Produktivitas Primer TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 16. Prinsip dasar ocean color berkerja pada panjang gelombang visible Sumber: http:www.eeb.ucla.edu Sensor ocean color dapat digunakan mendeteksi material terlarut dan kandungan klorofil dari fitoplankton yang ada di permukaan perairan hingga kedalaman tertentu. Fitoplankton adalah kelompok organisme tumbuhan laut yang hanyut bebas di perairan. Fitoplankton merupakan penyumbang terbesar fotosintesis di laut, sehingga sangat penting perananya sebagai pengikat awal energi matahari. Kelas fitoplankton yang dominan di lautan adalah Bacillariophyceae Diatoms, Dinopyceae Dinoflagellata, Haptophyceae Coccolithoporis dan Criptophyceae Chrysomonands. Dinoflagellata dan Diatom tersebar secara luas di seluruh lautan dunia, baik di perairan pantai maupun di oseanik Nybaken, 1992. Fitoplankton mengandung pigmen dan yang umum didapati pada fitoplankton adalah klorofil a, b dan c. Namun yang paling dominan adalah klorofil-a. Salah satu fungsi klorofil adalah untuk menyerap energi elektromagnetik cahaya yang datang untuk digunakan dalam proses fotosintesa. Distribusi spektral dan radiasi gelombang elektromagnetik REM yang berasal dari tubuh air laut memberikan informasi tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan kualitas air laut tersebut, termasuk material yang terlarut di dalamnya. Material tersebut dapat berasal dari zat organik maupun anorganik. Proses fisik yang menyebakan material tersebut mempengaruhi rona air laut adalah serapan dan hamburan secara selektif oleh air laut, dimana proses tersebut sangat bergantung pada panjang gelombang REM yang diterimanya. Gambar 17 menunjukkan perbedaan reflektansi antara air jernih, klorofil dan material an- organik terlarut dalam air berdasarkan panjang gelombang visible. 400 443 500 520 550 600 670 700 0.1 1 10 100 Panjang gelombang nm B ack s ca tt er ing Gambar 17.Reflektansi air jernih A, klorofil B dan material an-organik terlarut C berdasarkan panjang gelombang Sumber: http:www.eeb.ucla.edu Sifat optik air murni dan air laut secara umum mudah dimengerti, dimana attenuasi cahaya meningkat tajam di luar kisaran cahaya tampak. Di atas panjang gelombang 700 nm daya serap meningkat dan di bawah 400 nm, penetrasi cahaya dibatasi oleh meningkatnya hamburan. Sifat optik secara drastis akan berubah jika ada zat tersuspensi dan atau terlarut bertambah ke dalam perairan. Klorofil memiliki sifat absorbsi yang tinggi pada kanal biru dan merah, pantulan maksimum terjadi pada saluran hijau. Tingginya pantulan disebabkan naiknya koefisien hambur b b λ. Pada saluran hijau koefisien absorbsi a λ, secara tajam berubah karena pigmen klorofil-a tidak menyerap pada kanal hijau. Pada kanal biru daya absorbsi klorofil-a sangat tinggi, karena daya absorbsi lebih besar dari daya hambur akibatnya pantulan menjadi rendah pada kanal biru. Algoritma ocean color adalah sebuah formula atau prosedur matematik untuk menentukan keberadaan perairan dari radiasi yang diukur dengan sensor ocean color. Algoritma dapat dikembangkan secara analitik lebih mengarah pada pengembangan algoritma secara teoritis dan pengembangan secara empiris yaitu berdasarkan hubungan radiasi pada masing-masing kanal atau rasio kanal dengan konsentrasi klorofil di suatu perairan dengan statistik regresi Campbell, 1999. Koefisien absorbsi dari pigmen termasuk klorofil-a pada panjang cahaya menunjukkan bahwa absorbsi tertinggi terjadi pada panjang gelombang 430 nm biru dan terendah pada 580 nm hijau. Berdasarkan kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa rasio λ430 λ580 sangat sensitif mendeteksi konsentrasi pigmen Deschamps dalam Cracknell, 1981. Pengukuran konsentrasi klorofil-a dari citra satelit dilakukan dengan rasio antara kanal yang mempunyai daya absorbsi maksimum dengan kanal yang mempunyai daya absorbsi minimum terhadap klorofil-a. Dengan demikian prinsip dasar pengembangan algoritma ocean color adalah rasio antara kanal biru dan kanal hijau. Beberapa algoritma yang dikembangkan untuk ocean color berdasarkan rasio kanal adalah: 1 Algoritma untuk sensor Coastal Zone Color Scanner CZCS Klorofil Chl = 1.130 L w 443L w 550 -1.705 untuk Chl1.5 mg m3 .......6 Chl mgm 3 = 3.327 L w 520L w 550 -1.705 untuk Chl1.5 mg m3 ..........7 dimana: L w 520 = radiasi kanal hijau; L w 443 = radiasi kanal biru 2 Algoritma untuk sensor Ocean Color Thermal Sensor OCTS Chl mgm 3 = 0.2818 L w 520+L w 565L w 490 3.47 .............................8 dimana: L w 520 = radiasi kanal hijau; L w 490 = radiasi kanal biru 3 Algoritma untuk sensor Sea Viewing Wide Field of View Sensor SeaWiFS dan Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer MODIS Algoritma pengembangan dari SeaWiFS Bio-Optical Algorithm Mini- workshop SeaBAM Project dengan menggunakan basis data SeaBASS. Berdasarkan hasil evaluasi, dengan menggunakan formulasi rasio kanal maksimum maximum band ratioMBR, algoritma yang paling baik adalah algoritma Ocean Chlorophyll 4 OC4 yang menghasilkan dterminasi r2 0.932 O’Reilly et al., 1998; Hooker dan McClain, 2000. Persamaan empiris algoritma ini menggunakan ratio nilai nL w tertinggi untuk kanal 443, 490, 510 dan 555 nm O’Reilly et al., 1998. 532 . 1 649 . 930 . 1 067 . 3 366 . 4 3 2 10 4 4 R R R R v OC Chla      555 555 510 510 , 490 490 , 443 443 max F nL F nL F nL F nL R w w w w                ..................... 9 F adalah nilai irradiance dari extraterrestrial solar. Algoritma ini memiliki akurasi lebih baik dibandingkan algoritma klorofil lainnya seperti OC2 Ocean Chlorophyll 2-band dengan tingkat ketelitian  35 Hooker et al., 2000; Hendiarti, 2004. Algoritma ini terdapat dalam software SeaDAS 4.

2.8. Sumberdaya Perikanan Pelagis di Barat Sumatera WPP 572

Sumberdaya ikan pelagis di Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP 572 Samudera Hindia barat Sumatera terdiri dari dua kelompok, yaitu sumber daya ikan pelagis besar dan sumber daya ikan pelagis kecil Lampiran 3. J J e e n n i i s s i i k k a a n n p p e e l l a a g g i i s s b b e e s s a a r r y y a a n n g g d d o o m m i i n n a a n n t t e e r r t t a a n n g g k k a a p p a a d d a a l l a a h h j j e e n n i i s s - - j j e e n n i i s s t t u u n n a a s s e e p p e e r r t t i i madidihang Thunnus albacares, tuna mata besar Thunnus obesus dan albakora Thunnus alalunga , , c c a a k k a a l l a a n n g g Katsuwonus pelamis d d a a n n t t o o n n g g k k o o l l Euthynnus spp . . S S e e d d a a n n g g k k a a n n j j e e n n i i s s n n o o n n t t u u n n a a a a d d a a l l a a h h m m a a r r l l i i n n Makaira sp , , c c u u c c u u t t d d a a n n p p a a r r i i . . U U n n t t u u k k j j e e n n i i s s i i k k a a n n p p e e l l a a g g i i s s k k e e c c i i l l k k e e l l o o m m p p o o k k C C a a r r a a n n g g i i d d a a e e a a d d a a l l a a h h i i k k a a n n l l a a y y a a n n g g D D e e c c a a p p t t e e r r u u s s s s p p , , Selar Selaroides leptolepis dan sunglir Elagastis bipinnulatus, kelompok Clupeidae seperti teri Stolephorus indicus, japuh Dussumieria spp, tembang Sadinella fimbriata, lemuru Sardinella longiceps dan siro Amblygaster sirm, dan kelompok Scombridae seperti kembung Rastrelliger macrosoma dan banyar Rastrelliger kanagurta H H a a r r i i a a t t i i , , 2 2 1 1 . . Ciri utama dari sumber daya ikan pelagis adalah sifat migrasi yang cukup jauh bahkan ikan tuna pelagis besar memiliki sifat migrasi oseanik yang sangat jauh highly migratory sampai melampaui batas-batas jurisdiksi suatu negara. Oleh karenanya, tuna yang tertangkap di perairan Samudera Hindia merupakan satu unit stok Badrudin et. al., 2005. Kelompok ikan pelagis kecil yang ditangkap di perairan Samudera Hindia sampai saat ini diduga jenis ikan pelagis neritik dengan migrasi yang tidak terlalu jauh dibandingkan dengan kelompok pelagis besar Badrudin, et al.,2005. Dengan demikian sumberdaya ikan pelagis kecil, demersal, udang dan cumi- cumisotong yang ada di WPP 572 Samudera Hindia barat Sumatera dan WPP 573 Samudera Hindia selatan Jawa diasumsikan ke dalam 3 unit stok yaitu stok perairan; 1 Barat Sumatera, 2 Selatan Jawa dan 3 Bali-Nusa Tenggara. Asumsi tersebut dilakukan berdasarkan kenyataan bahwa nelayan dari ketiga wilayah perairan tersebut melakukan kegiatan penangkapan dan mendaratkan hasil tangkapannya di sepanjang pantai di wilayah masing-masing. Dengan demikian produksi ikan yang dicatat di wilayah barat Sumatera berasal dari hasil tangkapan yang dilakukan di sepanjang pantai barat Sumatera. Demikian juga halnya dengan produksi yang dicatat di selatan Jawa dan Bali-Nusatenggara tidak merupakan campuran dari wilayah lain Samudera Hindia Badrudin, et al., 2005. Hariati 2005 menyebutkan jenis-jenis pelagis kecil yang bersifat oceanic seperti layang dan banyar banyak tertangkap nelayan di Aceh dan Sibolga pada periode waktu tertentu, sementara jenis teri banyak diusahakan penangkapannya dengan bagan di Sibolga, Air Bangis dan Carocok-Painan. Estimasi potensi sumberdaya ikan perairan Indoensia yang terbaru dikeluarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia 2011, menyebutkan total potensi sumberdaya ikan di perairan barat Sumatera sebesar 565.100 tontahun lebih besar dibandingkan dengan di perairan selatan Jawa. Adapun perinciannya: untuk kelompok ikan pelagis besar 164.800 tontahun tidak termasuk tuna; ikan pelagis kecil 315.900 tontahun; ikan demersal 68.900 tontahun; udang penaidea 4.800 tontahun; ikan karang konsumsi 8.400 tontahun; lobster 600 tontahun; dan cumi-cumi 1.700 tontahun Tabel 5. Mengenai status pengusahaan dan tingkat eksploitasinya, disebutkan bahwa kelompok jenis ikan pelagis kecil status eksploitasinya sudah „over exploited’ yaitu untuk jenis ikan kembung dan banyar. Untuk pelagis besar, ikan cakalang dinyatakan „moderate’ sementara madidihang dinyatakan „fully exploited’ dan tuna mata besar dinyatakan sudah „over exploited’. Tabel 5. Estimasi potensi sumberdaya ikan WPP Samudera Hindia barat Sumatera WPP 572 dan selatan Jawa WPP 573 WPP 572 WPP 573 Ikan pelagis besar 164.800,00 201.400,00 Ikan pelagis kecil 315.900,00 210.600,00 Ikan demersal 68.900,00 66.200,00 Udang penaidea 4.800,00 5.900,00 Ikan karang konsumsi 8.400,00 4.500,00 Lobster 600,00 1.000,00 Cumi-cumi 1.700,00 2.100,00 Total Potensitahun 565.100,00 491.700,00 Kelompok Sumberdaya Ikan Samudera Hindia tontahun Sumber:Anonim. Lamp 1.Kep.Men.Kelautan dan Perikanan RI Nomor. Kep.45MEN2011