Tabel 6. Kelompok IODM berdasarkan indeks DMI dan asosiasinya dengan ENSO berikut intensitasnya 1994-2009
Awal Puncak
Akhir Durasi
bulan -
El Niño sedang 1994
0,29: Feb Ags: 2,83 1,42: Des 11
in-phase El Niño kuat 1997
0,15: Apr Oct: 3,54 2,96: Des
9 -
El Niño lemah 2006
0,26: Jul Oct: 1,37
0,91: Des 6
- El Niño lemah
2002 0,23: Jul
Oct: 1,13 0,69: Des
6 -
Normal 2003
0,23 Jan Ags: 0,90 0,49: Des
12 -
La-NinaLa Niña 2007
0,43: Jan Jul: 0,47
0,10: Oct 10
- Normal
2008 0,24: Mar Jul: 0,65
0,005:Nov 9
KUAT -
Normal 1996
-0,24: Jan Sep: -2,73 -1,80: Des 12
- La Niña sedang
1998 -0,15: Mei Oct: -2,04 -1,5 ; Des
8 -
Normal 2005
-0,97: Jan Oct: -1,26 -1,17: Des 12
- La Niña lemah
1995 -
- -
- -
La Niña sedang 1999
- -
- -
- La Niña lemah
2000 -
- -
- -
Normal 2001
- -
- -
- El Niño lemah
2004 -
- -
- -
El Niño lemah 2009
- -
- -
POSITIF KUAT
LEMAH
NEGATIF SEDANG
NORMAL Kelompok IODM dan Asosiasinya dengan ENSO
DIPOLE MODE
IODM INTENSITAS
ASOSIASI ENSO TAHUN
DMI Indeks
4. DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT
4.1. Pola Umum SPL
Secara umum, terdapat perbedaan pola dan nilai sebaran SPL antara fase IODM positif, negatif dan normal. Besaran perbedaan nilai sebaran SPL masing-
masing fase IODM dapat dilihat dari simpangan baku standar deviasi dari nilai sebaran mingguan dalam rentang waktu satu tahun Gambar 23 dan 24.
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
Sta. Dev SPL C
Gambar 23. Citra standar deviasi simpangan baku tahunan nilai sebaran SPL diolah dari data SPL mingguan setiap tahun 1994
– 2001
Sta.Dev. SPL C
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Gambar 24. Citra standar deviasi simpangan baku tahunan nilai sebaran SPL diolah dari data SPL mingguan setiap tahun 2002 - 2009
Citra standar deviasi SPL fase IODM positif kuat 1994, 1997 dan 2006 menunjukan terjadinya simpangan nilai SPL lebih rendah dari normalnya pada
citra digambarkan sebagai massa air berwarna kuning-orange, berada di perairan sekitar pantai barat Sumatera dan selatan Jawa Barat. Pola yang sama tetapi
dengan intensitas berbeda terlihat pada citra fase IODM positif lemah 2002, 2003, 2007 dan 2008. Massa air dengan simpangan baku SPL lebih rendah dibanding
IODM positif kuat, pada fase ini hanya terdapat di selatan Jawa Barat pada citra: massa air berwarna kuning. Pada fase IODM normal 1995, 1999, 2000, 2001,
2004 dan 2009 yang dominan adalah massa air berwarna hijau yang memiliki nilai standar deviasi normal, menandakan nilai sebaran rata-rata SPL tidak berbeda dari
normalnya. Pada fase IODM negatif 1996, 1998 dan 2005, dominansi massa air berwarna biru, nilai sebaran SPL umumnya lebih tinggi dari normalnya.
Kisaran nilai sebaran, rata-rata dan standar deviasi SPL di barat Sumatera dan Selatan Jawa berdasarkan fase IODM ditampilkan pada Lampiran 2,
sementara polanya dapat dilihat pada grafik Gambar 25. Secara umum, semakin ke arah selatan Bengkulu dan selatan Jawa Barat nilai standar deviasi SPL
semakin tinggi dan sebaliknya semakin ke arah utara Aceh dan Sibolga semakin rendah. Artinya, pengaruh IODM terhadap penyimpangan nilai sebaran SPL
semakin terasa pada bagian selatan perairan barat Sumatera. Sementara besaran nilai sebaran SPL rerata tahunan menunjukkan pola sebaliknya, semakin rendah
ke arah selatan, kecuali di perairan Aceh terdapat perbedaan. Nilai sebaran SPL rerata tahunan perairan selatan Jawa Barat dan Bengkulu lebih rendah
dibandingkan perairan Sumatera Barat dan Sibolga. Perairan Aceh memiliki nilai sebaran SPL lebih rendah dibandingkan perairan Sumatera Barat maupun Sibolga,
namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan perairan Bengkulu maupun selatan Jawa Barat.
Nilai sebaran rerata tahunan SPL yang lebih rendah di perairan selatan Jawa Barat dan Bengkulu, karena berkaitan dengan posisinya yang berada di
lokasi terjadinya upwelling dan mendapat aliran massa air upwelled dari selatan Jawa Timur dengan SPL yang lebih rendah. Nilai sebaran SPL tahunan yang
tinggi di perairan Sumatera Barat dan Sibolga terkait dengan posisi perairan ini yang berada di equator dan hanya mendapat aliran massa air equator yang relatif
lebih hangat. Sementara massa air perairan Aceh, mendapat pengaruh berbagai aliran massa air yaitu dari Selat Malaka, Laut Andaman dan Teluk Benggala.