Closing area penutupan wilayah penangkapan

5. Menjaga supaya perikanan tetap terbuka; 6. Mengurangi tujuan pemasaran; 7. Membangun populasi yang sudah menurun; 8. Mengontrol peningkatan populasi. Food and Agriculture Organization pada tahun 1982 telah mencanangkan untuk memanfaatkan ikan-ikan hasil tangkapan sampingan ini yang diolah menjadi berbagai produk Allsopp, 1982. Demikian juga dengan perikanan demersal trawl skala kecil di Indonesia ikan-ikan yang tergolong trash fish rucah ini dimanfaatkan oleh nelayan. Biasanya ikan-ikan tersebut di sortir menjadi ikan yang dapat dikonsumsi dan ikan yang bukan untuk di konsumsi tergantung dari spesies, ukuran dan kualitasnya. Namun demikian ini adalah satu masalah penting dimana ikan-ikan yang digolongkan trash fish masuk dalam kategori juvenile ikan ekonomis penting. Beberapa jenis ikan yang banyak tertangkap di perairan utara jawa terutama didominasi oleh ikan demersal seperti dari famili Leiognathidae, Sciaenidae dan Mullidae dimana spesies tersebut dikategorikan termasuk yang komersial. Berdasarkan kondisi tersebut maka pemanfaatan ikan-ikan yang masih tergolong dibawah ukuran tingkat kematangan gonadnya akan berdampak terhadap keberlanjutan sumberdaya ikan demersal. Dalam Perikanan dermesal trawl skala industri khususnya pukat udang di perairan Arafura pemanfaatan hasil tangkapan sampingan dapat dilakukan dengan pemanfaatan langsung di kapal yang diolah dalam bentuk bahan baku untuk olahan seperti surimi Djazuli, 2009. Namun demikian dalam memanfaatkan hasil tangkapan sampingan untuk perikanan pukat udang masih mengalami beberapa kendala seperti keterbatasan volume palka yang khusus hanya untuk menampung udang, selain itu operasi penangkapan pukat udang umumnya tersebar di seluruh wilayah perairan bagian timur. Salah satu upaya yang telah dilakukan dengan menerapkan mesin pembuat surimi untuk memanfaatkan ikan- ikan hasil tangkapan sampingan seperti gulamah, kurisi dan biji nangka Purbayanto et al. 2009. Djazuli 2009 menyebutkan bahwa dalam upaya memanfaatkan ikan hasil tangkap sampingan skala industri perlu dilakukan pendekatan dengan cara : 1 strategi dan teknik preparasi dalam pengumpulan bahan baku dari kapal pukat udang yang tersebar di perairan yang luas dengan keterbatasan volume palka dan periode waktu operasi penangkapan yang cukup lama, 2 teknologi pengolahan surimi dengan menggunakan campuran jenis ikan, mengingat ikan hasil tangkapan sampingan merupakan campuran berbagai jenis dan ukuran ikan. Pemanfaatan hasil atngkapan sampingan menjadi bahan baku surimi memerlukan penambahan modal serta adanya pasar yang mendukung produk hasil olahan dari ikan-ikan tersebut. Meskipun dari segi nelayan skala kecil khususnya di perairan Utara Jawa pemanfaatan ikan-ikan tersebut masih dapat dilakukan sepanjang pemanfaatan yang rasional.

8.3.3 Perbaikan teknologi penangkapan ikan

Keberadaan dari hasil tangkap sampingan bycatch merupakan kontribusi dari rendahnya selektivitas dari suatu alat tangkap serta menjadi suatu karakteristik dari daerah penangkapan ikan untuk yang bersifat multi spesies Slavin, 1982; Kelleher, 2005. Sementara pembuangan kelaut dikarenakan beberapa faktor seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya diantaranya ekonomi, tempat penyimpanan yang terbatas dan karena adanya aturan pengelolaan. Pembuangan hasil tangkapan kelaut ikan-ikan yang tidak dapat dimanfaatkan harus dihindari walaupun beberapa beberapa faktor yang menyebabkan pembuangan kelaut telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Sementara itu pilihan pengelolaan dalam mengurangi hasil tangkapan sampingan dengan peningkatan selektifitas dari demersal trawl telah diterapkan untuk pukat udang di beberapa negara Watson, 1989; Kendal, 1990; Isaksen et al. 1992. Peningkatan selektifitas alat tangkap trawl dapat dilakukan dengan cara : 1 modifikasi dari bentuk mata jaring mesh shape dari bentuk diamond menjadi square mesh ; 2 memperbesar ukuran mata jaring; 3 memanfaatkan tingkah laku ikan untuk meloloskan non-target spesies dengan memasang BED, BRD dan square mesh panel Fonteyne dan M’Rabet, 1992; Glass dan Wardle, 1995; Broadhurst dan Kennelly, 1997. Sedangkan Watson et al. 1986 menyatakan bahwa pemasangan perangkat untuk mengurangi bycatch yang dipasang pada trawl mempunyai beberapa keuntungan diantaranya : 1. Pengurangan dari tekanan pada jaring dan akan mengurangi konsumsi bahan bakar; 2. Mengurangi waktu pekerjaan dalam menyortir ikan hasil tangkapan; 3. Meningkatkan kualitas dari hasil tangkapan. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah bycatch dan pembuangan kelaut menurut Matsuoka 2008 ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu : 1 meloloskan spesies ikan yang bukan menjadi tujuan tangkapan di dalam air dengan perbaikan teknologi penangkapan ikan; 2 pemanfaatan dari hasil tangkap sampingan termasuk untuk sektor lain seperti untuk pakan budidaya, bahan baku untuk industri lainnya dan untuk konsumsi manusia. Pada tahun 2000 Australia telah mengharuskan pemasangan bycatch reduction device BRDs dan turtle exclusion devices TEDs pada perikanan trawl udang di NPF Northern Prawn Fishery. Dengan pemasangan BRD jenis super shooter pada alat tangkap trawl Australia menunjukkan bahwa pemasangan BRD telah mengurangi total berat hasil tangkapan dan ikan hasil tangkapan berukuran besar 5 kg selain itu pemasangan BRD mengurangi kerusakan udang hasil tangkapan dan meningkatkan harga jual Salini et al., 2000. Di Indonesia hasil tangkapan sampingan dari trawl skala industri yang beroperasi di perairan Arafura merupakan bagian dari tangkapan dimana tidak dijual tetapi dikembalikan kembali kelaut dengan alasan karena tidak ekonomis dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan serta di daratkan di pelabuhan. Hasil tangkapan sampingan dari pukat udang meliputi ikan, krustasea dan moluska. Hasil tangkapan sampingan dari trawl skala industri ini bervariasi secara spasial dan musiman dengan rasio dari hasil tangkapan sampingan dan udang berbeda- beda untuk setiap lokasi daerah penangkapan ikan Evans dan Wahju, 1996; Purwanto dan Nugroho, 2010 perbedaan waktu siang dan malam Purbayanto dan Riyanto, 2005.