36
Kebersamaan dan gotong royong antar penduduk masih terlihat di Desa Giriwinangun. Kondisi ini didasarkan atas kebutuhan bersama, contohnya pengerasan
jalan jalur menuju dusun-dusun yang ada, pembuatan jembatan dari gorong-gorong dan yang sangat membutuhkan biaya besar adalah swadaya pengadaan Tiang dan Kabel
listrik guna mencapai rumah-rumah penduduk di Dusun Tegal Ombo. Sistem jejaring sosial di desa Giriwinangun seperti sistem Bagi Duo, yaitu
sistem pengelolaan lahan perkebunan karet antara pemilik dan penggarap. Sistem ini mengatur pembagian hasil sadapan karet, biasanya pembagian hasil dilakukan per 2
minggu saat penjualan karet. Untuk usaha peternakan sapi berlaku sistem Gaduh pada pemeliharaan ternak sapi, warga masyarakat yang mampu menitipkan ternak Sapi
untuk dipelihara kepada warga lain yang dinilai kurang mampu yang ingin mendapatkan hasil dari ternak. Hasil pengembangbiakan ternak akan dibagi dua antara
pemilik dan penggaduh, bisa berupa bagi hasil keturunan ternak sapi atau bisa juga bagi hasil dari keuntungan penjualan ternak. Bila ternak dimaksudkan untuk penggemukkan
saja, maka yang diperhitungkan hasil dari keuntungan penjualan setelah diambil modal awal oleh pemilik.
4.6. Sumber Daya Lokal
Idealnya, sumberdaya Manusia Human Capital, Sumberdaya Sosial dan Kelembagaan Social and Institutional Assets, Sumber Daya Alam Natural
Resources semuanya dapat dijalankan dan saling mendukung guna pengembangan dan pengelolaan usaha tani kebun dan ternak sapi oleh Kelompok tani Karya Agung.
Sumberdaya alam berupa lahan kebun garapan merupakan potensi yang besar untuk dapat dikembangkan. Kegiatan usaha kebun karet petani didukung dengan
program peremajaan karet oleh Dinas Perkebunan yang bertujuan untuk mempertahankan tingkat produksi komoditi karet sebagai produk unggulan Kabupaten
Tebo. Saat ini kelompok tani Karya Agung baru bisa memperoleh bantuan peremajaan berupa bibit karet super untuk kebutuhan 10 hektar lahan anggota kelompok. Padahal
kebutuhan bibit karet untuk peremajaan kebun anggota mencapai 100 hektar lebih. Sumberdaya potensial selain kebun di Desa Giriwinangun adalah hewan ternak
sapi, namun dalam pengelolaannya masih bersifat tradisional dan hanya berupa tabungan. Diperuntukkan bila ada keperluan yang mendesak untuk pendidikan anggota
keluarga ataupun kebutuhan uang lainnya bagi petani. Peternakan sapi belum dikelola
37
secara profesional dan belum berorientasi produksi. Padahal dengan potensi sumberdaya manusia yang terbiasa memelihara hewan ternak maka potensi peternakan
ini dapat dikembangkan, dengan memasukkan teknologi yang tepat untuk pengelolaan peternakan maupun hasil pengolahan ternak.
Pengembangan ternak sapi didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo dengan program pengembangan populasi ternak untuk mencapai swasembada daging
2012. Pelaksanaan program dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo melalui kegiatan pemberian bantuan ternak sapi bergulir. Namun program ini
belum dapat diperoleh dan dimanfaatkan oleh kelompok tani Karya Agung.
4.7. Ikhtisar
Desa Giriwinangun terbentuk karena adanya program transmigrasi, mayoritas penduduk adalah para transmigrasi yang datang pada tahun 1979 dari Wonogiri Jawa
Tengah. Mata pencarian utama penduduk dari sektor perkebunan karet dan pemeliharaan ternak sapi. Aktivitas tersebut dijalankan 80,17 persen penduduk yang
bertempat tinggal di Desa Giriwinangun. Letak Desa Giriwinangun cukup strategis, berada di pinggir jalan utama yang
menghubungkan Ibukota Kabupaten Muara Tebo dengan Rimbo Bujang sebagai pusat perdagangan terbesar di Kabupaten Tebo. Kondisi ini tentu membawa dampak yang
cukup baik bagi pemasaran hasil kebun karet dan ternak sapi Masyarakat Desa Giriwinangun khususnya kelompok tani Karya Agung.
Jaringan pemasaran karet masyarakat melalui dua jenis pola pemasaran. Pertama yang menjual ke pasar lelang karet desa dan kedua yang menjual ke tengkulak,
biasa disebut toke. Jaringan pemasaran karet melalui Pasar lelang dikarenakan kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan hasil pendapatan, sebab harga yang
ditawarkan pasar lelang lebih bersaing dengan adanya lebih dari satu pembelipenawar. Pola jaringan pemasaran melalui toke-toke terbentuk karena hubungan yang saling
membutuhkan antara petani dan toke, dan sudah berlangsung lama sebelum pasar lelang terbentuk. Untuk pemasaran ternak sapi, masyarakat menggunakan jasa blantik
tengkulak sapi, yang kemudian menjualnya ke pasar-pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan daging di wilayah Kabupaten Tebo.
38
Bila dilihat dari lokasi, sistem pemasaran, struktur komunitas, dukungan sumberdaya maka dapat diketahui bahwa kondisi kelompok tani yang ada di desa
termasuk kelompok tani Karya Agung kurang berperan. Seharusnya kelompok tani dapat menjadi motor penggerak pengembangan aktivitas usaha kebun dan ternak di
Desa Giriwinangun. Usahatani kebun dan ternak sapi merupakan program strategis yang sedang
mendapat perhatian pemerintah daerah. Ini dibuktikan dengan kebijakan pemerintah melalui Dinas terkait melaksanakan program peremajaan karet, tujuannya untuk
meningkatkan hasil produksi karet rakyat yang merupakan produk unggulan. Pada sektor peternakan juga dilaksanakan program pengembangan populasi ternak melalui
bantuan ternak sapi, yang diberikan pada kelompok untuk mencapai tujuan kecukupan daging dan swasembada daging pada tahun 2012.
39
V. KEGIATAN DAN PERMASALAHAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG