Operasi penangkapan ikan dapat berjalan dengan baik apabila suatu usaha perikanan memiliki beberapa kriteria. Menurut Monintja 2001 membagi kriteria
ramah lingkungan dan berkelanjutan suatu teknologi penangkapan ikan berdasarkan : 1 selektifitas yang tinggi; 2 tidak membahayakan nelayan; 3 tidak
destruktif terhadap nelayan; 4 produknya berkualitas; 5 produknya tidak membahayakan konsumen; 6 bycatch dan discard minimum; 7 tidak menangkap
spesies yang dilindungi atau terancam punah; 8 dampak minimum terhadap keanekaragman hayati; 9 dapat diterima secara sosial.
Kriteria kegiatan penangkapan ikan yang berkelanjutan terdiri dari 1 menerapkan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan; 2 jumlah hasil
tangkapan tidak melebihi junlah hasil tangkapan yang diperbolehkan TAC; 3 menguntungkan; 4 investasi rendah; 5 penggunaan bahan bakar minyak kecil; 6
memenuhi ketentuan hukum dan perundangan yang berlaku
2.2 Pengelolaan Hasil Tangkapan Sampingan bycatch management
Kepedulian secara global untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan dalam dunia perikanan telah menjadi hal penting dalam pengelolaan perikanan.
Menurut Hall 1996 menyatakan pengelolaan hasil tangkapan sampingan adalah: 1. Menghindari kepunahan dari suatu spesies;
2. Menjaga struktur dasar dan fungsi dari suatau ekosistem; 3. Mengurangi pembuangan dalam perikanan
4. Mengurangi interaksi antar perikanan 5. Menjaga supaya perikanan tetap terbuka
6. Menjaga tujuan pemasaran 7. Membangun kembali populasi yang menurun
8. Mengawasi peningkatan populasi Permasalahan mengenai dampak terhadap lingkungan dengan menangkap
hasil tangkapan sampingan dapat menimbulkan pengaruh yang merusak ekosistem laut dan dapat merusak perikanan sendiri. Permasalahan terhadap lingkungan ini
terutama akibat pembuangan dari ikan-ikan hasil tangkapan sampingan yang berukuran kecil dari tangkapan sampingan trawl udang Andrew dan Pepperell,
1992; Alverson et al. 1994. Selain
kedua hal
tersebut diatas
untuk menjaga
keberlanjutan sustainability dari suatu stok dapat dilakukan dengan menerapkan peraturan
ukuran ikan terkecil yang dapat didaratkan minimum landing size. Implementasi dari output control ini dapat dilakukan dengan mengatur selektivitas alat tangkap.
Pengaturan selektivitas alat tangkap trawl dapat dilakukan dengan cara : 1 modifikasi dari bentuk mata jaring mesh shape dari bentuk diamond menjadi
square mesh ; 2 memperbesar ukuran mata jaring; 3 memanfaatkan tingkah laku
ikan untuk meloloskan non-target spesies dengan memasang BED, BRD dan square mesh panel Broadhurst, 2000.
2.3 Perikanan Tangkap Skala Kecil
Perikanan tangkap nasional sampai saat ini masih didominasi oleh perikanan tangkap skala kecil. Hal ini dapat dilihat dari komposisi armada
perikanan tangkap di Indonesia yang sampai tahun 2009 didominasi oleh usaha perikanan tangkap skala kecil sebesar 97,11 dan hanya sekitar 2,89 dilakukan
oleh usaha perikanan skala besar DJPT, 2010. Menurut Smith 1983 terdapat berbagai cara untuk membedakan sksla perikanan tangkap. Pada dasarnya
perbedaan tersebut mencakup perikanan skala kecil atau skala besar, perikanan pantai atau lepas pantai, artisanal atau komersial. Selain itu pengelompokan juga
dapat dilakukan berdasarkan pada ukuran kapal atau besarnya tenaga, tipe alat tangkap dan jarak daerah penangkapn dari pantai. Sementara itu Charles 2001
mengatkan bahwa membagi skala usaha perikanan dilihat dari berbagai aspek diantaranya berdasarkan ukuran kapal yang dioperasikan, berdasarkan daerah
penangkapan yaitu jarak dari pantai ke lokasi penangkapan dan berdasarkan tujuan produksinya. Pengelompokan tersebut dilakukan melalaui perbandingan
perikanan skala kecil small scale fisheries dengan perikanan skala besar large scale fisheries
, walaupun diakuinya belum begitu jelas sehingga masih perlu dilihat dari berbagai aspek yang lebih spesifik.
Menurut Smith 1983 mengenukakan bahwa perikanan tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kegiatan dilakukan dengan unit penangkapan skala kecil, kadang-kadang menggunakan perahu bermesin atau tidak sama sekali;
2. Aktifitas penangkapan merupakan paruh waktu, dan pendapatan keluarga adakalanya ditambah dari pendapatan lain dari kegiatan diluar penangkapan;
3. Kapal dan alat tangkap biasanya dioperasikan sendiri; 4. Alat tangkap dibuat sendiri dan dioperasikan tanpa bantuan mesin;
5. Investasi rendah dengan modal pinjaman dari penampung hasil tangkapan; 6. Hasil tangkapan per unit usaha dan produktivitas pada level sedang sampai
sangat rendah; 7. Hasil tangkapan tidak dijual kepada pasar besar yang terorganisir dengan baik
tapi diedarkan di tempat pendaratan atau dijual di laut; 8. Sebagian atau keseluruhan hasil tangkapan dikonsumsi sendiri bersama
keluarganya; 9. Komunitas nelayan tradisional sering kali terisolasi baik secara geografis
maupun sosial dengan standar hidup keluargha nelayan yang rendah sampai batas maksimal.
2.4 Deskripsi Alat Tangkap Jaring Arad