Gambar 11. Skema Posisi Kedalaman Core Layer di Perairan Timurlaut Samudera Hindia di Sepanjang 88
o
BT antara 4
o
LU – 11
o
LS Wyrtki, 1961.
Pada bagian bawah lapisan permukaan terdapat Massa Air Subtropik Bawah Subtropical Lower Water. Kedalaman lapisan gumbar massa air ini
berada 50 - 100 m. Subtropical Lower Water berasal dari Lautan India bagian tengah dan barat laut pada kedalaman sekitar 75 m dan menyebar bersama Arus
Sakal Khatulistiwa Samudera Hindia ke arah timur dan tenggelam 100-125 m di barat daya Sumatera. Selanjutnya di selatan Jawa
– Sumbawa berada pada kedalaman sekitar 125 - 150 m Wyrtki, 1961.
Di bawah Massa Air Subtropik Bawah terdapat massa air Northern Salinity Minimum yang menyebar bersama arus muson pada kedalaman 150 m
ke arah tenggara menuju pantai Sumatera. Massa air ini memiliki karakter salinitas rendah 34,8-
35,0 ‰ dan suhu 16-19
o
C serta kandungan oksigen terlarut minimum 1-2 mll. Pada bagian selatan khatulistiwa terdapat massa air Southern
Salinity Minimum dengan ciri salinitas lebih rendah 34,5 - 34,8 ‰ dan suhu 12 -
17
o
C serta kandungan oksigen terlarut 1,6 - 2,5 mll. Lapisan gumbar dari massa air Southern Salinity Minimum ini terdapat di kedalaman 150-200 m.
Tipe massa air lain di perairan TLSH adalah Massa Air Teluk Persia the Persian Gulf Water datang dari barat Sumatera pada kedalaman 150-500 m.
Massa air ini mempunyai karakter salinitas dan kandungan oksigen terlarut tinggi. Massa Air Teluk Persia dicirikan dua lapisan gumbar yaitu salinitas maksimum
dan oksigen maksimum. Kedalaman lapisan gumbar berada antara 200-400 m. Di
bawah Massa Air Teluk Persia tersebut terdapat konsentrasi oksigen maksimum pada kedalaman antara 400-600 m. Massa air lainnya yang dicirikan oleh dua
lapisan gumbar yakni salinitas maksimum dan oksigen minimum adalah Massa Air Laut Merah Red Sea Water. Lapisan gumbar massa air ini berada pada
kedalaman 600-800 m. Massa air yang hanya ditemukan di bagian selatan TLSH adalah Massa Air Laut Banda Banda Sea Water berasal dari Samudera Pasifik
masuk ke TLSH melalui timur kepulauan Indonesia. Lapisan gumbar salinitas minimum massa air ini terdapat pada kedalaman di bawah 900 m.
Ekspedisi International Indian Ocean Expedition IIOE pada 1962-1964 di Samudera Hindia berhasil memetakan distribusi horizontal suhu dan salinitas
perairan pada beberapa kedalaman. Dari hasil ekspedisi tersebut ditemukan enam massa air yang mengisi Samudera Hindia, dimana massa air TLSH terdiri dari dua
tipe yaitu tipe D North Indian Ocean and Bengal Bay origin water mass dengan nilai salinitas rendah, posisinya melebar dari utara dan barat Sumatera; dan tipe E
Mixed water mass upwelled di bagian selatan yang melebar ke selatan Pulau Jawa Gambar 12.
A : Southern Indian Ocean central water mass
B : Arafuru Sea origin water mass
C : Arabian Sea origin water mass
D : North Indian Ocean and Bengal Bay origin water mass
E : Mixed water mass upwelled F : Mixed water mass
Southern Equatorial
Gambar 12. Massa air di Samudera Hindia bagian timur hasil eksedisi IIOE, 1966
2.5.2. Sirkulasi Massa Air Permukaan
Gambar 13 memperlihatkan pola arus di Samudera Hindia pada musim timur laut dan Gambar 14 pola arus musim barat daya. Pada bulan Januari dan
Pebruari, Northeast Monsoon Season muson timurlaut telah mencapai kekuatan maksimal di atas Teluk Bengal dan juga perluasan maksimal ke selatan. Arus
Khatulistiwa Utara North Equatorial Current berkembang dengan kuat ke arah barat dan di Teluk Bengal terbentuk sebuah eddy antisiklonik yang besar. Bagian
selatan dari sumbu Arus Khatulistiwa Utara mengalir ke baratdaya, meluas
melewati khatulistiwa ke selatan yang disebabkan oleh muson. Arus Sakal Khatulistiwa Equatorial Counter Current didorong jauh ke selatan dan mengalir
antara 3
o
–5
o
LS pada suatu lajur yang sempit. Jerlov 1953 dalam Wyrtki 1961 mencatat Arus Sakal Khatulistiwa bulan Maret 1948 berada antara 6
o
– 8
o
LS.
Gambar 13. Pola Arus Samudera Hindia pada Musim Timur Laut
Sumber: adapted from Cutler and Swallow, 1984 dalam Tomczak and Godfrey, 1994
Gambar 14. Pola Arus pada Musim Barat Daya di Samudera Hindia
Sumber: adapted from Cutler and Swallow, 1984 dalam Tomczak and Godfrey, 1994
Keterangan: Arus: EAC East Arabian Current; SJC South Java Current; ZC Zanzibar Current;
EMC East Madagascar Current; dan SC Somali Current. Front: STF Sub Tropical Front; SAF Sub Antarctic Front; PF Antarctic Polar Front; dan WGB Weddell Gyre
Boundary. Sumber: diadaptasi dari Cutler and Swallow, 1984 dalam Tomczak and Godfrey, 1994
Muson timurlaut berakhir pada bulan Maret dan di bulan April muson baratdaya mulai secara bertahap. Eddy antisiklonik di Teluk Bengal masih ada dan
Arus Khatulistiwa Utara sekarang sangat lemah. Pada daerah lain, Arus Sakal
Khatulistiwa telah meningkat dengan cukup besar dan memperluas lebar aliran dari 3
o
LU – 5
o
LS. Arus Sakal tersebut berputar ke barat di sekitar 7
o
LS dan kemudian bergabung dengan Arus Khatulistiwa Selatan South Equatorial
Current. Sebagian massa air Arus Sakal ini terus bergerak ke tenggara sepanjang pantai barat Sumatera dan kemudian menjadi Arus Pantai Jawa Wyrtki, 1961.
Pada bulan Juni sampai Oktober, muson baratdaya bertiup dengan kekuatan penuh ke arah India dan menyebabkan perkembangan arus hanyutan drift current utara
khatulistiwa yang kuat dan aliran-aliran lebih lemah di Teluk Benggala. Selanjutnya aliran-aliran ini bergerak sepanjang sisi bagian timur Teluk
Bengal. Sebagian dari massa air ini mengalir melewati Laut Andaman dan selanjutnya di sekitar pojok barat bagian ujung atas sebelah barat Sumatera
mengalir ke arah selatan. Arus Muson yang mengalir melalui selatan Srilangka ke timur sebagian melewati bagian atas Pulau Andaman dan sebagian lagi
dibelokkan ke selatan ketika mendekati pojok barat Sumatera. Arus Sakal Khatulistiwa mengalir ke arah timur, kemudian membelok ke arah selatan dan
selanjutnya bergabung dengan massa air Arus Khatulistiwa Selatan. Sebagian dari massa air Arus Sakal ini mengalir ke tenggara sepanjang pantai barat Sumatera.
Dari bulan Juli-Oktober, ketika muson tenggara berada di atas pantai selatan Jawa dengan kekuatan penuh dan Arus Khatulistiwa Selatan didorong jauh
ke utara, cabang Arus Sakal ini membelok ke dalam Arus Khatulistiwa Selatan di lepas pantai Selat Sunda tetapi dari bulan November, Arus Khatulistiwa Selatan
menyimpang ke arah pantai dan arus kecil terbentuk ke arah timur di selatan Jawa yang merupakan kelanjutan dari arus pantai Sumatera. Arus Pantai Jawa APJ ini
mencapai perkembangan terkuat bulan Februari, saat APJ tersebut diperkuat oleh angin barat Soeriaatmadja, 1957. Arus Pantai Jawa tetap terbentuk sampai bulan
Juni, setelah permulaan muson tenggara. Adanya APJ pada bulan Juni ini memberikan suatu kesimpulan bahwa arus ini disebabkan oleh kondisi dinamis
daripada oleh angin. Secara temporal juga ditemukan upwelling lemah muncul di sepanjang batas antara APJ dan Arus Khatulistiwa SelatanAKS Wyrtki, 1961.
Muson tenggara pada bulan Oktober sudah sangat lemah. Arus muson mengalir sebagai hanyutan lemah dan arus hanyutan tersebut di dalam Teluk
Bengal membentuk beberapa eddies sirkulasi umumnya siklonik. Pada tempat