Tabel 10. Kisaran luasan massa air upwelling berdasarkan SPL di perairan barat Sumatera tahun 2002 dan 2007
Minggu ke Bulan
26 2.253,04-820.576,98
4 Desember
25 121,34-125.140,05
1 Agustus
24 194,92-10.196,30
1 Oktober
23 -
- -
22 -
- -
2002: barat Sumatera
SPL C
Kisaran luas km
2
Periode terluas
Minggu ke Bulan
26 31.544,08-1.087.623,13
3 September
25 4.944,70-294.957,19
3 September
24 1,75-40.255,43
3 Agustus
23 72,09-928,94
1 Oktober
22 -
- -
2007: barat Sumatera SPL
C Kisaran luas km
2
Periode terluas
200.000 400.000
600.000 800.000
1.000.000 1.200.000
2002 2007
26 820.576,98
1.087.623,13 25
125.140,05 294.957,19
24 10.196,30
40.255,43 23
928,94
barat Sumatera: IODM positif lemah
Luasan maksimum massa air upwelling berdasarkan nilai SPL
26 25
24 23
SPL C
km
2
Gambar 46.Kisaran terluas massa air upwelling fase IOD positif lemah di perairan barat Sumatera
selatan Jawa Barat
Pola yang berbeda terlihat di perairan selatan Jawa Barat. Prosentase luasan massa air upwelling fase IODM positif lemah berasosiasi El Niño lemah
2002 sedikit lebih luas dibandingkan dengan fase IODM positif lemah berasosiasi La Niña lemah tahun 2007 Gambar 47. Peningkatan luasan massa
air upwelling pada tahun 2002 dibandingkan dengan 2007 adalah pada bulan November 2002 terjadi lonjakan luasan massa air upwelling dan ini tidak terjadi
pada tahun 2007. Kisaran prosentase luasan massa air upwelling dibandingkan dengan non upwelling di perairan selatan Jawa Barat tahun 2002 dan 2007 sekitar
10 – 95. Luasan tertinggi massa air upwelling ditemukan pada puncak musim
timur Agustus-September-Oktober. Memasuki akhir tahun, luasan massa air upwelling pada tahun 2002 menurun tajam dari bulan November dan menghilang
pada minggu ke-4 Desember, sementara pada tahun 2007, pada akhir November massa air upwelling menghilang lalu kemudian muncul lagi pada pertengahan
Desember dan selanjutnya menghilang pada akhir tahun.
IODM positif lemah berasosiasi El Niño lemah 2002
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
JUN JUL
AUG SEP
OCT NOV
DES
2002: selatan Jawa Barat
SST upwelling SST non upwelling
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
2002: selatan Jawa Barat
SST upwelling km
2
IODM positif lemah berasosiasi La Niña lemah 2007
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
JUN JUL
AUG SEP
OCT NOV
DES
2007: selatan Jawa Barat
SST upwelling SST non upwelling
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
2007: selatan Jawa Barat
SST upwelling km
2
Gambar 47. Luasan total massa air upwelling : kiri dan km
2
:kanan di selatan Jawa Barat fase IODM positif lemah 2002 dan 2007
Luasan massa air upwelling dengan nilai sebaran SPL 26 C pada tahun
2002 lebih luas dibandingkan dengan tahun 2007, menandakan bahwa massa air upwelling tahun 2002 memiliki nilai sebaran SPL yang lebih hangat dibandingkan
dengan tahun 2007,seperti terlihat pada grafik Gambar 48. Kisaran luasan massa air upwelling tahun 2002 dan 2007 seperti tertera
pada Tabel 11 menunjukkan variasi perbedaan secara kuntitatif yang tidak terlalu besar. Secara grafis perbandingan luasan massa air upwelling tahun 2002 dan
2007 ditampilkan pada grafik Gambar 49.
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
1 2
3 4 1
2 3
4 1 2
3 4
1 2
3 4
1 2 3
4 1 2 3
4 JUL
AUG SEP
OCT NOV
DES
2002: selatan Jawa Barat
23 24
25 26
SPL C
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JUN
JUL AUG
SEP OCT
NOV DES
2007: selatan Jawa Barat
23 24
25 26
km
2
SPL
C
Gambar 48. Luasan massa air upwelling km
2
berdasarkan nilai sebaran SPL di selatan Jawa Barat fase IODM positif lemah 2002 dan 2007
Tabel 11. Kisaran luasan massa air upwelling berdasarkan SPL di perairan selatan
Jawa Barat tahun 2002 dan 2007
Minggu ke Bulan
26 7.089,68-557.020,33
2 Oktober
25 7,87-325.034,15
1 September
24 0,01-34.663,59
1 Oktober
23 4,80-35,88
1 September
22 -
- -
2002: selatan Jawa Barat SPL
C Kisaran luas km
2
Periode terluas
Minggu ke Bulan
26 267,54-494.891,72
1 Oktober
25 0,26-435.137,79
4 September
24 1.452,50-111.755,68
3 September
23 37,39-9.236,11
2 September
22 -
- -
2007: selatan Jawa Barat SPL
C Kisaran luas km
2
Periode terluas
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
2002 2007
26 557.020,33
494.891,72 25
325.034,15 435.137,79
24 34.663,59
111.755,68 23
35,88 9.236,11
selatan Jawa Barat: IODM positif lemah
Luasan maksimum massa air upwelling berdasarkan nilai SPL
26 25
24 23
km
2
SPL C
Gambar 49.Perbandingan luasan maksimum km
2
massa air upwelling fase IOD positif lemah 2002 dan 2007 di selatan Jawa Barat
4.7. Durasi Upwelling
Durasi upwelling yaitu periode lamanya waktu berlangsungnya upwelling, yang terjadi di barat Sumatera dan selatan Jawa berbeda antar fase IODM.
Gambar 50 menampilkan perbandingan durasi upwelling di barat Sumatera dan selatan Jawa Barat fase IODM positif kuat 1994, 1997 dan 2006, sementara
Gambar 51 fase IODM positif lemah 2002 dan 2007. Pada Fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994, upwelling
di selatan Jawa Barat dan barat Sumatera berlangsung masing-masing selama 20 minggu 5 bulan. Upwelling di selatan Jawa Barat berlangsung lebih dahulu satu
minggu dan juga berakhir satu minggu lebih dahulu dibandingkan di barat Sumatera, dengan nilai SPL terendah 23-24
C. Pada fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997, upwelling di barat Sumatera berlangsung selama
23 minggu minggu ke-4 Juni –minggu ke-2 Desember lebih lama dibandingkan
dengan di perairan selatan Jawa Barat dengan durasi 18 minggu minggu ke-2 Juli – minggu ke-3 November, SPL terendah 23–24
C. Pada fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah 2006, upwelling di barat Sumatera lebih singkat hanya
berlangsung selama 9 minggu minggu ke-1 September – minggu ke-1
November sementara di selatan Jawa Barat berlangsung selama 17 minggu minggu ke-1 Juli
– minggu ke-1 November. Nilai sebaran SPL terendah di barat Sumatera 23 -24
C, sementara di selatan Jawa Barat lebih rendah 22-24 C.
Fase IODM positif lemah, durasi upwelling berlangsung lebih singkat jika dibandingkan dengan fase IODM positif kuat. Fase IODM positif lemah
berasosiasi El Niño lemah 2002, upwelling di barat Sumatera berlangsung selama 4 minggu dengan SPL terendah 24
C. Sementara di perairan selatan Jawa Barat, berlangsung selama 13 minggu minggu ke-3 Agustus
– minggu ke-3 November dengan SPL terendah 23-24
C. Pada fase IODM positif lemah berasosiasi El Niño sedang tahun 2007, upwelling di barat Sumatera berlangsung selama 8
minggu minggu ke-2 Agustus – minggu ke-1 Oktober, lebih singkat
dibandingkan dengan di selatan Jawa Barat yang berlangsung selama 12 minggu minggu ke-2 Agustus
– minggu ke-1 November, dengan SPL terendah 23-24 C.
5 10
15 20
25 1994
1997 2006
El -N
in o
se d
a n
g El
-N in
o ku
a t
El -N
in o
lem a
h
in -p
h a
se
in-phase El-Nino sedang
El-Nino kuat El-Nino lemah
1994 1997
2006 selatan Jawa Barat
20 18
17 barat Sumatera
20 23
9
Durasi puncak upwelling fase IODM positif kuat
berdasarkan SPL minggu
selatan Jawa Barat barat Sumatera
minggu
Gambar 50. Durasi upwelling fase IODM positif kuat 1994, 1997 dan 2006 di perairan barat Sumatera dan selatan Jawa Barat
5 10
15 2002
2007 El
-N in
o le
ma h
El -N
in o
se d
a n
g in
-p h
a se
in-phase El-Nino lemah
El-Nino sedang 2002
2007 selatan Jawa Barat
13 12
barat Sumatera 4
8
Durasi puncak upwelling fase IODM positif lemah
berdasarkan SPL minggu
selatan Jawa Barat barat Sumatera
minggu
Gambar 51.Durasi upwelling fase IODM positif lemah 2002 dan 2007 di perairan barat Sumatera dan selatan Jawa Barat
4.8. Distribusi Vertikal Suhu dan Salinitas In-situ
Terjadinya penaikkan massa air saat upwelling pada fase IODM positif kuat 1994, 1997 dan 2006 terlihat secara jelas dari sebaran melintang suhu
berdasarkan kedalaman secara time series 1994-2008 yang diolah dari data buoy Gambar 52. Berdasarkan sebaran melintang suhu menurut kedalaman dapat
dibedakan lapisan permukaan tercampur mixed layer, lapisan termoklin dan lapisan homogen perairan dalam dengan suhu konstan rendah. Kedalaman lapisan
tercampur di perairan ini berkisar antara 30-75 m dengan suhu 28 – 30
C warna merah. Lapisan termoklin berkisar antara 30-75 m batas atas dengan suhu 25
– 26
C sampai 200-250 m batas bawah dengan suhu 12 – 16
C. Kisaran ini relatif sama dengan yang ditemukan Gaol 2003 di perairan Samudera Hindia
bagian Timur selatan Jawa. Pada tahun 1998 dan 2007 terjadi downwelling, terlihat lapisan termoklin terdorong menjadikan lapisan batas bawah termoklin
lebih dalam posisinya di kedalaman sekitar 275 m.
50 100
150 200
250
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
WAKTU TAHUN K
E D
A LA
M A
N M
30 28
26 24
22 20
18 16
14 12
SUHU C
IODM Positif kuat
IODM Positif kuat
IODM Positif kuat
mixed layer
IODM Negatif
Batas atas termoklin
Batas bawah termoklin
Gambar 52. Distribusi melintang suhu berdasarkan kedalaman dari data buoy 1994-2008 di perairan barat Sumatera
Indikasi terjadinya downwelling, ditandai tenggelamnya massa air dengan suhu lebih tinggi 28-30
C: digambarkan sebagai massa air berwarna merah-
coklat, terjadi pada awal sampai pertengahan 1998 fase IODM negatif sedang berasosiasi La Niña kuat. Pada saat itu, massa air SPL hangat di permukaan
tenggelam sampai ke kedalaman 50 m. Downwelling juga terjadi dalam intensitas yang jauh lebih rendah pada 2001 IODM normal ENSO normal, 2002 dan 2003
IODM positif lemah berasosiasi El Niño sedang serta 2005 IODM negatif sedang ENSO normal.
4.8.1. IODM Positif Kuat
Indikasi munculnya fenomena IODM positif kuat yang ditunjukkan dengan indeks DMI positif pada 1994 dari awal tahun Februari menjadikan
anomali tiupan angin muson tenggara datang lebih awal dan berlangsung lama memicu upwelling terjadi lebih awal. Dari sebaran vertikal suhu Gambar 52
terlihat naiknya massa air SPL rendah 24 C: pada gambar terlihat massa air
berwarna kuning-orange berlangsung dari pertengahan tahun sampai akhir tahun. Grafik sebaran vertikal suhu permusim Gambar 53, menunjukkan penurunan
suhu permukaan terjadi pada musim timur Juni-Juli-Agustus dan suhu semakin dingin memasuki musim peralihan II September-Oktober-November. Pada saat
bersamaan terjadi pendangkalan lapisan termoklin dengan batas atas berada pada kedalaman sekitar 50 cm.
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Positif 1994 Termoklin
Termoklin
Termoklin Termoklin
IODM Positif Kuat 1994
Gambar 53. Sebaran vertikal rerata suhu permusim perairan barat Sumatera dari data buoy fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño sedang 1994
Kejadian yang berbeda pada tahun 1997, naiknya massa air SPL dingin 24
C terjadi menjelang akhir tahun, terkait evolusi IODM positif kuat yang muncul belakangan dan kemudian pada akhir tahun dilanjutkan El Niño kuat. Dari
sebaran vertikal suhu terlihat massa air upwelling naik ke permukaan menjelang akhir tahun dalam intensitas yang lebih kuat dibandingkan tahun 1994.
Pendangkalan lapisan termoklin terjadi mulai bulan Juni dengan kedalaman lapisan atas sekitar 40 cm Gambar 54.
Jan-Feb Mar-Apr-Mei
Jun-Jul-Ags Sep-Okt-Nov
IOD Positif 1997
Termoklin
IODM Positif Kuat 1997
Termoklin
Termoklin Termoklin
Gambar 54. Sebaran vertikal rerata permusim perairan barat Sumatera dari data buoy fase IODM positif kuat berasosiasi El Niño kuat 1997
Pada 2006 saat IODM positif kuat berasosiasi El Niño lemah, penaikan massa air seperti terlihat pada tampilan melintang suhu berdasarkan kedalaman,
terjadi dua kali pada awal tahun dan akhir tahun, namun dengan intensitasnya lebih rendah. Pada awal tahun, massa air dengan suhu rendah tidak sampai ke
permukaan, hanya mencapai ke dalaman sekitar 35 m. Pada pertengahan tahun, massa air suhu rendah mencapai permukaan namun dengan intensitas lebih rendah
waktu lebih pendek dibandingkan tahun 1994 dan 1997, sehingga dari sebaran vertikal terlihat penurunan suhu massa air permukan hanya terjadi pada musim
peralihan II mulai bulan September-Oktober-November Gambar 55.