Proses pelolosan ikan melalui BRD

2. Square mesh window

Proses pelolosan ikan pada square mesh window dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu 1 ikan lolos langsung dari lubang pelolosan, dilakukan oleh ikan-ikan berukuran kecil berbentuk compressed dan compressed campuran dengan cara renang vertikal tanpa merubah posisi tubuhnya terhadap sumbu x, 2 ikan lolos dengan menerobos lubang pelolosan dari arah codend dengan sudut pelolosan berkisar 30-60 o terhadap sumbu x, 3 ikan yang meloloskan diri dengan menerobos celah pelolosan dari arah depan dengan sudut pelolosan berkisar antara 30-60 o , dan 4 ikan yang membatalkan menerobos lubang pelolosan karena ukuran tubuhnya lebih besar dari lubang pelolosan. Proses pelolosan ikan pada square mesh window selama pengamatan disajikan pada Gambar 22. Gambar 22 Proses pelolosan ikan pada square mesh window.

3. Fish eye

Proses pelolosan ikan pada fish eye relatif hampir sama dengan dua jenisBRD sebelumnya, tetapi ada beberapa perbedaan proses pelolosan yang mencolok pada fish eye. Pada fish eye hanya terdapat dua respon ikan ketika mendekati alat yaitu: 1 ikan meloloskan diri melalui celah fish eye dari arah belakang. Ikan yang melakukan proses ini adalah ikan-ikan yang memiliki tebal tubuh lebih kecil dari lubang fish eye yang berbentuk elip dalam hal ini semua ikan yang dicoba memiliki peluang untuk meloloskan diri. 2 ikan yang mendekati fish eye dan kemudian membelokkan arah renangnya ke bagian bawah fish eye. Proses pelolosan ikan dengan mengunakan fish eye ditunjukkan pada Gambar 23. Gambar 23 Proses pelolosan ikan pada fish eye.

6.5 Pembahasan

Tingkat pelolosan ikan melalui square mesh window mempunyai persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua jenisBRD lainnya. Perbedaan tingkat pelolosan ini disebabkan perbedaan konstruksi dari ketiga jenisBRD tersebut. Perbedaan konstruksi akan berpengaruh terhadap proses pelolosan ikan dimana setiap ikan memiliki orientasi renang yang berbeda. Kim dan Wardle 2005 mengindikasikan bahwa ikan dengan lebar tubuh lebih kecil dari mata jaring akan mampu meloloskan diri dari codend jika dapat mengatasi penglihatan dan memiliki kemampuan renang lebih cepat dari penarikan jaring. Celah pelolosan pada square mesh window yang berbentuk empat persegi akan tetap terbuka sehingga sehingga akan memudahkan ikan untuk meloloskan diri. Akan tetapi pada square mesh window berdasarkan pengamatan membutuhkan perubahan posisi renang dari ikan untuk keluar yaitu posisi horizontal menjadi vertikal. Hal ini membutuhkan energi yang cukup bagi ikan terutama adanya arus pada flume tank. Larsen dan Isaksen 1993 menyatakan bahwa kesulitan bagi ikan untuk mengubah arah renangnya sebesar 90 untuk menerobos jaring pada kecepatan arus yang tinggi. Menurut Kim dan Wardle 2005 ada tiga parameter yang menentukan pelolosan ikan pada square mesh window yaitu sudut renang ikan saat mendekati mata jaring, sudut ketika tubuh ikan menerobos mata jaring dan kecepatan menerobos. Ikan umumnya akan menerobos dengan posisi tubuh lurus untuk mengurangi gesekan dan tanpa harus menarik tubuhnya. Ketiga tahapan tersebut membutuhkan energi yang cukup besar. Dari hasil pengamatan untuk BRD jenissquare mesh window mempunyai tiga jenis pelolosan. Hal ini yang menyebabkan square mesh window lebih mudah untuk meloloskan diri dibandingkan dengan BRD jenislain. Pada square mesh window ikan dapat membengkokkan tubuhnya setelah mendekati mata jaring 1 menerobos secara vertikal, 2 memanfaatkan sudut-sudut mata jaring sehingga dapat keluar secara diagonal, dan 3 ikan yang berukuran kecil dapat bergerak secara vertikal tanpa merubah arah renangnya. Celah pelolosan pada BRD fish eye tidak harus merubah pola renang ikan dan ikan dapat lolos tanpa ada gesekan bahkan dapat melewati celah meskipun ada arus dalam codend. Sebaliknya berdasarkan hasil pengamatan ikan-ikan yang memiliki tubuh lebih besar dari ukuran mata jaring depressed mengalami kesulitan keluar melalui square mesh window. Ikan berbentuk compressed yang berukuran kecil memiliki kemampuan renang yang rendah. Ikan kecil yang berbentuk compressed memudahkan ikan-ikan tersebut untuk meloloskan diri. Namun pada kondisi yang sesungguhnya ikan-ikan yang berukuran kecil mungkin tidak dapat mempertahankan posisi renangnya bahkan untuk mencari celah pelolosan. Selain ukuran ikan kondisi perairan juga juga akan berpengaruh terhadap penglihatan ikan Breen et al. 2004. Keterbatasa dalam penelitian ini yaitu ikan-ikan yang digunakan bukan merupakan ikan yang ada di laut tetapi hanya mewakili dari aspek morfologinya. Selain itu ukuran ikan yang digunakan berukuran kecil sehingga dalam uji coba di flume tank menggunakan arus yang kecil 0,7 ms tidak mewakili arus yang sesungguhnya pada penarikan trawl 2,5 knot. Aspek morfologi dari ikan-ikan yang berbentuk compressed dan depressed dari ikan uji memiliki tingkah laku renang yang sama dengan ikan bycatch. Sehingga dengan proses pelolosan ikan-ikan yang di uji coba dapat menggambarkan proses pelolosan ikan melalui BRD. Selain itu penelitian ini menjadi acuan untuk pengembangan penelitian proses pelolosan ikan selanjutnya.

6.6 Kesimpulan

1. Bycatch reduction device jenis square mesh window mampu meloloskan ikan lebih banyak daripada jenis fish eye maupun TED super shooter dimana square mesh window sebesar 42,5, fish eye 37,5 dan TED super shooter 30. 2. Square mesh window dan fish eye dapat digunakan untuk meloloskan ikan dengan morfologi compressed. Selain ikan compressed BRD fish eye dapat digunakan untuk meloloskan ikan depressed. 3. Proses pelolosan ikan-ikan pada square mesh window dan fish eye memudahkan ikan untuk meloloskan diri dibandingkan dengan TED super shooter .