Durasi Upwelling DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT
musim timur tahun 1998 yang merupakan fase IODM negatif berasosiasi La Niña kuat. Pada saat bersamaan di lapisan atas perairan terlihat massa air
permukaan dengan suhu lebih hangat 30-31 C tenggelam sampai kedalaman 50
m, menandakan terjadinya downwelling. Hal yang demikian tidak terlihat pada 1996 fase IODM negatif kuat berasosiasi ENSO normal maupun 2005 IODM
negatif sedang berasosiasi ENSO normal. Dari grafik profil sebaran vertikal suhu berdasarkan kedalaman Gambar 60, terlihat massa air permukaan cenderung
lebih hangat dibandingkan dengan fase IODM positif dan lapisan tercampur terlihat lebih tebal lebih dalam. Suhu bagian permukaan perairan paling hangat
terlihat pada musim peralihan I Maret-April-Mei, dan pada akhir tahun tidak terlihat adanya penurunan suhu massa air permukaan yang signifikan.
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Negatif 1996
1996
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Negatif 1998
1998
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Negatif 2005
2005
Gambar 60. Grafik sebaran vertikal rerata suhu permusim dari data buoy fase IODM negatif berasosiasi ENSO normal tahun 1996, 1998 dan 2005
Dari data in-situ hasil pengukuran CTD Juli-Agustus 2005, di perairan Aceh suhu massa air permaukaan SPL bervariasi berkisar antara 28.65
C sampai 30.15
o
C. Suhu massa air permukaan meningkat secara gradual dari utara ke selatan dan dari arah pesisir ke arah laut lepas Samudera Hindia. Hasil
pengukuran salinitas menunjukkan tidak adanya variasi salinitas yang signifikan
pada lapisan permukaan dari arah pantai ke lepas pantai dengan kisaran nilai sebaran 32.8
– 33.7 ‰. Kisaran salinitas permukaan di perairan pesisir lebih rendah dan secara gradual terlihat meningkat ke arah lepas pantai Samudera
Hindia dan pola yang sama terlihat lebih rendah dari arah utara ke selatan lebih tinggi. Massa air dengan salinitas rendah dan suhu yang tinggi di perairan pantai
sekitar Meulaboh menunjukkan dominansi massa air yang berasal dari daratan sungai.
Potongan melintang cross section suhu dan salinitas berdasarkan kedalaman Gambar 61, 62, 63, dan 64 pada cross section sejajar pantai long
shore menunjukkan pada perairan pesisir kedalaman lapisan tercampur lebih dangkal 80 m dan di lepas pantai lebih dalam 90-100 m. Lapisan termoklin dan
halokline terlihat berada pada kedalaman 100 – 150 m.
20 40
60 80
100 120
140 Distance nm
-200 -180
-160 -140
-120 -100
-80 -60
-40 -20
D e p
t h m
12 14
16 18
20 22
24 26
28 30
28
14
St. 19 St. 20
St. 22 St. 22
St. 23
Gambar 61. Potongan melintang suhu stasiun 19, 20, 21, 22 and St 23 lepas pantai barat Aceh Post Tsunami Expedition KR Bawal Putih, Juli
– Agustus 2005
Latitude
-35 -30
-25 -20
-15 -10
-5
De pth
m
4 4.5
5 5.5 N
St 19 St 14
St 13 St 11
St 9 St 8
St 6 St 4
St2
28.5 28.6
28.7 28.8
28.9 29
29.1 29.2
29.3 29.4
29.5 29.6
29.7 29.8
29.9 30
30.1 30.2
30.3 30.4
30.5
Gambar 62. Potongan melintang suhu pada stasiun dekat pantai perairan barat Aceh Post Tsunami Expedition KR Bawal Putih, Juli
– Agustus 2005
28
14
20 40
60 80
100 120
140
Distance nm
-200 -180
-160 -140
-120 -100
-80 -60
-40 -20
D e p
t h m
33.2 33.4
33.6 33.8
34 34.2
34.4 34.6
34.8 35
35.2
St 19 St 20
St 21 St 22
St 23
Gambar 63. Potongan melintang selinitas pada stasiun 19, 20, 21, 22 and St 23 stasiun lepas pantai perairan barat Aceh Post Tsunami Expedition
KR Bawal Putih, Juli – Agustus 2005
Latitude
-35 -30
-25 -20
-15 -10
-5
D e p t
h m
32.5 33
33.5 34
34.5
4 4.5
5 5.5 N
St 19 St 14
St 13 St 11
St 9 St 8
St 6 St 2
St 4
Gambar 64. Potongan melintang salinitas stasiun dekat pantai perairan barat Aceh Post Tsunami Expedition KR Bawal Putih, Juli
– Agustus 2005