Peran ENSO di selatan Jawa Barat sangat berpengaruh terhadap tinggi- rendahnya SPL disamping IODM, sementara di perairan barat Sumatera peran
IODM lebih dominan dan intensitasnya menjadi lebih tinggi jika disertai berasosiasi ENSO dengan intensitas tinggi El NiñoLa Niña kuat. Dari
variabilitas SPL secara temporal ini juga menegaskan bukti fase normal tanpa pengaruh IODM dan ENSO tahun 2001, tidak terlihat indikator terjadinya
upwelling dari nilai sebaran SPL. Secara teoritis, proses terjadi penurunan SPL di perairan barat Sumatera
maupun selatan Jawa Barat berkaitan dengan perkembangan muson, yakni terjadi saat musim timur pertengahan tahun. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa selama
musim timur, tiupan angin muson tenggara dari arah Australia membangkitkan upwelling yang menyebabkan penurunan suhu permukaan laut sepanjang pantai
selatan Jawa dan Sumatera, kondisi sebaliknya terjadi pada musim barat Susanto, et al., 2005.
4.5. Dinamika Massa Air Upwelling
Upwelling di selatan Jawa Barat dan barat Sumatera merupakan fenomena yang terjadi secara berurutan dari arah timur ke arah barat selatan Jawa Timur
dan bergerak ke barat Jawa Barat kemudian berlanjut ke arah utara pesisir barat Sumatera. Dari citra SPL terlihat massa air ini seolah terpisah, dibatasi massa air
perairan Selat Sunda Gambar 37. Semakin tinggi intensitas upwelling, maka SPL yang dibangkitkan semakin rendah 22-23
C. Proses terjadinya upwelling dimulai dari arah timur bergerak bermigrasi ke arah barat. Apabila intensitasnya
sangat kuat event IODM positif, lokasi upwelling bergeser ke arah utarabarat daya, menyusuri pantai barat Sumatera mulai dari barat Lampung dan Bengkulu
hingga ke perairan Painan Sumatera Barat dan lepas pantai Kep. Mentawai. Pergeseran ke arah utara ini tergantung intensitas IODM indeks DMI dan
asosiasinya dengan ENSO. Kondisi yang demikian ditemukan pada fase IODM positif kuat berasosiasi dengan El Niño kuat-sedang-lemah 1994, 1997 dan
2006. Indikasi upwelling tidak terlihat pada fase IODM negatif 1996, 1998 dan 2005. Pada fase IODM normal yang berasosiasi dengan El Niño atau La Niña
1995, 1999, 2000, 2004 dan 2009 ditemukan indikasi upwelling dengan
intensitas rendah, bervariasi tergantung kuat-lemahnya pengaruh ENSO. Sementara pada fase IODM normal tanpa disertai ENSO normal 2001, tidak
terlihat adanya indikasi upweling. Dari identifikasi nilai sebaran SPL, diketahui massa air upwell
ing memiliki sebaran SPL ≤ 26 C 22,00
– 26,99 C, sementara
massa air dengan SPL lebih hangat 27,00-32,00 C merupakan massa air non
upwelling. Luasan massa air upwelling berbeda-beda, terkait tinggi-rendahnya intensitas upwelling.
1994 1997
2006
upwelling selatan Jawa Barat
upwelling barat Sumatera
m2_Ags_1994 m1_Okt_1997
m2_Sept_2006
22 23
24 25
26 27
28 29
30 31
32
SPL C
Gambar 37. Lokasi upwelling di selatan Jawa Barat dan barat Sumatera. Ketiga citra mewakili periode puncak upwelling fase IODM positif kuat
1994, 1997 dan 2006
Upwelling di selatan Jawa dan barat Sumatera, menurut Susanto et al., 2001 merupakan respon dari bertiupnya angin muson, berlangsung pada Juni
hingga pertengahan Oktober dan pusat upwelling dengan SPL rendah dimulai dari selatan Jawa Timur kemudian bermigrasi ke arah barat dan selanjutnya bergerak
ke arah barat laut hingga posisi 104 BT. Dalam penelitian ini, terlihat pada fase
IODM positif kuat, pusat upwelling di barat Sumatera berada lebih jauh ke arah barat daya, mencapai posisi geografis 98-100
BT perairan Kep. Mentawai dengan SPL 23
C, terjadi pada fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997. Pada fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994 dan
berasosiasi El Niño lemah 2006, SPL yang lebih dingin 22 C ditemukan di
pusat upwelling selatan Jawa Barat sekitar 107-108 BT. Migrasi upwelling dari
timur ke barat di selatan Jawa sangat tergantung perubahan musiman angin yang bertiup sepanjang pantai dan perubahan lintang sebagai parameter coriolis.
Mekanisme utama terjadinya upwelling di perairan ini adalah “Ekman pump”, pengisian kekosongan massa air permukaan di perairan pantai oleh massa air
dalam.
4.6. Luasan Massa Air Upwelling
4.6.1. Fase IODM Positif Kuat
barat Sumatera
Terdapat perbedaan signifikan luasan massa air upwelling di barat Sumatera fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994; El Niño kuat
1997; dan El Niño lemah 2006, menunjukkan perbedaan intensitas upwelling yang terjadi. Luasan total massa air upwelling di barat Sumatera pada fase IODM
positif kuat 1994, 1997 dan 2006 dapat dilihat pada grafik Gambar 38.
IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 APR
MEI JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DEC
1994: barat Sumatera
SST Upwelling SST Non Upwelling
500.000 1.000.000
1.500.000 2.000.000
2.500.000 3.000.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 APR
MEI JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DEC
1994: barat Sumatera
SST Upwelling km
2
IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
JUN JUL
AUG SEP
OCT NOV
DES
1997: barat Sumatera
SST Upwelling SST Non Upwelling
500.000 1.000.000
1.500.000 2.000.000
2.500.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
1997: barat Sumatera
SST Upwelling km
2
IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah 2006
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
2006: barat Sumatera
SST upwelling SST non upwelling
200.000 400.000
600.000 800.000
1.000.000 1.200.000
1.400.000 1.600.000
1.800.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
2006: barat Sumatera
SST upwelling
km
2
Gambar 38. Luasan total massa air upwelling : kiri dan km
2
: kanan di barat Sumatera fase IODM positif kuat 1994, 1997, dan 2006
Prosentase luasan total massa air upwelling tahun 1994 berkisar antara 2,01
– 58,88 dari luasan total massa air yang diamati di perairan ini atau seluas 93.229,56-2.722.435,23 km
2
, lebih luas dibandingkan tahun 1997 yang berkisar 0,35
– 50,39 16.149,83-2.312.607 km
2
. Tahun 2006, luasannya jauh lebih kecil hanya mencapai 0,03-43,09 atau berkisar 13.704,28-1.920.950,20 km
2
. Fluktuasi luasan massa air upwelling berdasarkan nilai sebaran SPL 22-26
C ditampilkan pada grafik Gambar 39.
IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994
500.000 1.000.000
1.500.000 2.000.000
2.500.000 3.000.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 APR
MEI JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
1994: barat Sumatera
23 24
25 26
SPL C
km
2
IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997
500.000 1.000.000
1.500.000 2.000.000
2.500.000 3.000.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
1997: barat Sumatera
23 24
25 26
km
2
SPL C
IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah 2006
500.000 1.000.000
1.500.000 2.000.000
2.500.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
2006: barat Sumatera
23 24
25 26
km
2
SPL C
Gambar 38. Luasan massa air upwelling km
2
berdasarkan nilai sebaran SPL di barat Sumatera fase IODM positif kuat 1994, 1997, dan 2006
Dari kisaran luasan massa air upwelling berdasarkan nilai sebaran SPL, terlihat fase IODM positif kuat berasosiasi EL-Nino lemah 1994 dan fase IODM
positif kuat in-phase El-Nino kuat 1997 memiliki massa air upwelling dengan nilai sebaran SPL rendah 23-24
C lebih luas dibandingkan dengan tahun 2006. Hal ini menandakan bahwa intensitas upwelling tahun 1994 dan1997 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2006. Tabel 8 menampilkan kisaran luasan massa air upwelling berdasarkan nilai sebaran SPL dan periode waktu ditemukannya massa
air upwellling dengan sebaran terluas. Tabel 8. Kisaran luasan massa air upwelling berdasarkan nilai sebaran SPL di
barat Sumatera tahun 1994, 1997 dan 2006
Minggu ke Bulan
26 92.074,75 - 1.542.216,21
2 Oktober
25 14,63 - 1.018.945,54
4 September
24 0,28 - 432.071,63
2 Oktober
23 11,48 - 57.828,79
2 Oktober
22 -
- -
1994: barat Sumatera
SPL C
Periode terluas Kisaran luas km
2
Minggu ke Bulan
26 16.148,83 - 1.469.130,62
4 Oktober
25 23.453,77 - 1.179.029,52
3 Agustus
24 314,08 - 360.816,46
2 Oktober
23 14,64 - 90.922,27
1 Oktober
22 -
- -
1997: barat Sumatera SPL
C Kisaran luas km
2
Periode terluas
Minggu ke Bulan
26 151.111,19 - 1.563.069,49
3 November
25 2.148,33 - 585.807,10
2 September
24 34,30 - 173.142,34
2 September
23 20,52 - 4.000,04
2 September
22 -
- -
2006: barat Sumatera SPL
C Kisaran luas km
2
Periode terluas
Secara grafis perbandingan luasan massa air upwelling berdasarkan nilai sebarannya dapat dilihat pada grafik Gambar 40. Terlihat pada fase IODM positif
kuat berasosiasi El Niño lemah 2006 massa air upwelling lebih hangat dibandingkan tahun 1994 dan 1997 dominansi SPL 26
C. Fase IODM positif
kuat berasosiasi El Niño kuat 1997 memiliki sebaran massa air upwelling paling dingin 23
C dengan luasan terluas dibandingkan tahun 1994 dan 2006. Adapun massa air SPL 24
C lebih dominan pada tahun 1994 dibandingkan tahun 1997 dan 2006.
200.000 400.000
600.000 800.000
1.000.000 1.200.000
1.400.000 1.600.000
1994 1997
2006 26
1.542.216,21 1.469.130,62
1.563.069,49 25
1.018.945,54 1.179.029,52
585.807,10 24
432.071,63 360.816,46
173.142,34 23
57.828,79 90.922,27
4.000,05
barat Sumatera: IODM positif kuat
Luasan maksimum massa air upwelling berdasarkan nilai SPL
26 25
24 23
km
2
SPL C
Gambar 40. Perbandingan luasan maksimum massa air upwelling fase IODM positif kuat di perairan barat Sumatera
Selatan Jawa Barat
Luasan total massa air upwelling di barat Sumatera pada fase IODM positif kuat 1994, 1997 dan 2006 dapat dilihat pada grafik Gambar 41. Pada
fase puncak Agustus-September, luasan massa air upwelling di selatan Jawa Barat sangat dominan, luasannya mencapai 100 dari total luasan massa air yang
diamati di perairan ini. Pada fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994, luasan
massa air upwelling di selatan Jawa Barat luasannya mencapai 100 dengan durasinya cukup lama 15 minggu mulai dari minggu ke-2 Juli s.d minggu ke-4
Oktober. Sementara pada tahun 1997 IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat, luasan massa air upwelling mencapai 100 dengan durasi sekitar 11
minggu berlangsung pada minggu ke-3 Agustus s.d minggu ke-2 Oktober. Sementara tahun 2006, luasan massa air upwelling lebih sempit yaitu sekitar 95
dari luasan total massa air yang diamati, berlangsung sekitar 9 minggu minggu ke-3 Agustus s.d minggu ke-3 Oktober.
IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 APR
MEI JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DEC
1994: selatan Jawa Barat
SST Upwelling km
2
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 APR
MEI JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DEC
1994: selatan Jawa Barat
SST Upwelling SST Non Upwelling
IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
1997: selatan Jawa Barat
SST Upwelling SST Non Upwelling
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
1997: selatan Jawa Barat
SST Upwelling
km
2
IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah 2006
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
2006: selatan Jawa Barat
SST upwelling SST non upwelling
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
2006: selatan Jawa Barat
SST upwelling
km
2
Gambar 41. Luasan massa air upwelling : kiri dan km
2
: kanan di selatan Jawa Barat fase IODM positif kuat 1994, 1997, dan 2006
Luasan massa air upwelling berdasarkan nilai sebaran SPL di perairan selatan Jawa Barat fase IODM positif kuat 1994, 1997 dan 2006 dapat dilihat pada
grafik Gambar 42. Dari grafik terlihat massa air SPL 26 C dominan pada awal
dan akhir fase upwelling. Pada fase puncak upwelling, massa air SPL 26 C
menghilang digantikan massa air SPL lebih rendah ≤ 25 C. Tahun 1994 fase
IODM kuat berasosiasi El Niño sedang merupakan fase dimana massa air
upwelling dengan SPL lebih rendah 22-24 C mendominansi Juli-Agustus-
September-Oktober dengan prosentase luasan yang lebih besar dibandingkan fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997 Agustus-September-Oktober
maupun fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah 2006 Agustus- September-Oktober. Menandakan pada tahun 1994 upwelling yang terjadi di
selatan Jawa Barat intensitasnya lebih tinggi.
IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 APR
MEI JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
1994: selatan Jawa Barat
22 23
24 25
26
SPL C
km
2
IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
1997: selatan Jawa Barat
23 24
25 26
km
2
SPL C
IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah 2006
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
2006: selatan Jawa Barat
22 23
24 25
26
km
2
SPL C
Gambar 42.Luasan massa air upwelling km
2
berdasarkan nilai sebaran SPL di selatan Jawa Barat fase IODM positif kuat 1994, 1997 dan 2006.