Lutfi 2005 menghitung CPUE tuna di perairan Sumatera Barat dengan metode CPUE Schaefer, rata-rata CPUE tuna di perairan ini pada kurun waktu
1994-2003 sebesar 2,28 tontrip. CPUE tertinggi dicapai tahun 1998 IODM negatif sedang berasosiasi La Niña sedang sebesar 6,27 tontrip atau 57 di atas
rata-rata CPUE pertahun dan CPUE terendah dicapai tahun 2002 IODM positif lemah berasosiasi El Niño lemah, yaitu 0,52 tontrip Gambar 175.
1,19 2,02
1,84 2,55
6,27
1,98 2,59
1,78 0,52
2,18
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
CPUE tuna 1994-2003
ton
Gambar 175. CPUE tuna perairan Sumatera Barat 1994-2003 Lutfi, 2005 Komposisi hasil tangkapan kelompok tuna Gambar 176 menunjukkan
ikan tuna mendominansi hasil tangkapan 2001-2009. Diikuti kemudian jenis cakalang dan tongkol. Jenis tuna yang dominan 2006-2009 adalah yellow fin
madidihang, kecuali tahun 2009 didominansi big eye Gambar 177. Tahun 2007 hasil tangkapan madidihang hampir 100 sementara tahun 2006 dan 2008
prosentasenya relatif sama sekitar 65. Tahun 2009 hasil tangkapan madidihang turun drastis hanya sekitar 30, yang dominan big eye menempati porsi 70 dari
total hasil tangkapan. Indeks musim penangkapan IMP tuna mata besar dan madidihang
Gambar 178 menunjukkan pola yang berbeda. Ikan big eye musim puncak penangkapannya pada Februari dan November, sementara madidihang puncak
musim penangkapan terjadi Januari dan Juni. Adapun musim paceklik hasil tangkapan sedikit tuna mata besar terjadi bulan Juli-Agustus, sementara musim
paceklik madidihang bulan Maret dan Agustus
500 1000
1500 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Komposisi hasil tangkapan kelompok tuna PPS Bungus 2001-2009
Tongkol Cakalang
Tuna
ton
Gambar 176. Komposisi hasil tangkapan kelompok tuna PPS Bungus, 2010 dan Andhika et al., 2011
20 40
60 80
100
2006 2007
2008 2009
Komposisi jenis tuna PPS Bungus 2006-2009
Tuna mata besar Tuna Yellow fin
Gambar 177. Prosentase hasil tangkapan jenis tuna
.
IMP Yellow Fin Tuna IMP Big Eye Tuna
Gambar 178. Indeks musim penangkapan IMP ikan tuna di perairan Sumatera Barat Andhika, et.al., 2011
Cakalang
Ikan cakalang menempati posisi kedua sebagai hasil tangkapan terbanyak setelah tuna. Ikan cakalang pada umumnya ditangkap dengan tonda. Hasil
tangkapan cakalang yang didaratkan di PPS Bungus 1999-2009 Gambar 179 memiliki fluktuasi yang mirip dengan hasil tangkapan tuna, tetapi jumlahnya jauh
lebih sedikit. Hasil tangkapan cakalang terbanyak terjadi pada tahun 1999 IODM normal berasosiasi La Niña sedang sebesar 1.348 ton sementara terendah pada
tahun 2009 IODM normal berasosiasi El Niño lemah sebesar 160,6 ton.
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 HSL TKP 1.348. 641.30 1.082. 876.36 483.04 201.50 400.60 537.50 317.71 223.54 160.69
200 400
600 800
1.000 1.200
1.400 1.600
ton
Toytal catch tahunan cakalang PPS Bungus 1999 - 2009
Gambar 179. Hasil tangkapan total cakalang PPS Bungus 1999-2009 CPUE cakalang menunjukkan tertinggi terjadi tahun 2003 IODM positif
lemah berasosiasi normal sebesar 404,2 kgtrip dan terendah terjadi tahun 2009 IODM normal berasosiasi El Niño lemah sebesar 57,14 kgtrip Gambar 180.
390,00 245,33
301,55 327,86
404,22 336,96
352,95 182,27
121,17 71,03
57,14 0,00
50,00 100,00
150,00 200,00
250,00 300,00
350,00 400,00
450,00
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
K g
tr ip
CPUE tahunan cakalang PPS Bungus 1999 - 2009
Gambar 180. CPUE cakalang 1999-2009 PPS Bungus Hasil tangkapan bulanan Gambar 181 dan Gambar 182 menunjukkan
puncak tangkapan cakalang umumnya musim peralihan II September-Oktober- November kecuali 2001 IODM normal berasosiasi ENSO normal dan 2002
IODM positif lemah berasosiasi El Niño lemah hasil tangkapannya cenderung tinggi sepanjang tahun. Hasil tangkapan bulanan tertinggi pada musim peralihan
II Oktober tahun 1999 IODM normal berasosiasi La Niña sedang dan terendah musim timur 2004 IODM normal berasosiasi El Niño lemah. Pada 2000 IODM
normal berasosiasi La Niña lemah hasil tangkapan cenderung tetap tinggi sampai akhir tahun. Musim penangkapan cakalang cenderung sama dengan tuna dan
lokasi penangkapannya umumnya tidak sejauh lokasi penangkapan tuna sampai ke lepas pantai Kepulauan Mentawai Samudera Hindia.
Gambar 181. Hasil tangkapan bulanan cakalang 1999-2009 PPS Bungus
50.000 100.000
150.000 200.000
250.000
JAN PEB
MAR APR
MEI JUN
JUL AGS
SEP OKT
NOV DES
Pola tangkapan bulanan cakalang 1999-2009
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
kg
Gambar 182. Fluktuasi hasil tangkapan bulan cakalang 1999-2009 PPS Bungus
Tongkol
Tahun 2007 IODM positif lemah berasosiasi La Niña lemah hasil tangkapan tongkol tinggi sekali mencapai 258,9 ton, tertinggi selama pengamatan
1999-2009 Gambar 183. Hasil tangkapan terendah tahun 2004 IODM normal berasosiasi El Niño lemah sebesar 27,7 ton. CPUE tongkol tertinggi tahun 2007
mencapai 98,76 kgtrip dan 2005 IODM negatif sedang berasosiasi ENSO normal CPUE terendah tahun 2006 IODM positif kuat berasosiasi El Niño
lemah hanya sekitar 20 kgtrip Gambar 184.
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 HSL TKP 226.63 88.179 148.86 120.50 66.430 27.710 103.90 59.410 258.96 118.44 63.840
50 100
150 200
250 300
ton
Hasil tangkapan total tahunan tongkol PPS Bungus 1999 - 2009
Gambar 183. Hasil tangkapan total per tahun tongkol di PPS Bungus 1999-2009
65,56 33,73
41,47 45,08
55,59 46,34
91,54
20,15 98,76
37,64 22,70
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
K g
T ri
p
CPUE tahunan tongkol PPS Bungus 1999 - 2009
Gambar 184. CPUE tongkol 1999-2009 PPS Bungus Fluktuasi hasil tangkapan bulanan Gambar 185 dan Gambar 186
menunjukkan hasil tangkapan tongkol tertinggi tahun 1999 terjadi bersamaan dengan puncak hasil tangkapan tertinggi cakalang, yaitu bulan Oktober. Tahun
2007 puncak hasil tangkapan tongkol terjadi pada awal tahun yaitu bulan Februari dan Mei, hal ini berbeda dengan tahun-tahun lainnya dimana puncak tangkapan
tertinggi terjadi pada musim timur dan musim peralihan II. Pola hasil tangkapan tahun 2006 meningkat tajam pada akhir tahun Desember dan hasil tangkapan
tinggi ini berlanjut sampai awal 2007.
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
ton
Hasil tangkapan bulanan tongkol PPS Bungus 1999 - 2009
Gambar 185. Hasil tangkapan bulanan tongkol 1999-2009 PPS Bungus
10.000 20.000
30.000 40.000
50.000 60.000
70.000 80.000
90.000
JAN PEB
MAR APR
MEI JUN
JUL AGS
SEP OKT
NOV DES
Pola tangkapan bulanan tongkol PPS Bungus 1991-2009
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
ton
Gambar 186. Fluktuasi tangkapan bulana tongkol 1999-2009 PPS Bungus
PPI Carocok-Painan Pesisir Selatan
Hasil tangkapan nelayan Pesisir Selatan berupa ikan pelagis kecil dan pelagis besar berdasarkan data produksi tahunan seperti terlihat pada grafik
Gambar 187 dan Gambar 188. Jenis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap adalah teri dan kembung. Hasil tangkapan teri tertinggi tahun 1998 IODM negatif
sedang berasosiasi La Niña sedang sebesar 6548,6 ton dan terendah tahun 2005 IODM negatif sedang berasosiasi ENSO normal sebesar 901,4 ton. Hasil
tangkapan teri tahun 2003 IODM positif lemah berasosiasi ENSO normal juga tergolong tinggi yaitu 4830,3 ton. Hasil tangkapan tongkol tertinggi tahun 2007
IODM positif lemah berasosiasi La Niña lemah sebesar 2550 ton dan terendah tahun 2002 IODM positif lemah berasosiasi El Niño lemah sebesar 907,8 ton.
Hasil tangkapan ikan pelagis kecil jenis layang, selar, tembang dan lemuru tertinggi tahun 2006 IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah.
1.000 2.000
3.000 4.000
5.000 6.000
7.000
1996 1998
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
Total catch pelagis kecil Pesisir Selatan
layang Selar
Teri Tembang
Lemuru Kembung
ton
Gambar 187. Produksi ikan pelagis kecil Kab. Pesisir Selatan Sumber: DKP Prov. Sumatera Barat
500 1.000
1.500 2.000
2.500 3.000
3.500 4.000
1996 1998
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
Total catch pelagis besar Pesisir Selatan
Tenggiri papan Tenggiri
Cakalang Tongkol
Tuna
ton
Gambar 188. Produksi ikan pelagis besar Kab. Pesisir Selatan Sumber: DKP Prov. Sumatera Barat
Jenis ikan pelagis besar yang dominan adalah cakalang, diikuti kemudian tuna dan tongkol. Hasil tangkapan tertinggi cakalang tahun 2007 3548,9 ton,
diikuti kemudian 2008 sebesar 2585,9 ton dan tahun 2003 2221,1 ton, tangkapan terendah tahun 1998 303,6 ton. Hasil tangkapan ikan tuna tertinggi tahun 2007
1255,3 ton dan terendah tahun 2005 152 ton; hasil tangkapan tongkol tertinggi tahun 2006 1267,1 ton dan terendah tahun 1996 454,6 ton. Pada tahun 2007
hasil tangkapan tenggiri juga tertinggi sepanjang tahun pengamatan. Data hasil tangkapan kapal bagan PPI Carocok 2004-2010 Gambar 189
menunjukkan hasil tangkapan teri, banyar, tongkol, layang dan lain-lain, tertinggi pada 2006 IODM posisif kuat berasosiasi El Niño lemah sebesar 863,5 ton dan
terendah 2005 IODM negatif sedang berasosiasi ENSO normal.
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 HSL TKP
379.189 269.650
863.527 807.056
419.304 867.295
873.236 100
200 300
400 500
600 700
800 900
1.000
Hasil tangkapan total tahunan ikan pelagis kapal bagan di PPI Carocok, Painan 2004 - 2010
ton
Gambar 189. Hasil tangkapan total per tahun ikan pelagis kapal bagan PPI Carocok tahun 2004-2010
CPUE tahun 2007 IODM positif lemah berasosiasi La Niña lemah tertinggi 468,4 kgtrip sementara upaya saat tersebut merupakan yang terendah
1723 trip. CPUE terendah tahun 2005 IODM negatif sedang berasosiasi ENSO
normal dengan nilai 52,4 kgtrip dan upaya pada saat tersebut cukup tinggi 5141 trip kapal bagan Gambar 190.
59,11 52,45
191,72 468,40
223,75 213,09
254,51 6415
5141 4504
1723 1874
4070 3431
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010
CPUE dan trip kapal bagan PPI Carocok 2004-2010
CPUE Trip
trip Kg
Gambar 190. CPUE dan trip kapal bagan PPI Carocok tahun 2004-2010 Fluktuasi hasil tangkapan bulanan ikan pelagis kapal bagan Gambar 191
menunjukkan hasil tangkapan tahun 2004 IODM normal berasosiasi El Niño lemah dan 2005 IODM negatif sedang berasosiasi ENSO normal sangat rendah
sepanjang tahun. Tahun 2006 IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah hasil tangkapan sangat tinggi mulai awal tahun Maret dan meningkat tajam pada
musim peralihan II Oktober-November dan sedikit menurun bulan Desember. Hasil tangkapan tetap tinggi sampai Februari 2007 IODM positif lemah
berasosiasi La Niña lemah.
20.000 40.000
60.000 80.000
100.000 120.000
140.000 160.000
180.000 200.000
J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Hasil tangkapan bulanan ikan pelagis kapal bagan di PPI Carocok, Painan 2004 - 2010
kg
Gambar 191. Fluktuasi hasil tangkapan bulanan ikan pelagis kapal bagan PPI Carocok 2004-2010
Pada musim peralihan I tahun 2007 hasil tangkapan menurun dan kemudian meningkat lagi pada musim timur sampai musim peralihan II. Pola hasil
tangkapan tahun 2008 IODM positif lemah berasosiasi ENSO normal relatif sama dengan 2006 tetapi nilainya lebih rendah, sementara tahun 2010 IODM
positif lemah berasosiasi La Niña sedang pola hasil tangkapan berbeda dengan
pola pada umumnya, hasil tangkapan tinggi pada awal tahun sampai musim peralihan I Maret-April-Mei.
Berdasarkan data tangkapan bulanan tahun 2010 Gambar 192 hasil tangkapan tongkol dan layang dominan awal tahun sampai musim peralihan I.
Hasil tangkapan tongkol sangat tinggi bulan April, hasil tangkapan ikan layang tertinggi bulan Februari, sementara hasil tangkapan teri tertinggi bulan Agustus.
Komposisi jenis hasil tangkapan per bulan Gambar 193 menunjukan ikan teri, banyar, selar, tongkol dan layang tertangkap sepanjang tahun. Teri banyak
tertangkap musim timur Juni-Juli-Agustus; ikan banyar banyak tertangkap musim peralihan II September-Oktober; selar tertangkap dalam prosentase yang
sama sepanjang tahun; tongkol banyak tertangkap musim peralihan I Maret- April-Mei; dan layang banyak tertangkap pada awal tahun Januari-Februari.
20.000 40.000
60.000 80.000
100.000 120.000
JAN FEB
MAR APR
MEI JUN
JUL AGS
SEP OKT
Hasil tangkapan per bulan berdasarkan jenis ikan kapal bagan PPI Carocok, Painan 2010
TERI BANYAR
SELAR TONGKOL
LAYANG LAIN-LAIN
kg
Gambar 192. Hasil tangkapan per jenis ikan pelagis per bulan kapal bagan PPI Carocok Januari-Oktober 2010
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
JAN FEB
MAR APR
MEI JUN
JUL AGS
SEP OKT
Komposisi jenis ikan pelagis tangkapan bagan di PPI Carocok, Painan 2010
TERI BANYAR
SELAR TONGKOL
LAYANG LAIN-LAIN
Gambar 193. Komposisi jenis hasil tangkapan ikan pelagis per bulan kapal bagan PPI Carocok Januari-Oktober 2010
6.2.4. Perairan Bengkulu
T T
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
2 2
- -
1 1
9 9
9 9
8 8
D D
a a
t t
a a
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
i i
k k
a a
n n
p p
e e
l l
a a
g g
i i
s s
k k
e e
c c
i i
l l
d d
a a
r r
i i
D D
i i
n n
a a
s s
P P
e e
r r
i i
k k
a a
n n
a a
n n
d d
a a
n n
K K
e e
l l
a a
u u
t t
a a
n n
P P
r r
o o
v v
i i
n n
s s
i i
B B
e e
n n
g g
k k
u u
l l
u u
1 1
9 9
9 9
2 2
- -
1 1
9 9
9 9
8 8
m m
e e
n n
u u
n n
j j
u u
k k
k k
a a
n n
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
i i
n n
g g
g g
i i
t t
e e
r r
j j
a a
d d
i i
p p
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
8 8
I I
O O
D D
M M
n n
e e
g g
a a
t t
i i
f f
s s
e e
d d
a a
n n
g g
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
L L
a a
N N
i i
ñ ñ
a a
s s
e e
d d
a a
n n
g g
s s
e e
b b
e e
s s
a a
r r
5 5
5 5
8 8
, ,
1 1
t t
o o
n n
d d
a a
n n
1 1
9 9
9 9
7 7
I I
O O
D D
M M
p p
o o
s s
i i
t t
i i
f f
k k
u u
a a
t t
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
l l
N N
i i
ñ ñ
o o
k k
u u
a a
t t
s s
e e
b b
e e
s s
a a
r r
3 3
9 9
5 5
2 2
, ,
2 2
t t
o o
n n
. .
H H
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
e e
r r
e e
n n
d d
a a
h h
t t
e e
r r
j j
a a
d d
i i
p p
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
6 6
I I
O O
D D
M M
n n
e e
g g
a a
t t
i i
f f
k k
u u
a a
t t
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
N N
S S
O O
n n
o o
r r
m m
a a
l l
s s
e e
b b
e e
s s
a a
r r
2 2
6 6
5 5
, ,
3 3
t t
o o
n n
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
4 4
. .
K K
o o
m m
p p
o o
s s
i i
s s
i i
j j
e e
n n
i i
s s
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
m m
e e
n n
u u
n n
j j
u u
k k
k k
a a
n n
j j
e e
n n
i i
s s
i i
k k
a a
n n
y y
a a
n n
g g
d d
o o
m m
i i
n n
a a
n n
t t
e e
r r
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
d d
a a
l l
a a
h h
k k
e e
m m
b b
u u
n n
g g
1 1
5 5
, ,
6 6
, ,
t t
e e
t t
e e
n n
g g
k k
e e
k k
1 1
3 3
, ,
6 6
, ,
t t
e e
m m
b b
a a
n n
g g
1 1
1 1
, ,
3 3
, ,
t t
e e
r r
i i
9 9
, ,
8 8
d d
a a
u u
n n
b b
a a
m m
b b
u u
8 8
d d
a a
n n
s s
e e
l l
a a
r r
7 7
, ,
6 6
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
5 5
. .
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998 Pelagis kecil
3270,1 3157,2
3150,5 3044,1
2065,338 3952,2
5058,1 1.000
2.000 3.000
4.000 5.000
6.000 Total catch pelagis kecil Bengkulu
1992-1998 ton
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
4 4
. .
T T
o o
t t
a a
l l
p p
r r
o o
d d
u u
k k
s s
i i
i i
k k
a a
n n
p p
e e
l l
a a
g g
i i
s s
k k
e e
c c
i i
l l
B B
e e
n n
g g
k k
u u
l l
u u
1 1
9 9
9 9
2 2
- -
1 1
9 9
9 9
8 8
6 2
7 14
8 3
6 5
10 6
11 6
16
Komposisi jenis hasil tangkapan 1992-1998
Alu-alu Layang
Selar Tetengkek
Daun bambu Sunglir
Belanak Julung-julung
Teri Japuh
Tembang
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
5 5
. .
K K
o o
m m
p p
o o
s s
i i
s s
i i
j j
e e
n n
i i
s s
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
i i
k k
a a
n n
p p
e e
l l
a a
g g
i i
s s
k k
e e
c c
i i
l l
B B
e e
n n
g g
k k
u u
l l
u u
C C
P P
U U
E E
t t
e e
r r
i i
t t
e e
r r
t t
i i
n n
g g
g g
i i
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
5 5
I I
O O
D D
M M
n n
o o
r r
m m
a a
l l
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
L L
a a
N N
i i
ñ ñ
a a
l l
e e
m m
a a
h h
d d
a a
n n
1 1
9 9
9 9
8 8
I I
O O
D D
M M
n n
e e
g g
a a
t t
i i
f f
s s
e e
d d
a a
n n
g g
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
L L
a a
N N
i i
ñ ñ
a a
s s
e e
d d
a a
n n
g g
m m
a a
s s
i i
n n
g g
- -
m m
a a
s s
i i
n n
g g
4 4
k k
g g
t t
r r
i i
p p
, ,
s s
e e
m m
e e
n n
t t
a a
r r
a a
C C
P P
U U
E E
t t
e e
r r
e e
n n
d d
a a
h h
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
6 6
I I
O O
D D
M M
n n
e e
g g
a a
t t
i i
f f
k k
u u
a a
t t
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
N N
S S
O O
n n
o o
r r
m m
a a
l l
. .
C C
P P
U U
E E
k k
e e
m m
b b
u u
n n
g g
, ,
t t
e e
m m
b b
a a
n n
g g
d d
a a
n n
s s
e e
l l
a a
r r
t t
e e
r r
t t
i i
n n
g g
g g
i i
t t
e e
r r
j j
a a
d d
i i
p p
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
7 7
d d
e e
n n
g g
a a
n n
n n
i i
l l
a a
i i
m m
a a
s s
i i
n n
g g
- -
m m
a a
s s
i i
n n
g g
s s
e e
k k
i i
t t
a a
r r
2 2
, ,
4 4
k k
g g
t t
r r
i i
p p
, ,
1 1
4 4
, ,
8 8
k k
g g
t t
r r
i i
p p
d d
a a
n n
5 5
, ,
8 8
k k
g g
t t
r r
i i
p p
, ,
s s
e e
m m
e e
n n
t t
a a
r r
a a
C C
P P
U U
E E
t t
e e
r r
e e
n n
d d
a a
h h
t t
e e
r r
j j
a a
d d
i i
p p
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
3 3
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
6 6
. .
5 10
15 20
25 30
35 40
45
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998
CPUE ikan pelagis kembung, tembang, teri dan selar Bengkulu 1992-1998 kg trip
Kembung Tembang
Teri Selar
kg
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
6 6
. .
C C
P P
U U
E E
i i
k k
a a
n n
k k
e e
m m
b b
u u
n n
g g
, ,
t t
e e
m m
b b
a a
n n
g g
, ,
t t
e e
r r
i i
d d
a a
n n
s s
e e
l l
a a
r r
1 1
9 9
9 9
2 2
- -
1 1
9 9
9 9
8 8
T T
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
6 6
- -
2 2
3 3
H H
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
i i
k k
a a
n n
p p
e e
l l
a a
g g
i i
s s
y y
a a
n n
g g
d d
i i
d d
a a
r r
a a
t t
k k
a a
n n
d d
i i
P P
P P
I I
P P
u u
l l
a a
u u
B B
a a
a a
i i
1 1
9 9
9 9
6 6
- -
2 2
3 3
m m
e e
n n
u u
n n
j j
u u
k k
k k
a a
n n
, ,
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
i i
k k
a a
n n
t t
o o
n n
g g
k k
o o
l l
t t
e e
r r
t t
i i
n n
g g
g g
i i
p p
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
7 7
I I
O O
D D
M M
p p
o o
s s
i i
t t
i i
f f
k k
u u
a a
t t
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
l l
N N
i i
ñ ñ
o o
k k
u u
a a
t t
d d
a a
n n
t t
e e
r r
e e
n n
d d
a a
h h
p p
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
6 6
I I
O O
D D
M M
n n
e e
g g
a a
t t
i i
f f
k k
u u
a a
t t
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
N N
S S
O O
n n
o o
r r
m m
a a
l l
. .
H H
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
k k
e e
m m
b b
u u
n n
g g
t t
e e
r r
t t
i i
n n
g g
g g
i i
p p
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
2 2
1 1
I I
O O
D D
M M
n n
o o
r r
m m
a a
l l
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
N N
S S
O O
n n
o o
r r
m m
a a
l l
; ;
i i
k k
a a
n n
t t
e e
n n
g g
g g
i i
r r
i i
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
e e
r r
t t
i i
n n
g g
g g
i i
t t
e e
r r
j j
a a
d d
i i
p p
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
2 2
3 3
I I
O O
D D
M M
p p
o o
s s
i i
t t
i i
f f
l l
e e
m m
a a
h h
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
N N
S S
O O
n n
o o
r r
m m
a a
l l
; ;
s s
e e
m m
e e
n n
t t
a a
r r
a a
i i
k k
a a
n n
s s
e e
l l
a a
r r
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
e e
r r
t t
i i
n n
g g
g g
i i
t t
e e
r r
j j
a a
d d
i i
p p
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
7 7
I I
O O
D D
M M
p p
o o
s s
i i
s s
i i
f f
k k
u u
a a
t t
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
l l
N N
i i
ñ ñ
o o
k k
u u
a a
t t
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
7 7
. .
20.000 40.000
60.000 80.000
100.000 120.000
140.000 160.000
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
Total catch ikan pelagis selar, tenggiri, tongkol, kembung PPI P. Baai 1996-2003
SELAR TENGGIRI
TONGKOL KEMBUNG
kg
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
7 7
. .
H H
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
o o
t t
a a
l l
p p
e e
r r
j j
e e
n n
i i
s s
i i
k k
a a
n n
1 1
9 9
9 9
6 6
- -
2 2
3 3
P P
P P
I I
P P
u u
l l
a a
u u
B B
a a
a a
i i
B B
e e
r r
d d
a a
s s
a a
r r
k k
a a
n n
d d
a a
t t
a a
b b
u u
l l
a a
n n
a a
n n
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
8 8
m m
e e
n n
u u
n n
j j
u u
k k
k k
a a
n n
f f
l l
u u
k k
t t
u u
a a
s s
i i
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
i i
k k
a a
n n
s s
e e
l l
a a
r r
, ,
t t
e e
n n
g g
g g
i i
r r
i i
d d
a a
n n
t t
o o
n n
g g
k k
o o
l l
b b
e e
r r
b b
e e
d d
a a
b b
e e
r r
d d
a a
s s
a a
r r
k k
a a
n n
w w
a a
k k
t t
u u
. .
H H
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
i i
k k
a a
n n
t t
o o
n n
g g
k k
o o
l l
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
7 7
I I
O O
D D
M M
p p
o o
s s
i i
t t
i i
f f
k k
u u
a a
t t
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
l l
N N
i i
ñ ñ
o o
k k
u u
a a
t t
d d
a a
n n
1 1
9 9
9 9
8 8
I I
O O
D D
M M
n n
e e
g g
a a
t t
i i
f f
s s
e e
d d
a a
n n
g g
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
L L
a a
N N
i i
ñ ñ
a a
s s
e e
d d
a a
n n
g g
u u
m m
u u
m m
n n
y y
a a
t t
i i
n n
g g
g g
i i
s s
e e
p p
a a
n n
j j
a a
n n
g g
t t
a a
h h
u u
n n
d d
a a
n n
p p
o o
l l
a a
y y
a a
n n
g g
s s
a a
m m
a a
t t
e e
r r
j j
a a
d d
i i
t t
a a
h h
u u
n n
2 2
- -
2 2
1 1
; ;
s s
e e
m m
e e
n n
t t
a a
r r
a a
t t
a a
h h
u u
n n
2 2
2 2
I I
O O
D D
M M
p p
o o
s s
i i
t t
i i
f f
l l
e e
m m
a a
h h
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
l l
N N
i i
ñ ñ
o o
l l
e e
m m
a a
h h
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
i i
n n
g g
g g
i i
t t
e e
r r
j j
a a
d d
a a
i i
a a
k k
h h
i i
r r
t t
a a
h h
u u
n n
m m
u u
s s
i i
m m
p p
e e
r r
a a
l l
i i
h h
a a
n n
I I
I I
. .
H H
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
s s
e e
l l
a a
r r
u u
m m
u u
m m
n n
y y
a a
t t
i i
n n
g g
g g
i i
p p
a a
d d
a a
a a
w w
a a
l l
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
7 7
, ,
1 1
9 9
9 9
8 8
, ,
1 1
9 9
9 9
9 9
d d
a a
n n
2 2
2 2
, ,
k k
e e
c c
u u
a a
l l
i i
p p
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
2 2
d d
a a
n n
2 2
3 3
t t
i i
n n
g g
g g
i i
p p
a a
d d
a a
a a
k k
h h
i i
r r
t t
a a
h h
u u
n n
. .
H H
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
e e
n n
g g
g g
i i
r r
i i
u u
m m
u u
m m
n n
y y
a a
t t
i i
n n
g g
g g
i i
p p
a a
d d
a a
a a
k k
h h
i i
r r
t t
a a
h h
u u
n n
1 1
9 9
9 9
8 8
, ,
2 2
2 2
d d
a a
n n
2 2
3 3
. .
S S
e e
m m
e e
n n
t t
a a
r r
a a
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
l l
a a
y y
a a
n n
g g
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
9 9
t t
i i
n n
g g
g g
i i
s s
e e
p p
a a
n n
j j
a a
n n
g g
t t
a a
h h
u u
n n
2 2
1 1
I I
O O
D D
M M
n n
o o
r r
m m
a a
l l
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
N N
S S
O O
n n
o o
r r
m m
a a
l l
d d
a a
n n
2 2
2 2
. .
- 2.000
4.000 6.000
8.000 10.000
12.000 14.000
16.000 18.000
20.000
1 4
7 10 1 4
7 10 1 4
7 10 1 4
7 10 1 4
7 10 1 4
7 10 1 4
7 10 1 4
7 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003
Fluktuasi hasil tangkapan bulanan ikan selar, tongkol dan tenggiri PPI Pulau Baai 1996-2003
SELAR TONGKOL
TENGGIRI
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
8 8
. .
F F
l l
u u
k k
t t
u u
a a
s s
i i
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
b b
u u
l l
a a
n n
a a
n n
i i
k k
a a
n n
s s
e e
l l
a a
r r
, ,
t t
o o
n n
g g
k k
o o
l l
d d
a a
n n
t t
e e
n n
g g
g g
i i
r r
i i
- 50.000
100.000 150.000
200.000 250.000
300.000 350.000
400.000
1 3
5 7
9 11
1 3
5 7
9 11
1 3
5 7
9 11
1 3
5 7
2000 2001
2002 2003
Hasil tangkapan bulanan layang PPI Pulau Baai 1996-2003
kg
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
9 9
9 9
. .
F F
l l
u u
k k
t t
u u
a a
s s
i i
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
b b
u u
l l
a a
n n
a a
n n
i i
k k
a a
n n
l l
a a
y y
a a
n n
g g
T T
a a
h h
u u
n n
2 2
9 9
- -
2 2
1 1
D D
a a
t t
a a
P P
P P
I I
P P
u u
l l
a a
u u
B B
a a
a a
i i
t t
a a
h h
u u
n n
2 2
9 9
I I
O O
D D
M M
n n
o o
r r
m m
a a
l l
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
E E
l l
N N
i i
ñ ñ
o o
l l
e e
m m
a a
h h
d d
a a
n n
2 2
1 1
I I
O O
D D
M M
p p
o o
s s
i i
t t
i i
f f
l l
e e
m m
a a
h h
b b
e e
r r
a a
s s
o o
s s
i i
a a
s s
i i
L L
a a
N N
i i
ñ ñ
a a
s s
e e
d d
a a
n n
g g
m m
e e
n n
u u
n n
j j
u u
k k
k k
a a
n n
p p
r r
o o
d d
u u
k k
s s
i i
i i
k k
a a
n n
p p
e e
l l
a a
g g
i i
s s
b b
e e
s s
a a
r r
t t
u u
n n
a a
, ,
t t
o o
n n
g g
k k
o o
l l
d d
a a
n n
c c
a a
k k
a a
l l
a a
n n
g g
s s
e e
r r
t t
a a
p p
e e
l l
a a
g g
i i
s s
k k
e e
c c
i i
l l
i i
k k
a a
n n
l l
a a
y y
a a
n n
g g
G G
a a
m m
b b
a a
r r
2 2
, ,
d d
i i
m m
a a
n n
a a
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
i i
k k
a a
n n
c c
a a
k k
a a
l l
a a
n n
g g
s s
a a
n n
g g
a a
t t
d d
o o
m m
i i
n n
a a
n n
. .
H H
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
c c
a a
k k
a a
l l
a a
n n
g g
m m
e e
n n
e e
m m
p p
a a
t t
i i
5 5
- -
7 7
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
i i
k k
a a
n n
p p
e e
l l
a a
g g
i i
s s
y y
a a
n n
g g
d d
i i
d d
a a
r r
a a
t t
k k
a a
n n
s s
e e
l l
a a
m m
a a
2 2
9 9
- -
2 2
1 1
s s
a a
m m
p p
a a
i i
J J
u u
n n
i i
2 2
1 1
. .
H H
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
e e
r r
t t
i i
n n
g g
g g
i i
c c
a a
k k
a a
l l
a a
n n
g g
t t
e e
r r
j j
a a
d d
i i
p p
a a
d d
a a
b b
u u
l l
a a
n n
M M
e e
i i
d d
a a
n n
J J
u u
n n
i i
2 2
9 9
d d
a a
n n
t t
e e
r r
e e
n n
d d
a a
h h
p p
a a
d d
a a
b b
u u
l l
a a
n n
S S
e e
p p
t t
e e
m m
b b
e e
r r
. .
P P
u u
n n
c c
a a
k k
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
i i
k k
a a
n n
l l
a a
y y
a a
n n
g g
d d
a a
n n
t t
o o
n n
g g
k k
o o
l l
p p
a a
d d
a a
m m
u u
s s
i i
m m
t t
i i
m m
u u
r r
d d
a a
n n
m m
u u
s s
i i
m m
p p
e e
r r
a a
l l
i i
h h
a a
n n
I I
I I
, ,
s s
e e
m m
e e
n n
t t
a a
r r
a a
i i
k k
a a
n n
t t
u u
n n
a a
p p
a a
d d
a a
a a
w w
a a
l l
t t
a a
h h
u u
n n
m m
u u
s s
i i
m m
b b
a a
r r
a a
t t
d d
a a
n n
m m
u u
s s
i i
m m
p p
e e
r r
a a
l l
i i
h h
a a
n n
I I
. .
K K
o o
m m
p p
o o
s s
i i
s s
i i
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
u u
n n
a a
G G
a a
m m
b b
a a
r r
2 2
1 1
, ,
i i
k k
a a
n n
t t
u u
n n
a a
j j
e e
n n
i i
s s
b b
i i
g g
e e
y y
e e
m m
e e
n n
d d
o o
m m
i i
n n
a a
n n
s s
i i
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
d d
e e
n n
g g
a a
n n
p p
r r
s s
e e
n n
t t
a a
s s
e e
5 5
- -
9 9
8 8
. .
P P
a a
d d
a a
t t
a a
h h
u u
n n
2 2
9 9
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
d d
i i
d d
o o
m m
i i
n n
a a
n n
s s
i i
o o
l l
e e
h h
i i
k k
a a
n n
t t
u u
n n
a a
j j
e e
n n
i i
s s
b b
i i
g g
e e
y y
e e
, ,
s s
e e
m m
e e
n n
t t
a a
r r
a a
p p
a a
d d
a a
2 2
1 1
i i
k k
a a
n n
t t
u u
n n
a a
j j
e e
n n
i i
s s
y y
e e
l l
l l
o o
w w
f f
i i
n n
m m
u u
l l
a a
i i
b b
a a
n n
y y
a a
k k
t t
e e
r r
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
t t
e e
r r
u u
t t
a a
m m
a a
m m
u u
l l
a a
i i
b b
u u
l l
a a
n n
A A
p p
r r
i i
l l
- -
J J
u u
n n
i i
. .
20.000 40.000
60.000 80.000
100.000 120.000
140.000 160.000
180.000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
1 2
3 4
5 6
2009 2010
Total catch bulanan ikan pelagis PPI Pulau Baai 2009-2010
BIG EYE YELLOW FIN
TONGKOL LAYANG
CAKALANG
kg
G G
a a
m m
b b
a a
r r
2 2
. .
T T
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
o o
t t
a a
l l
p p
e e
r r
b b
u u
l l
a a
n n
i i
k k
a a
n n
p p
e e
l l
a a
g g
i i
s s
P P
P P
I I
P P
u u
l l
a a
u u
B B
a a
a a
i i
2 2
9 9
- -
2 2
1 1
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
1 2
3 4
5 6
2009 2010
Komposisi hasil tangkapan tuna 2009-2010 PPI P. Baai
BIG EYE YELLOW FIN
G G
a a
m m
b b
a a
r r
2 2
1 1
. .
K K
o o
m m
p p
o o
s s
i i
s s
i i
h h
a a
s s
i i
l l
t t
a a
n n
g g
k k
a a
p p
a a
n n
t t
u u
n n
a a
d d
i i
P P
P P
I I
P P
u u
l l
a a
u u
B B
a a
a a
i i
2 2
9 9
- -
J J
u u
n n
i i
2 2
1 1
7. HUBUNGAN HASIL TANGKAPAN DENGAN KONDISI
OSEANOGRAFI DAN KESUBURAN PERAIRAN
7.1. Pengaruh Kondisi Oseanografi
Ikan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut dan masih banyak faktor lainnya Bront, 1979. Demikian pula dinyatakan oleh Krebs
1972 bahwa distribusi suatu jenis ikan di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat fisik dan kimia air, hubungan organisme tersebut dengan
organisme lainnya serta tingkah laku organisme dalam memilih habitatnya. Pengaruh kondisi oseanografi perairan di atas mengakibatkan ikan akan
meresponnya dengan cara menjauhi ataupun berkumpul pada daerah dengan kondisi lingkungan yang optimal.
Keberadaan suatu jenis ikan juga sangat berhubungan dengan produktivitas primer perairan tersebut. Suhu, intensitas cahaya dan nutrien
merupakan penentu produktivitas primer di perairan Valiela, 1984; Parson et al., 1984; dan Tomascik et al., 1997, selain itu komposisi jenis fitoplankton juga
berperan dalam mendukung produktivitas primer tersebut Heyman and Lundgren, 1988. Selanjutnya Valiela 1984 mangatakan bahwa tinggi rendahnya
produktivitas perairan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran biomassa fitoplankton dan konsentrasi klorofil-a.
Sebaran klorofil-a di dalam kolom perairan sangat tergantung pada konsentrasi nutrien. Konsentrasi nutien di lapisan permukaan sangat sedikit dan
akan meningkat pada lapisan termoklin dan lapisan di bawahnya. Hal mana juga dikemukakan oleh Brown et al., 1989, nutrien memiliki konsentrasi rendah dan
berubah-ubah pada permukaan laut dan konsentrasinya meningkat dengan bertambahnya kedalaman serta akan mencapai konsentrasi maksimum pada
kedalaman antara 500-1500 m. Dari semua proses dinamika massa air, upwelling merupakan faktor utama
yang berperan terhadap tingginya konsentrasi klorofil-a di lapisan permukaan perairan. Seperti telah dijelaskan pada Bab terdahulu, upwelling merupakan
proses terangkatnya massa air dalam yang kaya nutrien ke lapisan permukaan tercampur. Bila proses upwelling dapat terjadi dengan baik dan didukung oleh
dangkalnya lapisan termoklin, maka fenomena upwelling sangat membantu dalam menyediakan nutrien dengan konsentrasi tinggi pada lapisan permukaan
tercampur. Tingginya kandungan nutrien pada lapisan permukaan memicu peningkatan konsentrasi fitoplankton yang kelimpahannya dapat dideteksi melalui
pigmen hijaunya klorofil. Konsentrasi klorofil merupakan salah satu parameter lingkungan yang dapat digunakan menjelaskan keberadaan gerombolan ikan di
suatu perairan. Fluktuasi konsentrasi klorofil menunjukkan tingkat kesuburan suatu perairan sekaligus kelimpahan dan densitas ikan di daerah tersebut.
7.2. Sebaran SPL dan Kejadian Upwelling
Fenomena Indian Ocean Dipole Mode IODM sangat jelas terlihat mempengaruhi parameter oseanografi perairan Samudera Hindia di barat
Sumatera dan selatan Jawa Barat, terutama suhu permukaan laut SPL yang sebaran dan dinamikanya menjadi fokus dalam penelitian ini. Pengaruh IODM
terhadap SPL di barat Sumatera menunjukkan pola semakin ke utara semakin melemah dan sebaliknya menguat ke arah selatan mendekati
“kotak” wilayah pengukuran anomali SPL di timur Samudera Hindia, yang oleh Saji, et al., 1999
disebut sebagai Southeastern Temperature Indian OceanSETIO 90°-110°; 10°LS - Ekuator mencakup perairan Sumatera Barat, BengkuluLampung dan
selatan Jawa Barat. Pola yang demikian terlihat jelas dari plot grafik indeks IODM dengan nilai sebaran SPL rerata bulanan 1994-2009 di lokasi
penangkapan ikan di perairan Aceh, Sibolga, Sumatera Barat, Bengkulu dan selatan Jawa Barat Gambar 202.
Fase IODM positif kuat 1994, 1997 dan 2006 memberikan dampak penurunan SPL yang signifikan akibat peristiwa upewelling yang sangat intensif
di selatan Jawa Barat dan barat Sumatera. Dari nilai sebaran SPL yang terdeteksi di selatan Jawa Barat, SPL terendah yang dibangkitkan peristiwa upwelling fase
IODM positif kuat 1994 dan 2006 berdasarkan citra SPL NOAA-AVHRR adalah 22
C, lebih rendah dibandingkan tahun 1997 23 C. Menandakan intensitas
IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994 dan IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah 2006 membangkitan upwelling dengan suhu massa air
terendah dalam penelitian ini. Sementara IODM positif kuat berasosiasi El Niño
kuat 1997 memberikan dampak terjadinya upwelling dalam wilayah perairan yang jauh lebih luas dibanding tahun 1994 dan 2006.
85 90
95 100
105 110
BT 5
10 LS
5 LU
Aceh Sibolga
Padang Bengkulu
JABAR
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
26,0 26,5
27,0 27,5
28,0 28,5
29,0 29,5
30,0 30,5
31,0 31,5
J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O 1994
1995 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
ACEH
SPL DMI
C -4
-3 -2
-1 1
2 3
4 25,5
26,0 26,5
27,0 27,5
28,0 28,5
29,0 29,5
30,0 30,5
31,0 31,5
J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S 1994
1995 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 SIBOLGA
SPL DMI
C C
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
25,0 25,5
26,0 26,5
27,0 27,5
28,0 28,5
29,0 29,5
30,0 30,5
31,0 31,5
J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O 1994
1995 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
SUMATERA BARAT
SPL DMI
C
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
25,0 25,5
26,0 26,5
27,0 27,5
28,0 28,5
29,0 29,5
30,0 30,5
31,0 31,5
32,0 J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
BENGKULU
SPL DMI
C
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
25,0 25,5
26,0 26,5
27,0 27,5
28,0 28,5
29,0 29,5
30,0 30,5
31,0 31,5
32,0 J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
SELATAN JABAR
SPL DMI
C
= Indeks DMI = SPL
C
KET:
Gambar 202. Grafik SPL dan Indeks DMI 1994-2009 Sesuai posisi geografisnya, perairan Aceh yang berada di bagian paling
utara dalam penelitian ini, mengalami penurunan SPL yang lebih kecil dibandingkan dengan perairan Sumatera Barat, Bengkulu maupun selatan Jawa
Barat pada fase IODM positif kuat 1994, 1997 dan 2006. Sebaliknya perairan selatan Jawa Barat, Bengkulu dan Sumatera Barat mengalami penurunan SPL
yang signifikan terkait dengan terjadinya upwelling di perairan ini. Sementara perairan Sibolga memiliki nilai sebaran rerata SPL intermediate, berada di antara
kedua kelompok tersebut. Rerata SPL terendah pada puncak fase IODM positif kuat berasosiasi El
Niño sedang 1994 dari lokasi paling selatan ke arah utara secara berurutan di selatan Jawa Barat, Bengkulu, Sumatera Barat, Sibolga dan barat Aceh masing-
masing: 25 C; 25.5
C; 26 C; 27.5
C; dan 28 C. Pada puncak fase IODM positif
kuat berasosiasi El Niño kuat 1997, rerata SPL masing-masing:26 C; 26.5
C; 28 C; 27.5
C; dan 28.5 C. Sementara fase puncak IODM positif kuat berasosiasi
El Niño lemah 2006, rerata SPL masing-masing 26.5 C; 27
C; 28 C; 28.5
C
dan 28.5 C. SPL rerata terendah pada fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño
sedang 1994 menunjukkan intensitas upwelling yang tinggi pada saat tersebut melebihi tahun 1997 dan 2006.
Upwelling di barat Sumatera barat Lampung juga terjadi pada fase IODM positif lemah 2003 berasosiasi ENSO normal dan tahun 2007 IODM
positif lemah berasosiasi La Niña lemah. Pada 2002 berasosiasi El Niño lemah dan 2008 berasosiasi ENSO normal upwelling tidak ditemukan di barat
Sumatera dan hanya terjadi di selatan Jawa Barat. Munculnya upwelling di barat Sumatera pada fase IODM positif lemah berasosiasi La Niña lemah 2007 dan
tidak munculnya upwelling pada fase IODM positif lemah berasosiasi El Niño lemah 2002 menguatkan bukti bahwa IODM merupakan fenomena yang berdiri
sendiri yang terjadi di Samudera Hindia tanpa melibatkan ENSO di Samudera Pasifik, seperti halnya dinyatakan Saji et al. 1999 dan pendapat Webster et al.
1999. Dalam penelitian ini ditemukan indikasi, upwelling akan muncul di barat Sumatera pada fase IODM positif lemah jika indeks DMI positif berlangsung
lama tahun 2003: 12 bulan; 2007: 10 bulan. Kejadian bersamaan berasosiasi IODM dengan ENSO El Niño atau La Niña pada kenyataannya lebih bersifat
menguatkan atau memperlemah dampak yang ditimbulkan IODM.
7.3. Kelimpahan Kesuburan Perairan
Grafik nilai sebaran rerata SPL dengan nilai sebaran rerata klorofil-a September 1997-2009 seperti terlihat pada Gambar 203 menunjukkan adanya
pengaruh upwelling SPL rendah terhadap peningkatan nilai sebaran klorofil-a pada fase IODM positif di barat Sumatera dan selatan Jawa Barat, kecuali di
perairan Aceh. Khusus di perairan Aceh, pengaruh aliran massa air dari Teluk Benggala, Laut Andaman dan Selat Malaka lebih dominan, sehingga pada fase
IODM positif kuat, SPL di perairan ini cenderung lebih hangat dan pada saat bersamaan tidak terjadi pengkayaan nilai sebaran klorofil-a yang signifikan seperti
yang umum terjadi akibat proses upwelling. Artinya, pengkayaan klorofil-a di perairan ini bukan berasal dari proses upwelling, tetapi pengaruh aliran massa air.
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35 0,4
0,45 26,5
27,0 27,5
28,0 28,5
29,0 29,5
30,0 30,5
31,0 31,5
S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
ACEH
SPL KLO
mgm3 0C
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 25,0
26,0 27,0
28,0 29,0
30,0 31,0
32,0
S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
SIBOLGA
SPL KLO
C mgm
3
C mgm
3
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 26,0
26,5 27,0
27,5 28,0
28,5 29,0
29,5 30,0
30,5 31,0
31,5 S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
SUMATERA BARAT
SPL Klorofil-a
C mgm
3
0,15 0,3
0,45 0,6
0,75 0,9
1,05 24,0
25,0 26,0
27,0 28,0
29,0 30,0
31,0 32,0
S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
BENGKULU
SPL KLO
C mgm
3
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35 0,4
0,45 0,5
24,0 25,0
26,0 27,0
28,0 29,0
30,0 31,0
S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N J 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
SELATAN JAWA BARAT
SPL Klorofil-a
C mgm
3
85 90
95 100
105 110
BT 5
10 LS
5 LU
Aceh Sibolga
Padang Bengkulu
JABAR
= KLOROFIL-a = SPL
C
KET:
Gambar 203. Grafik sebaran SPL dan Klorofil-a 1997-2009 Karakteristik yang khas dari pola sebaran klorofil-a di perairan Sibolga,
Sumatera Barat, Bengkulu dan selatan Jawa Barat adalah rendah pada awal tahun dan mengalami peningkatan pada musim timur. Nilai sebaran klorofil-a terendah
umumnya ditemukan pada musim barat dan musim peralihan I berkisar 0,05- 0,1 mgm
3
. Lonjakan nilai sebaran klorofil-a pada musim timur menjadi sangat tinggi ketika muncul fase IODM positif yang membangkitkan upwelling teradi secara
intensif. Peningkatan sebaran klorofil-a fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997, terlihat jelas di perairan Sibolga dengan nilai sebaran rerata
tertinggi 0,6 mgm
3
; perairan Sumatera Barat sekitar 0,65 mgm
3
; perairan Bengkulu jauh lebih tinggi yaitu 0,9 mgm
3
; sementara di perairan selatan Jawa Barat justru lebih rendah yaitu sekitar 0,45 mgm
3
. Diduga pusat upwelling dengan intensitas tertinggi pada tahun 1997 terjadi di barat Bengkulu. Besaran
lonjakan nilai sebaran klorofil-a fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997 di barat Sumatera hampir sama nilainya dengan sebaran klorofil-a saat
puncak upwelling bulan September di selatan Jawa Timur yang menurut Tubalawony 2007 berkisar antara 0,6
– 1 mgm
3
. Pengkayaan klorofil-a fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah tahun 2006 hanya terlihat jelas di
perairan selatan Jawa Barat dan Bengkulu. Demikian juga dengan tahun 2007 fase IODM positif lemah berasosiasi La Niña lemah, peningkatan sebaran
klorofil-a hanya terlihat jelas di selatan Jawa Barat dan perairan Bengkulu.
7.4. Kelimpahan Ikan Pelagis
Dampak upwelling yang berlangsung fase IODM positif terhadap kondisi oseanografi di barat Sumatera adalah terjadinya penurunan SPL dan peningkatan
nilai sebaran salinitas. Hal ini karena massa air yang terangkat dari lapisan dalam ke permukaan merupakan massa air dengan salinitas tinggi dan SPL rendah.
Upwelling intensif pada fase IODM positif kuat di barat Sumatera juga terbukti telah meningkatkan konsentrasi klorofil-a dan nilai sebaran NPP karena
massa air yang naik ke permukaan membawa cukup banyak nutiren yang dimanfaatkan oleh fitoplankton. Sehingga kelimpahan fitoplankton yang
terdeteksi dari nilai sebaran klorofil-a pada fase IODM positif sangat tinggi. Fitoplankton tersebut merupakan salah satu makanan jenis-jenis ikan pelagis kecil
yang menjadi tujuan utama penangkapan nelayan. Potier dan Sadhotomo 1995 mengelompokkan ikan pelagis ke dalam 3
kelompok terkait responnya terhadap aliran massa air dominan yang mempengaruhi hasil tangkapan nelayan, yakni: a. Populasi oseanik, yaitu
Decapterus macrosoma layang deles, Ambligaster sirm sirosarden, dan Rastreliger kanagurta banyar, tertangkap ketika massa air oseanik dominan; b.
Populasi neritik yaitu: Decapterus ruselli layang dan kembung Rastreliger brachysoma tertangkap sepanjang tahun di perairan dengan kedalaman kurang
dari 200 m; dan c. Populasi coastal, yaitu Selar crumenopthalmus selar bentong dan Sardinella gibosa tembang tertangkap di perairan dekat pantai. Di perairan
barat Sumatera, jenis layang oseanik selain layang deles yang banyak tertangkap adalah layang biru Decapterus macarellus, sebagai populasi layang laut dalam.
Sementara jenis ikan oseanik lainnya yang juga banyak tertangkap di barat Sumatera adalah ikan jenis lemuru Sardinella lemuru.
Komunikasi pribadi dengan peneliti dari Kelompok Peneliti Sumberdaya Perikanan Pelagis Kecil di Balai Penelitian Perikanan Laut BPPL Jakarta, Tuti
Hariati 2010, yang melakukan survei perikanan pelagis di barat Sumatera pada
pertengahan tahun 1994, menyebutkan hasil tangkapan nelayan di barat Sumatera mulai dari Padang sampai Sibolga didominansi ikan layang deles Decapterus
macrosoma. Produksi ikan ini melimpah bertepatan dengan fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994.
Hasil wawancara dengan nelayan dan petugas Dinas Perikanan di Padang, Painan dan Bengkulu 2010 mengenai hasil tangkapan ikan pelagis,
menunjukkan pola yang sedikit bebeda antara ketiga lokasi. Tetapi umumnya untuk hasil tertinggi musim puncak ikan berkorelasi dengan fase-fase IODM
positif kuat 1994, 1997 dan 2006 dengan kategori hasil tangkapan “sangat
tinggi”, sementara musim paceklik ikan terjadi pada fase IODM negatif dan fase IODM normal berasosiasi ENSO normalLa Niña Gambar 204. Sebagai
pembanding, pada Gambar 205 ditampilkan total produksi perikanan tangkap dari data statistik yang dikeluarkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Sumatera Barat dan Bengkulu. Hasil tangkapan tonda tahun 1994, 1997 dan 2006 di Padang berupa ikan
cakalang dan hasil tangkapan pancing ulur berupa baby tuna menurut penuturan nelayan yang diwawancarai, hasilnya sangat banyak, melebihi hasil tangkapan
tahun-tahun lainnya. Tahun 2006 nara sumber yang diwawancarai di Padang menyebutkan sebagai tahun “banjir ikan”. Jika dikonfirmasi dengan hasil
tangkapan tuna, cakalang dan tongkol yang tercatat di PPS Bungus menunjukkan lonjakan produksi yang sangat tinggi, melebihi tahun 1994 dan 1997. Hasil
tangkapan fase IODM positif lemah 2002 dan 2003 di Padang, Painan dan Bengkulu menurut hasil wawancara masuk kategori “tinggi”. Fase IODM positif
lemah 2007 dan 2008 menunjukkan pola yang berbeda, di bagian selatan perairan ini Painan dan Bengkulu hasil tangkapan sedikit sementara di bagian utara
Padang tetap tinggi. Diduga asosiasi ENSO berupa La Niña lemah 2007 dan ENSO normal 2008 memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kondisi
oseanografi dan kesuburan perairan yang berdampak pada kelimpahan ikan di perairan Painan dan Bengkulu.
IODM ENSO
TAHUN PADANG
PAINAN BENGKULU
P +++
El Niño + +
1994 Sangat Tinggi
La Niña -
1995
Tinggi
N - - - N
1996 Tinggi
P +++ El Niño + + +
1997 Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
N - -
La Niña - -
1998 Sedang
Sedang
La Niña - -
1999 Paceklik
Paceklik
La Niña -
2000 Tinggi
Paceklik Paceklik
N
2001 Paceklik
Paceklik Sedang
P +
El Niño +
2002 Tinggi
Tinggi Tinggi
P + N
2003 Tinggi
Tinggi Tinggi
El Niño +
2004 Paceklik
Paceklik Sedang
N - - N
2005 Tinggi
Paceklik Sedang
P +++ El Niño +
2006 Sangat Tinggi
Sangat Tinggi Sangat Tinggi
P +
La Niña -
2007 Tinggi
Tinggi Sedang
P + N
2008 Tinggi
Sedang Paceklik
El Niño +
2009 Tinggi
Paceklik Paceklik
La Niña -
2010 Paceklik
Paceklik Paceklik
Ket: Sumber:
+ + + kuat, + + sedang, + lemah Awaludin Yahya, Kel. Nelayan Tonda Muaro - Padang
0=IODM Normal, N=ENSO Normal Aciak, Petugas Perikananpelaku bisnis ikan, Painan
Artison, Staf PSDK PPI Pulau Baai
Hasil wawancara Musim Ikan di Barat Sumatera 2010
Gambar 204. Plot musim ikan di barat Sumatera hasil wawancara dengan nelayan
IODM ENSO
P +++
El Niño + + La Niña -
N - - - N
P +++
El Niño + + +
N - -
La Niña - - La Niña - -
La Niña - N
P +
El Niño +
P + N
El Niño +
N - - N
P +++ El Niño +
P +
La Niña -
P + N
El Niño + La Niña -
Ket: + + + kuat, + + sedang, + lemah
0=IODM Normal, N=ENSO Normal
50.000 100.000
150.000 200.000
2008 2007
2006 2005
2004 2003
2002 2001
2000 1999
1998 1997
1996 1995
Bengkulu Sumatera Barat
Statistik Perikanan Provinsi
ton
Gambar 205. Plot produksi perikanan tangkap dengan fase IODM dan asosiasinya dengan ENSO 1995-2008 Sumber: Statistik Perikanan Provinsi
Sumatera Barat dan Bengkulu 1995-2008