55
menyelesaikan masalah keamanan, padahal bila melakukan semacam jadwal piket menjaga keamanan bagi ternak anggota kelompok secara bergilir maka masalah
keamanan tidak akan terjadi. Masalah yang dirasakan 12 responden dalam menjalankan usaha dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 : Masalah yang Dihadapi dan Dirasakan Oleh 12 Responden Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun
No Kasus
Usahatani Masalah yang dihadapi
P KT
JU PT
R BU
P
1 Sarino
Kebun dan Ternak √
√ √
√ √
√ 2
Pronowijono Kebun dan Ternak
√ √
√ √
√ 3
Mukiman Kebun dan Ternak
√ √
√ √
4 Barusetyo
Kebun dan Ternak √
√ √
√ √
√ 5
Sutarmin Kebun dan Ternak
√ √
√ √
√ √
6 Suryanto
Kebun dan Ternak √
√ √
√ √
7 Gino
Kebun dan Ternak √
√ √
√ √
8 Suseno
Kebun dan Ternak √
√ √
√ √
9 Suryadi
Kebun dan Ternak √
√ √
√ √
10 Misno
Kebun dan Ternak √
√ √
√ √
√ 11
Yatno Kebun dan Ternak
√ √
√ √
√ √
12 Samidi
Kebun dan Ternak √
√ √
√ √
√ Keterangan :
P : Pupuk
KT : Karet Tua JU
: Jamur upasakar putih PT
: Penyakit ternak R
: Rumput BU : Bibit sapi unggul
P : Pencurian
5.5.2. Sumberdaya Manusia
Pada awal mulanya dibentuk kelompok tani Karya Agung lebih disebabkan untuk memperoleh bantuan bergulir gaduh ternak sapi pemerintah dan bantuan bibit
tanaman karet untuk kebun yang mereka miliki melalui transmigrasi. Saat bantuan masih efektif dan harus dilunasi oleh pengurus dan anggota, kelompok bisa berjalan
cukup baik. Karena adanya pendampingan terus menerus dari PPL, namun saat bantuan telah berhasil dilunasi dan tidak ada lagi bantuan, kegiatan kelompok menjadi kurang
tampak. ikatan-ikatan kelompok yang dulu baik kini kurang terjalin karena bantuan yang tidak ada lagi. Permasalahan sumberdaya manusia dalam penguatan kelompok
tani Karya Agung, dibedakan menjadi kapasitas sumberdaya pengurus dan kapasitas sumberdaya anggota kelompok tani.
56
1 Kapasitas Pengurus Kapasitas kepemimpinan
pengurus dalam mengembangkan kelompok kurang berwawasan kedepan dan kurang termotivasi untuk memajukan kelompok taninya.
Terlihat dari ketidakaktifan pengurus untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kelompok yang menunjang usaha kebun dan ternak semua anggotanya. Pengurus
kelompok kurang mengetahui cara berorganisasi yang baik dan benar yang dapat mengembangkan kelompok sehingga ketrampilan anggota dalam menjalankan
usahataninya tidak diperhatikan. Pengurus tidak merencanakan peningkatan usahatani kebun dan ternak sapi anggota, akibatnya kondisi usaha tidak mengalami peningkatan.
Masalah-masalah yang dihadapi diselesaikan dengan cara masing-masing, pengurus kelompok tidak menjadikan kelompok sebagai wadah pemecahan masalah yang
dihadapi anggota.
Pembagian kerja diantara pengurus dan anggota sudah tidak terlihat lagi, baik
dalam pengelolaan kelompok seperti masalah administrasi kelompok dan kegiatan usahatani. Pembagian kerja dalam hal pembersihan kebun dan penanaman rumput
untuk pakan ternak sudah tidak ada lagi. Anggota kelompok melakukan aktivitas usahatani secara individu. Ini menunjukkan pengorganisasian yang dijalankan pengurus
lemah.
Manajemen yang dijalankan pengurus lemah, dapat dilihat dengan tidak
dijalankannya fungsi perencanaan kelompok dalam mengembangkan usaha, pengorganisasian kelompok yang lemah, pengembangan kapasitas anggota dan
pengurus dalam mengembangkan usahatani tidak berjalan dan tidak berjalannya pengarahan bagi anggota demi peningkatan usaha kebun dan ternak.
Pendidikan formal pengurus kelompok tani Karya Agung relatif rendah, ketua
kelompok Bapak Sarino hanya berpendidikan sebatas SR sekolah rakyat setingkat SD, wakil ketua Bapak Pronowijono hanya berpendidikan sebatas SLTP, sekretaris
Bapak Mukiman berpendidikan sebatas SLTP, cuma bendahara kelompok Bapak Suryadi yang mempunyai pendidikan cukup baik yaitu SMA. Pelatihan
pengorganisasian belum pernah diikuti pengurus maupun anggota kelompok, pengetahuan dalam mengelola kelompok hanya di dapat dari PPL setempat. Kegiatan
usaha ternak sapi dan kebun memang tidak selalu memerlukan pendidikan yang tinggi namun pendidikan akan berdampak pada wawasan berpikir dan cara mengelola
kelompok serta usaha yang dijalankan. Berkaitan dengan hal ini maka diperlukan suatu
57
program untuk meningkatkan pengetahuan, karena bagaimanapun besarnya potensi yang ada bila tidak didukung dengan pengetahuan maka akan sukar berkembang.
Tingkat pendidikan yang rendah dapat dilihat dari tingkat pendidikan 12 responden pada Tabel 10.
Tabel 10 : Tingkat Pendidikan dan Pelatihan yang Pernah Diikuti 12 Responden Kelompok Tani Karya Agung
No NAMA
JABATAN DI KELOMPOK
PENDIDIKAN PELATIHAN
YG DIIKUTI 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
10. 11.
12. Sarino
Pronowijono Mukiman
Suryadi Sutarmin
Suryanto Gino
Suseno Barusetyo
Misno Yatno
Samidi Ketua
Wakil Ketua Sekretaris
Bendahara Anggota
Anggota Anggota
Anggota Anggota
Anggota Anggota
Anggota SR
SLTP SLTP
SMA SLTP
SLTP SD
SD SLTP
SD SLTP
SD Sosialisasi kebun
- -
- -
Sosialisasi kebun -
Masalah hama -
- -
-
Sumber : Kuisioner penelitian
2 Kapasitas Anggota Kapasitas pendidikan
anggota kelompok tani Karya Agung tidak jauh berbeda dengan pengurusnya, rata-rata pendidikan anggota kelompok rendah setingkat SD dan
SLTP. Mereka mendapatkan ketrampilan dalam pemeliharaan ternak secara otodidak dari pengalaman, sedangkan dalam menjalankan usaha kebun karet didapatkan dari
pengalaman dan bimbingan petugas PPL desa dan kecamatan. Anggota kelompok tani Karya Agung berpendapat bahwa bila kelompok tani
ingin maju itu semua tergantung dari pengurus yang mengelola kelompok, sedangkan mereka hanya menurut saja apa kebijakan yang diambil dalam kelompok. Pada
dasarnya mereka menginginkan kelompok dapat kuat dan berkembang dan dapat menjadi sarana pengembangan usaha.
Partisipasi anggota rendah dalam pengelolaan kelompok, padahal keaktifan
anggota dalam kegiatan kelompok tani dapat membantu pengurus dalam menjalankan kelompok. seperti anggota dapat membantu menjalankan administrasi kelompok dan
memberikan masukan terhadap teknis pengembangan usahatani yang mereka jalankan.
58
5.5.3. Jaringan Kerjasama Anggota