2.9. Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Sumberdaya Ikan Pelagis
Pada abad 20 telah diajukan sebuah hipotesis yang menyatakan bahwa keberadaan sumberdaya ikan sangat erat hubungannya dengan variasi kondisi
oseanografi, khususnya dalam hubungannya dengan formasi dan variasi dari front massa air Kitahara, 1922 dalam Yanaka, et al., 1988; Leavastu and Hela, 1970.
Variasi kondisi oseanografi yang dipengaruhi perubahan iklim global seperti El Niño dilaporkan juga mempengaruhi keberadaan sumberdaya hayati
laut. Sejak terjadinya El Niño yang luar biasa tahun 198283, perhatian peneliti mengenai pengaruhnya terhadap ekosistem laut menjadi meningkat khususnya di
Lautan Pasifik. Mereka menyimpulkan bahwa variabilitas iklim mempunyai pengaruh terhadap komposisi spesies, kelimpahan spesies dan distribusi, tingkat
rekruitmen dan struktur tropik Arntz and Tarazona, et al., 1990; Lehodey, et al., 1997; Kimura, et al., 1997; Sanchez, et al., 2000; Sugimoto, et al., 2001.
Sebagai bagian dari proses dinamika lautan, anomali SPL yang terjadi pada saat IODM positif maupun negatif, diduga berpengaruh terhadap proses-
proses oseanografis. Pada saat IODM positif, terjadi kecenderungan penguatan anomali angin selatan di sepanjang pantai Jawa dan Sumatera dan angin timur di
sepanjang ekuator Gaol, 2003. Penguatan angin ini memperkuat munculnya fenomena upwelling pengangkatan massa air di lapisan bawah untuk menutupi
ruang kosong di permukaan akibat pergerakan massa air yang menjauhi pantai atau ekuator. Sebagai akibatnya, SPL akan menurun.
Naiknya lapisan massa air dari lapisan dalam ke bagian permukaan, membawa serta air agak dingin dan juga hara. Lokasi upwelling dicirikan dengan
SPL lebih rendah, tetapi tinggi konsentrasi unsur hara dibandingkan dengan lokasi di sekitarnya Sahailatua, 2003. Tingginya konsentrasi unsur hara, terutama nitrat
dan fosfat di lokasi upwelling yang dibarengi laju fotosintesa dengan energi dari sinar matahari, menjadikan daerah upwelling sangat subur. Banyak penelitian di
luar negeri mengungkapkan bahwa peningkatan kesuburan perairan dapat mencapai 10 kali lipat dari kondisi normal. Itu sebabnya mengapa daerah
upwelling identik dengan produktivitas perairan tinggi Sahailatua, 2003.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di barat Sumatera 85-106 BT; 10
LU – 10
LS Gambar 18. Pelabuhan Pendaratan IkanTempat Pelelangan Ikan PPITPI yang
datanya digunakan adalah: Aceh: PPI Lampulo dan LhokNga; Sibolga: Tangkahan PT ASA dan Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Sibolga;
Sumatera Barat: PPI Air Bangis, PPI Muaro-Padang, Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Bungus, dan PPI Carocok-Painan; serta Bengkulu: PPI Pulau
Baai. Penelitian dilakukan secara bertahap dari Januari 2010-Desember 2011.
Gambar 18. Keseluruhan area lokasi penelitian 85-106 BT; 10
LU-10 LS dan
lokasi sampling A dan B di perairan barat Sumatera
3.2.
Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan adalah data oseanografi hasil pengukuran sensor satelit dan pengukuran in-situ 1994-2009. Citra satelit yang digunakan adalah citra
SPL sensor AVHRR-NOAA dan citra klorofil-a sensor SeaWiFS. Data oseanografi in-situ berupa temperatur dan salinitas hasil pengukuran CTD
conductivity temperature depth cruise KR Baruna Jaya BJ IV Badan
86 BT 88 BT
90 BT 92 BT
94 BT 96 BT
98 BT 100 BT
102 BT 104 BT
106 BT 108 BT
110 BT 2
4 6
8 LU
2 4
6 8
10 12 LS
L a
ti tu
d e
Jawa
Aceh Sibolga
Air Bangis Bungus
Painan Bengkulu
Samudera Hindia
B A
Malaysia
Posisi bouy data Suhu 95.5
BT; 05:30 LS
A 100-102 BT; 04.00-06.00
LS B 106-109
BT; 08.30-10.30 LS
Sampling area SPL dan Klorof il-a
Lokasi
pendaratan
ikan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, KR Baruna Jaya VIII Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI dan KR Bawal Putih 1 Balai Penelitian
Perikanan Laut BRPL dan data buoy dari Geophysical Fluid Dynamic Laboratory GFDL National Oceanic and Atmospheric Administration NOAA.
Data klimatologi berupa curah hujan hari dan volume hujan dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika di lokasi penelitian dan data
Global Precipitation Climatological Project
GPCP dari National Aeronautics and Space Administration
NASA untuk pelengkap data yang tidak tersedia di lapangan. Pengolahan data menggunakan Personal Computer PC dilengkapi
perangkat lunak ER Mapper, Ocean Data View ODV versi PM, Matlab versi 7; ArcView GIS ver 3.3, Surfer versi 10.0, dan Microsoft Office 2007 MS Word,
Exel, Power Point, dan Adobe Photoshop.
3.3. Metode Pengumpulan Data
1. Data Klimatologi curah hujan diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika di Padang, Painan dan Bengkulu serta data GPCP hasil pengukuran
curah hujan bulanan monthly accumulated rainfall untuk wilayah Aceh, Sibolga dan Air Bangis. Data GPCC berupa image dan data binary
dengan resolusi
spasial 2.5
x 2.5
yang di-download
dari situs:
http:disc2.nascom.nasa.govGiovannitovasground. 2. Citra SPL dari sensor thermal AVHRR format Global Area Coverage GAC
rata-rata mingguan diperoleh dari basis data Pathfinder NASAJPL dengan resolusi spasial
1,1 km x 1,1 km. Citra dan ASCII di-download dari situs: http:podaac.jpl.nasa.govDATA_PRODUCTSST.
3. Citra klorofil-a sensor visible SeaWiFS merupakan data Ocean Color Time Series Online Visualization and Analysis System pada GES DISC Interactive
Online Visualization Analysis Infrastructur Giovanni yang dikembangkan oleh GES DISC DAAC-NASA Goddard Space Fligh Center. Format data
berupa rata-rata mingguan dengan resolusi spasial 9 km x 9 km. Citra dan ASCII di-download dari situs http:www.reason.gsfc.nasa.gov Giovanni.
4. Data hasil tangkapan ikan pelagis yang dianalisa mencakup jumlah dan jenis ikan hasil tangkapan, jumlah dan jenis alat tangkap, jumlah dan jenis kapal,