Moratorium Laut Arafura Pengelolaan Perikanan Trawl Demersal dalam Mengurangi Hasil

penangkapan sedangkan penutupan wilayah penangkapan dilakukan dengan melarang dilakukannya aktifitas penangkapan pada suatu wilayah tertentu Caddy, 1982. Penerapan penutupan musim penangkapan sebagai contoh telah dilakukan di Northern Prawn Fishery dan di Kuwait untuk melindungi tertangkapnya udang- udang yang belum matang Dann dan Pascoe, 1994; Ye et al. 2000 selain untuk melindungi udang yang belum matang penutupan musim penangkapan ditujukan untuk mengurangi terjadinya overfishing Somers dan Wang, 1997. Untuk di perairan Arafura penutupan area atau musim penangkapan telah diusulkan untuk memberi kesempatan bagi pemulihan sumberdaya ikan dan lingkungan. Purbayanto, 2008. Dalam menentukan wilayah atau musim penutupan harus didukung oleh informasi ilmiah mengenai distribusi sebaran ikan serta musim pemijahan. Namun demikian menerapkan input kontrol dengan melakukan penutupan musim atau area penangkapan belum menjawab permasalahan mengenai pengurangan hasil tangkapan sampingan dari perikanan demersal trawl skala industri. Hal ini karena beberapa kapal trawl demersal skala industri mempunyai variabilitas karakteristik spasial yang besar serta temporal waktu yang relatif lama akan berdampak terhadap pendapatan nelayan yang cukup signifikan dengan cara penutupan daerah penangkapan ikan Hall, 2002. Sedangkan untuk mengalihkan ke daerah penangkapan udang sulit untuk dilakukan karena adanya peraturan yang melarang pengoperasian trawl di wilayah barat. Sehingga bila penutupan area penangkapan akan di implementasikan maka perlu dicarikan alternatif daerah penangkapan ikan yang lain. Pengaturan ijin usaha baru alat penangkapan ikan dilakukan untuk mengatur jumlah alat tangkap yang diperbolehkan beroperasi dengan mengurangi effort dengan demikian diharapkan sumberdaya dapat pulih. Pembatasan input kontrol juga dapat dilakukan dengan membatasi ukuran kapal gross tonnage yang digunakan. Pope, 2002. Dengan pengaturan besarnya gross tonnage akan memungkinkan untuk mengurangi upaya penangkapan dan akan berdampak untuk pengurangan hasil tangkapan sampingan dalam jangka panjang. Selain pembatasan upaya penangkapan maka kuota untuk ikan hasil tangkapan sampingan spesies tertentu juga memungkinkan untuk diterapkan Pope, 2002; Diamond, 2004. Output kontrol yang dapat dilakukan dengan membatasi jumlah hasil tangkapan yang dibolehkan JTB pada waktu tertentu. Akan tetapi dalam pelaksanaan nya jumlah tangkapan yang dibolehkan merupakan total tangkapan yang didaratkan. Sehingga untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan maka perlu juga dibuat aturan mengenai jumlah ikan hasil tangkapan sampingan yang didaratkan. Sedangkan untuk demersal trawl skala kecil dengan penutupan wilayah penangkapan dan musim penangkapan akan berdampak bagi kehidupan ekonomi nelayan yang menggantungkan hidupnya pada satu alat tangkap. Sehingga untuk perikanan demersal trawl skala kecil perlu adanya pengaturan daerah penangkapan yang membagi daerah penangkapan berdasarkan suatu alat tangkap. Seperti pengaturan area penangkapan dengan melakukan zonasi pengoperasian alat tangkap, untuk wilayah seperti di laut utara jawa maka pengaturan meliputi zona I 0-3mil hanya diperuntukkan bagi alat tangkap skala kecil yang beroperasi secara pasif. Sementara untuk zona II 3-6mil bagi kapal-kapal yang beroperasi secara aktif seperti jaring arad.

8.3.2 Pemanfaatan hasil tangkapan sampingan bycatch

Pada umumnya nelayan di beberapa Negara Asia tidak menghadapi masalah dengan hasil tangkapan sampingan karena ikan-ikan kecil yang didaratkan dikategorikan sebagai “trash fish” atau ikan rucah. Beberapa manfaat dari pengelolaan hasil tangkapan sampingan dinyatakan oleh Hall 1996 sebagai berikut : 1. Menghindari kepunahan dari suatu spesies dengan memperhatikan keberlanjutan dari suatu spesies dengan membuat skala prioritas; 2. Menjaga struktur dasar dan fungsi dari ekosistem dengan melakukan monitoring dampak perubahan dalam kelimpahan dan distribusi dari suatu spesies; 3. Mengurangi sampah dalam perikanan; 4. Mengurangi interaksi antar perikanan dimana dalam beberapa kasus hasil tangkap sampingan untuk suatu perikanan menjadi tangkapan utama untuk perikanan yang lainnya;