3.4.3. Data Oseanografi dan Klimatologi
Pengolahan data oseanografi in-situ dari buoy dilakukan perkolom menggunakan titik kedalaman 5, 25, 45, 95, 125, 145, 195, 250, 298 m kemudian
dilakukan griding menggunakan MATLAB 7. Data in-situ dari CTD cruise kapal riset temperatur dan salinitas diolah dengan software Surfer 10 untuk
mendapatkan pola sebaran mendatar, melintang, dan menegak. Data klimatologi curah hujan diolah menggunakan software Microsoft Office Excel 2007 untuk
mendapatkan pola dan intensitas curah hujan bulanan dalam bentuk grafik.
3.4.4. Data Hasil Tangkapan Ikan Pelagis
Data hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan pelagis dianalisis menggunakan analisis catch per unit effort CPUE=hasil tangkapan per upaya
penangkapan, dihitung dengan persamaan: CPUE = CtEt ............................................................................10
dimana :
Ct = hasil tangkapan pada tahun ke-t Et = upaya penangkapan pada tahun ke-t
Untuk mengkaji
dinamika musiman
digunakan indeks
musim penangkapan IMP diolah dari data CPUE. Dasar untuk menyusun IMP adalah
menggunakan metode rata-rata bergerak Dajan, 1983. Musim penangkapan diketahui dengan mencari rata-rata data bulanan produksi dan laju tangkap
selama tahun pengamatan selanjutnya dibuat grafik. Titik-titik tertinggi dijadikan dugaan musim penangkapan sedangkan titik-titik terendah bukan musim
penangkapan. Bila titik-titik bulan musim tidak jelas, maka ditentukan melalui indeks musim, dengan menghitung kembali rata-rata jumlah total dan rata-rata
bulanannya, sehingga terlihat dengan jelas bahwa titik-titik di atas rata-rata umum adalah bulan musim, sedangkan titik di bawah rata-rata umum bukan bulan musim
penangkapan. Titik yang paling tinggi adalah puncak musim, sedangkan yang paling rendah adalah saat paceklik bukan musim penangkapan. Untuk
menghitung IMP, disusun nilai rata-rata dalam suatu matriks berkuran i x j untuk setiap bulan dalam setahun selama tahun pengamatan, perhitungannya adalah
sebagai berikut:
a. Menyusun deret CPUE dari bulan Januari 1994 – Desember 2009
selama 15 tahun setiap tahun n
i
= CPUE n
i
=urutan ke-1. Ket: i = 1,2, 3, ..., 144 jumlah bulan dalam 15 tahun b. Menghitung rata-rata bulanan
........................................11 c. Menghitung rata-rata umum
.
..........................................12 d. Indeks musim penangkapan IMP
..........................................13
3.5. Analisa Data
3.5.1. Analisa Spasial
Analisa datacitra dilakukan secara digital dan visual untuk mengetahui nilai dan pola sebaran SPLklorofil-a serta data in-situ temperatur dan salinitas.
Nilai sebaran SPLklorofil-a disajikan dalam bentuk citra pola sebaran dan ASCII nilai sebaran spasial.
Pada lokasi crooping dilakukan penghitungan nilai rata-rata perbulan SPLklorofil-a. Nilai rata-rata SPLklorofil-a di lokasi crooping ini mewakili nilai
sebaran rata-rata SPLklorofil-a per bulan di lokasi penangkapan ikan nelayan barat Sumatera diperoleh menggunakan rumus:
n adalah jumlah pixel SPLKlorofil-a Dari pola sebaran citra dilakukan analisa deskriptif untuk melihat pola
sebaran dan nilai rata-rata parameter SPLklorofil-a secara spasial. Analisa spasial sekaligus juga dapat menggambarkan fenomena oseanografi seperti upwelling,
eddies, front terkait dengan masing-masing periode IODM positif, negatif dan normal. Dari data in-situ buoy dan CTD indikator upwelling dan downwelling
diketahui dari sebaran menegak temperatur termoklin yang lebih dangkal dari
normalnya.
SPLKlorofil-a
mean
= ∑ SPLKlorofil-a
n
X
i
= ∑ X
ij
n
12 n
µ =
∑
i
∑
j ij
IMP =
X
i – 1
µ
3.5.2. Analisa Temporal
Analisa temporal dibuat berdasarkan deret waktu time series rerata mingguanbulanan untuk mengetahui variabilitas masing-masing parameter
oseanografi yang diamati citra satelit maupun data in-situ. Untuk melihat korelasi antara faktor oseanografi dengan kejadian IODM digunakan data rerata
mingguanbulanan. Tahun IODM positif, negatif dan normal berikut intensitasnya dibedakan berdasarkan indeks DMI. Asosiasi kejadian IODM
dengan ENSO El Niño, La Niña dan normal dilihat berdasarkan indeks Nino 3.4 sekaligus diketahui intensitas kuat, sedang atau lemah. Gambar 22 merupakan
grafik indeks DMI dan Nino 3.4 selama periode penelitian 1994-2009.
Gambar 22. Grafik indeks DMI dan Nino 3.4 tahun 1994-2009
3.5.3. Analisa Hubungan
Untuk melihat hubungan antara hasil tangkapan dan parameter oseanografi dilakukan dengan proses tumpang tindih overlay antara parameter oseanografi
dari citra satelit ataupun data in-situ dengan lokasi penangkapan fishing ground ikan pelagis di perairan barat Sumatera. Analisa hubungan dilakukan secara
deskriptif antara parameter oseanografi, kesuburan perairan klorofil-a dan kaitannya terhadap hasil tangkapan ikan pelagis, yang dibandingkan berdasarkan
fase IODM positif, negatif dan normal berikut intensitasnya dan keterkaitannya dengan fase ENSO El Niño, La Niña dan normal Tabel 6.
DMI vs NINO 3.4 Index
Sumber: JAMSTEC, 2011
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O 1994
1995 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
DMI NINO 3.4
Positif
Negatif
Sumber: diolah dari indeks DMI dan ENSO, JAMSTEC, 2010