7 MORFOLOGI HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN JARING ARAD
MINI TRAWL DI PERAIRAN UTARA JAWA BARAT
7.1 Pendahuluan
Sumberdaya ikan di perairan Indonesia sangat beragam dan telah dimanfaatkan nelayan dengan berbagai jenis peralatan penangkapan ikan. Salah
satu jenis alat penangkapan ikan yang efektif namun mendapat sorotan banyak pihak adalah trawl. Sorotan ini muncul di antaranya akibat diperolehnya ikan
jenis non target atau bycatch dalam proporsi yang umumnya jauh lebih besar dari proporsi ikan jenis target Saila, 1983; Hall, 1996; Purbayanto, 2004. Masalah ini
timbul karena
spesifikasi trawl
yang sekarang
banyak digunakan
menyebabkannya tergolong sebagai alat tangkap yang tidak selektif karena tidak mampu
meloloskan berbagai jenisukuran ikan yang sebenarnya tidak
diharapkan. Masalah lain dari penggunaan trawl ini berhubungan dengan perilaku nelayan yang umumnya membuang hasil tangkapan sampingan ke laut disebut
discards , khususnya
dari kegiatan kapal-kapal ikan yang dioperasikan oleh perikanan berskala industri, mereka tidak memanfaatkan hasil tangkapan ini
Andrew dan Pepperell, 1992; Alverson et al. 1994; Kelleher, 2005. Sifat teknis alat
dan perilaku
nelayan tersebut
mendorong timbulnya
ide bahwa
pengembangan teknologi ini perlu diarahkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan sumberdaya ikan sehingga mendukung konservasi
sumberdaya ikan agar tidak terjadi kepunahan Purbayanto dan Baskoro, 1999. Sejak diterbitkannya Keppres No. 39 tahun 1980 tentang Penghapusan
Jaring Trawl di seluruh Wilayah Indonesia, nelayan penangkap udang melakukan terobosan
dengan menggunakan beberapa jenis alat penangkapan ikan yang prinsip cara pengoperasiannya adalah sama dengan cara trawl dioperasikan.
Beberapa contoh di antaranya adalah jaring arad Purbayanto, 2003. Secara umum konstruksi jaring arad terdiri dari bagian sayap wing, badan body dan
kantong codend. Bahan jaring seluruhnya dibuat dari bahan polyethylene PE. Dalam pengoperasiannya jaring diturunkan dan kemudian jaring ditarik keatas
kapal dengan menggunakan alat bantu gardan dalam pengoperasiannya jaring arad
dilengkapi dengan alat pembuka mulut jaring otterboard yang dibuat dari bahan kayu dan diberi pemberat Manadiyanto et al. 2000.
Sampai saat ini, khususnya perairan utara Jawa, jaring arad telah lama beroperasi dengan menggunakan perahu motor tempel dan dioperasikan di
wilayah perairan pantai dengan jenis dasar lumpur dengan kedalaman perairan 5 – 10 m Imron, 2008. Jaring arad digolongkan sebagai demersal trawl skala kecil
yang dioperasikan secara aktif dengan ditarik oleh perahu. Alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap udang dan ikan demersal Subani dan Barus, 1989.
Trawl dan alat-alat sejenisnya tersebut masih banyak dioperasikan di wilayah barat Indonesia dan konflik sering terjadi di antara nelayan pengguna trawlalat
sejenisnya dan nelayan yang mengoperasikan alat tangkap yang lain. Sementara ini, trawl pukat hela masih diijinkan untuk dioperasikan di wilayah Kalimantan
Timur dengan adanya Permen no 06 tahun 2008 tentang Penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela di perairan Kalimantan Timur bagian utara Ditjen
Perikanan Tangkap, 2011. Di tengah keprihatinan tentang dampak terhadap lingkungan dan
sumberdaya ikan, trawl masih tetap menjadi alat tangkap primadona karena alat ini sangat efektif untuk menangkap ikan demersal maupun jenis ikan pelagis,
tergantung pada metode pengoperasiannya von Brandt, 2004. Status
permasalahan hasil tangkapan sampingan bycatch belum tentu sama pada tempat dan waktu yang berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, di
antaranya adalah selektivitas dari alat tangkap Kelleher, 2005; Enever et al. 2009, musim Ye et al. 2000, orientasi ekonomi Diamond, 2003, lama operasi
penangkapan Cotter et al. 2002 serta lokasi dan waktu operasi penangkapan ikan Kennelly, 1995.
Oleh karena itu, cara untuk menangani permasalahan hasil tangkapan
sampingan pada
perikanan trawl
harus dibuat
dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.
Hal ini juga berarti, permasalah bycatch
di dua lokasi yang berdekatan belum tentu sama, walaupun jenis teknologi yang diterapkan adalah sama. Penelitian ini merupakan bagian dari
upaya perbaikan teknologi bycatch reduction device BRD. Upaya untuk
mengatasi permasalahan yang dijelaskan harus dimulai dengan mempelajari
karakteristik jenis-jenis ikan yang tertangkap. Salah satu faktor penting yang
menentukan kuantitas hasil tangkapan sampingan bycatch adalah morfologi dari setiap jenis ikan yang akan diloloskan Broadhurst, 2000.
7.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengestimasi komposisi hasil tangkapan jaring arad di dua lokasi, yaitu
Blanakan dan Eretan Kulon, pada waktu yang berbeda yaitu Juli dan Desember 2007.
2. Membandingkan morfologi jenis ikan yang tertangkap jaring arad di dua lokasi, yaitu Blanakan dan Eretan Kulon, pada waktu yang berbeda yaitu Juli
dan Desember 2007.
7.3 Metode Penelitian
7.3.1 Waktu dan tempat
Penelitian telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2007 di Blanakan Kabupaten Subang dan Eretan Kulon Kabupaten Indramayu yang
merupakan fishing base untuk unit penangkapan jaring arad di pantai utara Jawa Barat. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 24 dan 25.
Gambar 24 Peta lokasi penelitian di Blanakan Kabupaten Subang
Gambar 25 Peta lokasi penelitian di Eretan Kulon Kabupaten Indramayu
7.3.2 Metode pengumpulan data
Data tentang komposisi hasil tangkapan utama dan sampingan dari jaring arad diperoleh dari kegiatan operasi penangkapan jaring arad yang secara
langsung diamati. Di setiap lokasi penelitian, satu sampel perahu diikuti peneliti selama satu trip untuk melihat langsung proses penangkapan ikan dengan jaring
arad. Sampel perahu tersebut masing-masing dipilih secara purposif, yaitu perahu dengan nelayan yang siap bekerjasama dengan peneliti.
Saila 1983 membedakan hasil tangkapan yang menjadi tujuan sebagai target species
dan yang bukan menjadi tujuan penangkapan sebagai bycatch hasil tangkapan sampingan. Jelas sekali bahwa pengelompokan hasil tangkapan
tersebut semata-mata berdasarkan tujuan dari operasi penangkapan ikan. Oleh karena itu jika nelayan bertujuan untuk menangkap jenis-jenis ikan tertentu saja
maka kegiatan penangkapan ikan yang dilakukannya berpeluang menghasilkan bycatch
lebih banyak dibandingkan dengan nelayan yang oportunis dan tidak punya harapan tertentu. Nelayan kedua akan cukup puas untuk memanfaatkan
ikan apa saja yang tertangkap sehingga bycatch dan discards menjadi lebih sedikit.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terutama diperoleh dari pengamatan pengukuran morfometrik dan penimbangan berat ikan terhadap
hasil tangkapan yang didaratkan oleh armada jaring arad. Pengambilan data