Hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan bycatch

5 DAYA PENGURANGAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN BYCATCH DARI TIGA JENIS BYCATCH REDUCTION DEVICE BRD : PERCOBAAN TRAWL DI LAUT ARAFURA

5.1 Pendahuluan

Dalam perikanan udang komersial pembuangan hasil tangkapan sampingan discards yang dibuang ke laut merupakan hal umum dilakukan dengan berbagai alasan seperti ekonomi atau keterbatasan ruang. Pembuangan hasil tangkapan sampingan dianggap berlawanan dengan tujuan konservasi sumberdaya laut di seluruh dunia. Jumlah ikan yang dibuang kembali ke laut secara global ditaksir sekitar 7 juta ton per tahun Kelleher, 2005. Sementara itu, estimasi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perikanan pukat udang di Laut Arafura Indonesia mencapai 300 ton per tahun Purbayanto et al. 2004. Hasil tangkapan sampingan HTS tersebut dapat berupa ikan-ikan berukuran kecil dan spesies yang bukan menjadi sasaran penangkapan non-target species, termasuk ikan rucah trash fish dan jenis ikan-ikan non ekonomis yang sebagian besar dibuang kelaut. Industri perikanan trawl di perairan Arafura mulai dikembangkan sejak tahun 1969 ketika Balai Penelitian Perikanan Laut BPPL bekerjasama dengan tiga perusahaan perikanan udang dari Jepang melakukan survei di perairan Arafura pada bulan Mei 1969. Semenjak itu jumlah kapal penangkap udang bertambah dengan pesat dari sembilan unit pada tahun 1969 menjadi 125 unit trawl pada tahun 1981 Naamin dan Sumiono, 1983. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 2010 mencatat sebanyak 2186 kapal berukuran 100-500 GT yang mengoperasikan double rig shrimp trawl dengan mesin penggerak berkekuatan dari 220 hingga 1300 HP dengan menggunakan double rig shrimp trawl . Penelitian dalam bidang selektivitas alat tangkap pada perikanan pukat udang BED-TED telah dimulai oleh Balai Riset Perikanan Laut BRPL. Untuk pertama kalinya, bycatch excluder device BED sebagai jenis TED pertama yang digunakan pada perikanan pukat udang diujicoba melalui riset bersama antara BPPT, IPB, Ditjen Perikanan dan BRPL pada bulan September-Oktober 1982 di perairan Laut Arafura AAAT, 1982. Selanjutnya, ujicoba dilanjutkan oleh BRPL di perairan Cilacap dan pantai selatan Jawa Tengah pada bulan Oktober 1982 Nasution et al. 1983. Pada ujicoba di perairan Laut Arafura secara statistik penggunaan BED memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengurangan jumlah bycatch, yaitu mencapai 80,11 kg per towing 42,51 dan tidak mengurangi hasil tangkapan udang, yaitu mencapai 4,27 kg per towing 27,48. Sementara itu pada ujicoba penangkapan di perairan Cilacap, penggunaan BED juga memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah bycatch, yaitu mencapai 86,21 kg per towing 63,92, dengan kehilangan tangkapan udang mencapai 1,80 kg per towing 31,41. Meskipun secara statistik pengurangan jumlah hasil tangkapan udang tidak berbeda nyata dengan penggunaan BED, namun angkanya cukup tinggi 27,48-31,41. Apabila pengoperasian pukat udang di Laut Arafura adalah dua jam dalam satu kali towing, maka potensi kehilangan tangkapan udang mencapai 17,08 kgtowing sedangkan di perairan Cilacap mencapai 7,20 kgtowing. Pengembangan alat tangkap yang selektif yang telah digunakan untuk mencapai kelestarian ekosistem sebagai contohnya adalah penggunaan turtle excluder device TED pada perikanan trawl komersial di Laut Arafura yang berhasil mengurangi HTS lebih dari 40, namun diikuti berkurangnya hasil tangkapan udang mencapai 5 Nasution, 1997. Pada kenyataannya, untuk memperkecil jumlah udang yang lolos dapat dilakukan dengan mengubah desain jaring sehingga mempercepat arus dan udang akan terbawa melewati TED dan masuk ke dalam kantong Sainsbury 1986. Evans dan Wahju 1996 melakukan penelitian dengan menggunakan pukat udang tanpa TED pada bulan Februari 1992. Mereka melaporkan bahwa bycatch di Laut Arafura terdiri atas 34 spesies ikan dan 5 spesies invertebrata. Berat bycatch didominasi oleh ekor kuning Carangidae, petek Leioghnathus insidiator , kurisi Nemipterus hexadon, kerong-kerong Therapon theraps dan layur Trichiurus savala. Sementara Mahiswara dan Widodo 2005 melaporkan bahwa bycatch dari kapal pukat udang ganda double rig shrimp trawl tanpa TED double-rigged non TED shrimp trawl berukuran 180 GT yang beroperasi di sekitar Pulau Unu Laut Arafura pada bulan Juli 2004 terdiri atas 38 spesies finfish, krustase, ular dan penyu. Hasil tangkapan didominasi oleh petek Leiognathidae, teri Engraulidae, gerot-gerot Haemulidae, pari, sardin, gulamah Sciaenidae. Beberapa desain jenis bycatch reduction device BRD seperti TED super shooter , square mesh windows dan fish eye telah tersedia untuk diterapkan pada perikanan trawl udang di Laut Arafura dengan performa terbaik yang dapat memperbesar peluang pelolosan bagi ikan bycatch dan memperkecil kehilangan tangkapan udang. Namun demikian, penggunaan BRD dan efektivitasnya pada perikanan trawl udang di Indonesia perlu diteliti lebih lanjut baik untuk mengurangi jumlah bycatch yang dibuang kembali ke laut.

5.2 Tujuan dari penelitian

1. Mengumpulkan data komposisi hasil tangkapan trawl dengan BRD maupun tanpa BRD; 2. Mengevaluasi tiga jenis BRD berdasarkan morfologi ikan bycatch yang tertangkap; 3. Membandingkan efektivitas dari tiga jenis BRD yang berbeda dalam mengurangi bycatch berdasarkan proporsi morfologi hasil tangkapan.

5.3 Metode Penelitian

5.3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian untuk membandingkan efektivitas tiga jenisBRD yang berbeda telah dilakukan di perairan sekitar Pulau Dolak Laut Arafura mulai dari tanggal 29 November sampai 9 Desember 2007. Lokasi penelitian berada pada 7º03’ - 8º43’ LS and 137º20’ - 138º45’ BT Gambar 6. Sedangkan untuk posisi setting dan hauling selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 14.

5.3.2 Metode pengambilan data

Uji coba penangkapan dilakukan dengan menggunakan KM Laut Arafura yang berpangkalan di Merauke, Provinsi Papua. Operasi penangkapan dilakukan di sekitar perairan Pulau Dolak yang dicapai selama 20 jam dari Merauke. Efektivitas tiga jenis BRD dilakukan dengan menggunakan metode twin trawl Wileman et al. 1996. Dengan metode ini, satu kapal menarik dua jaring trawl