IODM positif Distribusi Spasial

Fase IODM normal, pada citra tidak terlihat secara tegas adanya indikator upwelling di selatan Jawa Barat seperti halnya yang terjadi pada fase IODM positif. Diduga, pada fase ini, upwelling yang terjadi di perairan selatan Jawa Barat intensitasnya sangat rendah, ditunjukan dengan adanya massa air SPL rendah 25 C seperti terlihat pada citra bulan Agustus-September 1995; Agustus-September-Oktober 1999; September 2000; Agustus 2004; dan Agustus-September 2009. Fase IODM normal berasosiasi ENSO normal 2001 tidak terlihat sama sekali massa air dengan nilai sebaran SPL rendah 25 C, adapun massa air SPL 26 C yang terlihat pada bulan September diduga merupakan mixed water mass upwelled yang mengalir dari arah timur massa air upwelling dari selatan Jawa Timur. Ini menjadi bukti bahwa event IODM positif dan ENSO El Niño berperan penting dalam membangkitkan upwelling di selatan Jawa Barat. Dari citra SPL yang diamati dalam penelitian ini, secara deskriptif dapat diidentifikasi peran IODM dan ENSO dalam membangkitkan upwelling di selatan Jawa Barat maupun barat Sumatera seperti terlihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7 terlihat bahwa pada saat normal tanpa IODM positif dan tanpa pengaruh ENSOEl Niño, baik di selatan Jawa Barat maupun barat Sumatera tidak terjadi upwelling. Suhu permukaan laut yang rendah pada saat normal 26 C: di selatan Jawa Barat diduga merupakan SPL dari massa air mixed water mass upwelled yang mengalir dari arah timur massa air upwelling dari selatan Jawa Timur. Durasi indeks DMI positif yang lebih lama, seperti pada fase IODM positif lemah berasosiasi ENSO normal 2003 yang terjadi sepanjang 12 bulan, mampu membangkitkan upwelling di barat Sumatera barat Lampung, kendati indeks DMI menunjukkan event IODM positif lemah dan ENSO normal. Pengaruh lamanya durasi indeks DMI positif, seperti yang terjadi pada fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994 yang terjadi selama 11 bulan, mampu membangkitkan upwelling lebih intensif dengan munculnya massa air SPL sangat rendah 22 C di barat Sumatera. SPL yang demikian ini lebih rendah dibandingkan SPL fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997 23 C dengan durasi lebih singkat Indeks DMI positif 9 bulan. Tabel 7. Identifikasi pengaruh IODM dan ENSO terhadap peluang terjadinya upwelling di perairan barat Sumatera dan selatan Jawa berdasarkan SPL citra satelit Kuat Normal 1996 × 26 Ags-Okt × 27 Ags-Des La-Nina sedang 1998 × 27 Ags-Des × 27 Nov-Des Normal 2005 × 26 Ags-Okt × 27 Jul-Des La-Nina lemah 1995 √ 25 Ags-Sept × 27 Ags-Des La-Nina sedang 1999 √ 25 Ags-Okt × 27 Ags-Des La-Nina lemah 2000 √ 26 Ags-Sept × 27 Ags-Nov Normal 2001 × 26 Sep × 27 Sep-Oct El-Nino lemah 2004 √ 25 Ags × 27 Ags-Oct El-Nino lemah 2009 √ 25 Ags-Sept × 27 Ags-Nov El-Nino lemah 2002 √ 25 Sep × 27 Ags-Nov DMI positif lemah 7 bulan Normal 2003 √ 23 Jul-Sept √ 26 Jul-Ags DMI positif lemah 12 bulan La-Nina lemah 2007 √ 24 Ags-Okt √ 25 Sep-Okt DMI positif lemah 10 bulan Normal 2008 √ 23 Jul × 26 Jul DMI positif lemah 9 bulan El-Nino lemah 2006 √ 23 Jul-Sept √ 24 Sep-Oct DMI positif kuat 7 bulan El-Nino sedang 1994 √ 22 Ags √ 23 Ags-Oct DMI positif kuat 11 bulan El-Nino kuat 1997 √ 23 Jul-Oct √ 23 Oct-Nov DMI positif kuat 9 bulan POSITIF Lemah Kuat CITRA SPL TAHUN NEGATIF Sedang Pengaruh ENSO pada event IODM dan peluang terjadinya upwelling berdasarkan SPL citra satelit UPWELLING KETERANGAN Asosiasi dengan ENSO IODM FASE INTENSITAS SPL terendah C Periode Bulan selatan Jawa Barat SPL terendah C Periode Bulan barat Sumatera Indikasi Upwelling Indikasi Upwelling NORMAL - 7 2

4.4. Variabilitas Temporal

Dari variabilitas temporal SPL di lokasi sampling barat Sumatera dan selatan Jawa Barat Gambar 36 terlihat, perairan selatan Jawa Barat mendapatkan pengaruh IODM yang lebih besar dibandingkan dengan perairan di barat Sumatera, dibuktikan dengan tingkat intensitas dan lamanya durasi penurunan SPL massa air berwarna biru-biru muda yang terjadi akibat proses upwelling SPL rendah fase IODM positif terkait asosiasinya dengan ENSO El Niño. Sebaliknya di perairan barat Sumatera, peningkatan nilai sebaran SPL yang terjadi pada fase IODM negatif SPL tinggi terlihat lebih jelas massa air berwarna orange-merah terkait dengan intensitas IODM dan asosiasinya dengan ENSO La Niña. Dari grafik terlihat, periode penurunan SPL upwelling lebih sering terjadi di perairan selatan Jawa Barat dibandingkan dengan barat Sumatera. Selama 1994-2009 15 tahun penurunan SPL upwelling di selatan Jawa Barat terjadi 12 kali dalam interval 1-3 tahun, masing-masing fase IODM positif kuat 1994, 1997 dan 2006; IODM positif lemah 2002, 2003, 2007 dan 2008; fase IODM normal 1995, 1999, 2000, 2001 dan 2004. Dari periode penurunan SPL di perairan selatan Jawa Barat diketahui bahwa upwelling intensitas tinggi terlihat pada tahun 1994, 1997 dan 2006 IODM positif kuat serta 2008 IODM positif lemah berasosiasi ENSO normal; upwelling intensitas sedang terjadi pada 2000, 2003, 2004 dan 2007; upwelling intensitas rendah terjadi pada tahun 1995, 1999 dan 2002. Sementara di perairan barat Sumatera upwelling hanya terdeteksi terjadi 3 kali, yaitu intensitas kuta 1994 dan 1997 dan intensitas lemah 2006. Peningkatan SPL fase IODM negatif di selatan Jawa Barat hanya terlihat jelas pada fase IODM negatif kuat berasosiasi ENSO normal 1996, IODM negatif sedang berasosiasi La Niña sedang 1998 dan IODM negatif sedang berasosiasi ENSO normal 2005, dengan intensitas tertinggi tahun 1998. Sementara di barat Sumatera peningkatan SPL selain terlihat pada fase IODM negatif juga terlihat jelas pada 1995 dan 2001 IODM normal dan 2002 IODM positif lemah. BARAT SUMATERA SELATAN JAWA BARAT LONGITUDE LONGITUDE SPL C -3 -2 -1 1 2 3 J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S J M S 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 ININO 3.4 DMI Positif Negatif El-Nino La-Nina 2009 El-Nino + P + 2008 N P + 2007 La-Nina - P +++ 2006 El-Nino + N - - 2005 N 2004 El-Nino + P + 2003 N P + 2002 El-Nino + 2001 N 2000 La-Nina - 1999 La-Nina - - N - - 1998 La-Nina - - P +++ 1997 El-Nino + + + N - - - 1996 N 1995 La-Nina - P +++ 1994 El-Nino + + + + + kuat, + + sedang, + lemah 0=IODM Normal, N=ENSO Normal IODM ENSO Gambar 36. Variabilitas temporal SPL mingguan citra satelit NOAA-AVHRR 1994-2009 perairan barat Sumatera dan selatan Jawa Barat kaitannya dengan Indek DMI dan ENSO berikut intensitas kekuatannya kuatsedanglemah 74 Peran ENSO di selatan Jawa Barat sangat berpengaruh terhadap tinggi- rendahnya SPL disamping IODM, sementara di perairan barat Sumatera peran IODM lebih dominan dan intensitasnya menjadi lebih tinggi jika disertai berasosiasi ENSO dengan intensitas tinggi El NiñoLa Niña kuat. Dari variabilitas SPL secara temporal ini juga menegaskan bukti fase normal tanpa pengaruh IODM dan ENSO tahun 2001, tidak terlihat indikator terjadinya upwelling dari nilai sebaran SPL. Secara teoritis, proses terjadi penurunan SPL di perairan barat Sumatera maupun selatan Jawa Barat berkaitan dengan perkembangan muson, yakni terjadi saat musim timur pertengahan tahun. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa selama musim timur, tiupan angin muson tenggara dari arah Australia membangkitkan upwelling yang menyebabkan penurunan suhu permukaan laut sepanjang pantai selatan Jawa dan Sumatera, kondisi sebaliknya terjadi pada musim barat Susanto, et al., 2005.

4.5. Dinamika Massa Air Upwelling

Upwelling di selatan Jawa Barat dan barat Sumatera merupakan fenomena yang terjadi secara berurutan dari arah timur ke arah barat selatan Jawa Timur dan bergerak ke barat Jawa Barat kemudian berlanjut ke arah utara pesisir barat Sumatera. Dari citra SPL terlihat massa air ini seolah terpisah, dibatasi massa air perairan Selat Sunda Gambar 37. Semakin tinggi intensitas upwelling, maka SPL yang dibangkitkan semakin rendah 22-23 C. Proses terjadinya upwelling dimulai dari arah timur bergerak bermigrasi ke arah barat. Apabila intensitasnya sangat kuat event IODM positif, lokasi upwelling bergeser ke arah utarabarat daya, menyusuri pantai barat Sumatera mulai dari barat Lampung dan Bengkulu hingga ke perairan Painan Sumatera Barat dan lepas pantai Kep. Mentawai. Pergeseran ke arah utara ini tergantung intensitas IODM indeks DMI dan asosiasinya dengan ENSO. Kondisi yang demikian ditemukan pada fase IODM positif kuat berasosiasi dengan El Niño kuat-sedang-lemah 1994, 1997 dan 2006. Indikasi upwelling tidak terlihat pada fase IODM negatif 1996, 1998 dan 2005. Pada fase IODM normal yang berasosiasi dengan El Niño atau La Niña 1995, 1999, 2000, 2004 dan 2009 ditemukan indikasi upwelling dengan