aceh suhu massa air permaukaan SPL bervariasi berkisar antara 28.65
C sampai 30.15
o
C. Suhu massa air permukaan meningkat secara gradual dari utara ke selatan dan dari arah pesisir ke arah laut lepas Samudera Hindia. Hasil
pengukuran salinitas menunjukkan tidak adanya variasi salinitas yang signifikan