67
ternak sapi saling bersinergis digeluti anggota kelompok tani Karya Agung untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.
Memperhatikan kondisi kelompok tani Karya Agung saat ini, sangatlah diperlukan suatu program pengembangan masyarakat yang dapat meningkatkan
pendapatan keluarga karena potensi sumberdaya alam berupa lahan perkebunan dan ternak sapi, sumberdaya manusia serta kebijakan pemerintah. Kegiatan perancangan
program pengembangan dilakukan secara partisipatif bersama-sama dengan kelompok tani Karya Agung dengan harapan agar apa yang direncanakan dapat terlaksana,
didukung dan berkelanjutan. Proses identifikasi potensi ditujukan kepada stakeholders terkait dengan upaya
penguatan kelompok tani, yaitu adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo, Dinas Perkebunan Kabupaten Tebo, perangkat Desa Giriwinangun, Petugas
Penyuluh Lapangan PPL bidang pertanian, perkebunan dan peternakan serta pengurus
dan anggota kelompok tani Karya Agung.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi seperti dibahas pada bab sebelumnya maka dirumuskan potensi, untuk dapat membantu mengatasi permasalahan-
permasalahan tersebut dengan menggunakan analisis SWOT Strengths Weaknesses Opportunities Threats. Berdasarkan hasil SWOT masalah dan potensi yang ada
nantinya akan dilakukan FGD pada pengurus dan anggota kelompok tani Karya Agung serta melibatkan aparat desa dan PPL terkait. Analisis SWOT ditempuh dengan langkah
sebagai berikut :
6.2.1. Faktor Internal 1 Kekuatan Strengths
1.1. Sumberdaya alam lahan Ketersediaan lahan garapan yang cukup luas sekitar 5 hektar per anggota
kelompok yang di dapat saat program transmigrasi pada tahun 1979 lalu, sehingga dikembangkan untuk perkebunan karet dan pemeliharaan hewan ternak sapi potong
oleh kelompok tani Karya Agung. Lahan milik para anggota kelompok tani Karya Agung juga terbukti sangat cocok untuk tanaman karet serta pemeliharaan ternak sapi
karena banyaknya rumput yang tersedia di sekitar desa serta banyaknya lahan yang dapat diefektifkan untuk penanaman rumput. Dengan kekuatan ini kelompok harus
68
dapat mengorganisasikan anggota untuk dapat meningkatkan usahatani, agar terwujud pengembangan ekonomi dan peningkatan pendapatan bagi anggota kelompok.
1.2. Modal sosial Kepercayaan diantara pengurus dan anggota kelompok yang masih kental
dikarenakan merasa berasal dari satu daerah dari kabupaten Wonogiri Jawa Tengah, dapat menjadi kekuatan untuk melakukan kegiatan bersama dalam memajukan usaha
para anggota kelompok. Jejaring yang telah dimiliki kelompok seperti jaringan pemasaran hasil kebun dan ternak yang sudah terbangun, akan lebih efektif bila
memiliki kelompok yang kuat dan terencana hingga dapat mempunyai nilai tawar yang lebih menguntungkan. Norma-norma aturan yang telah melembaga dan mengikat dalam
usaha perkebunan dan peternakan merupakan modal sosial yang dapat dikembangkan melalui kelompok dengan memanfaatkan pertalian dengan pihak luar.
1.3. Ketrampilan dan pengalaman anggota kelompok Ketrampilan para anggota kelompok tani Karya Agung yang sudah cukup lama
menggeluti usaha tani kebun karet dan ternak sapi, telah memberikan banyak pengalaman dalam usaha tersebut. Ketrampilan anggota dapat dijadikan kekuatan untuk
lebih meningkatkan mutu produksi karet agar dapat bersaing dengan hasil karet dari daerah lain sesuai dengan standar yang diinginkan pembeli. Dari saat penanaman bibit
pohon karet sampai pemeliharaan, kemudian penyadapan getah karet dan mengumpulkan hasil getah karet menjadi bentuk bantalan yang siap untuk dijual,
merupakan kegiatan mereka sehari-hari. kegiatan ini dilakukan kelompok dari pagi hari pukul 06.00 WIB sampai menjelang siang hari pukul 11.00 WIB.
Telah berpengalaman dan mempunyai ketrampilan dalam pemeliharaan ternak sapi sejak mendapatkan bantuan bibit sapi tahun 1984 sampai sekarang, kegiatan
pemeliharaan sapi dilakukan anggota kelompok setelah kegiatan kebun selesai yaitu siang hari pukul 14.00 WIB. Dari ketrampilan yang dimiliki petani, mereka dapat lebih
diarahkan pada pengembangan peternakan sapi potong yang berorientasi produksi dengan cara menguatkan kelompok tani Karya Agung. Mereka telah mengetahui ciri-
ciri birahi sapi yang siap untuk dikawinkan baik secara alami maupun dengan cara kawin suntik IB, ternak sapi dikandangkan pada tempat yang disediakan. Untuk
kebutuhan pakannya dengan cara dicari disekitar kebun, bila rumput dirasakan masih kurang akan dicarikan ke sekitar desa bahkan keluar desa dengan mengggunakan
69
sepeda motor. Bahkan ketrampilan dalam memelihara ternak sapi ini membuat ternak sapi salah seorang anggota kelompok tani Karya Agung Pak Barusetyo pernah
mendapat juara pertama sapi hasil IB terbaik se-Provinsi Jambi. Ketrampilan dan pengalaman anggota sangat menunjang bagi pengembangan usaha melalui wadah
kelompok tani.
2 Kelemahanweaknesses
2.1. Kapasitas Kelompok Kapasitas kelompok Tani Karya Agung masih kurang aktif melakukan kegiatan
yang bermanfaat bagi usaha para anggotanya. Ini tidak terlepas pada masalah kepengurusan yang kurang mempunyai kemampuan kepemimpinan, manajerial, tidak
ada pembagian kerja dan tingkat pendidikan yang rendah. Terlebih lagi pada kelompok tani Karya Agung tidak adanya reorganisasi pengurus, sehinga berakibat kejemuan dan
tidak ada terobosan baru untuk memajukan kelompok. Kelompok terkesan aktif bila ada program bantuan yang datang pada kelompok. Para anggota kurang berpartisipasi
dan berpendapat mereka sebagai anggota kelompok hanya menurut saja pada pengurus dan menganggap tanggungjawab kemajuan kelompok ada ditangan pengurus, selain itu
mereka sudah merasa senang dan puas dengan rutinitas kegiatan masing-masing dengan keadaan usaha yang tidak maksimal walau para anggota menyadari kalau kelompok
yang kuat dapat membantu memajukan usaha kebun dan ternaknya. Bila kondisi kelompok kuat dan dapat mengorganisasikan anggota melalui kegiatan bersama yang
menunjang usaha mereka maka akan lebih meningkatkan pendapatan. Manajemen usaha tani yang kurang jelas, kelompok tidak memfasilitasi meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan anggota, kurang merencanakan pola usaha yang menguntungkan, kurang dapat menganalisis potensi dan peluang yang ada disekitarnya.
2.2. Kurangnya pengetahuan anggota Tingkat pendidikan yang relatif rendah dan kurangnya bimbingan membuat
pengetahuan mereka akan cara pengelolaan kebun dan ternak yang baik hanya berdasarkan pengalaman yang pernah dialami. Sedangkan penyelesaian masalah seperti
penyakit sapi lumpuh, sapi tidak nafsu makan sehingga menyebabkan kurus, dan jamur upas pada pohon karet lebih banyak mencoba-coba berdasarkan pengalaman hingga
kurang terencana dengan baik.
70
Akibat kurangnya pengetahuan juga membuat hasil produksi karet mengalami penurunan mutu, karena pada saat penyadapan terkadang kulit kayu pohon tercampur
masuk ke dalam karet yang dihasilkan sehingga mutu karet menjadi rendah dan menyebabkan penurunan harga karet ketika petani menjual kepada pembeli.
2.3. Lemahnya kemampuan membangun kerjasama Saat ini kelompok tidak berperan untuk membangun kerjasama dengan pihak-
pihak luar yang dapat membawa perubahan yang lebih baik seperti akses permodalan, pupuk, bibit dan lainnya. Kerjasama diantara para anggota juga sudah tidak tampak lagi
mereka sibuk dengan urusan masing-masing dan menyelesaikan masalah usaha kebun dan ternak secara individu. Tidak ada lagi kegiatan bersama untuk memecahkan
masalah yang dihadapi anggota dalam lingkup usaha kebun dan ternak, pertemuan rutin terjadwal juga tidak tampak hanya komunikasi ringan setelah pengajian malam
jum’atan. 2.4. Manajemen kelompok Tani
Manajemen kelompok yang lemah ini tergambar pada tidak ada pertemuan rutin kelompok, administrasi kelompok berupa catatan pengembangan usaha anggota baik
kebun dan pemeliharaan ternak tidak ada, tidak adanya perencanaan pola usaha yang menguntungkan, kerjasama yang rendah dan belum mampu menganalisis potensi dan
peluang yang ada. Pengurus kurang memiliki kemampuan mengorganisasi anggotanya sehingga kelompok tidak mengalami kemajuan.
2.5. Kurangnya bimbingan dan pendampingan Saat awal transmigrasi dulu kelompok berperan cukup baik karena terus adanya
bimbingan dan pendampingan dari Petugas Penyuluh Lapangan, saat ini PPL datang pada waktu-waktu tertentu saja tidak secara rutin, akibatnya kurang komunikasi yang
baik tentang permasalahan yang dialami kelompok tani. Peran pendampingan yang seharusnya dilakukan PPL dirasakan sangat lemah, sehingga kelompok tidak dapat
menyerap informasi maupun teknologi baru dalam peningkatan usaha kebun maupun ternak sapi. Anggota kelompok dalam menjalankan usaha hanya berdasarkan
pengalaman dan kebiasaan yang ada tanpa pembinaan. Kurangnya bimbingan dapat dilihat dari cara mereka dalam pengelolaan kebun
yang kurang mempertahankan kualitas hasil produksi dan tidak berusaha untuk
71
meningkatkan produksi karet. khusus pada pemeliharaan sapi mereka menganggap sapi hanya sebagai simpanan atau tabungan, bila sewaktu-waktu memerlukan uang bisa
langsung dijual tanpa melihat bahwa ternak sapi merupakan peluang peningkatan penghasilan yang menjanjikan. Petani tidak melakukan penanaman rumput untuk
memecahkan masalah kesulitan pakan rumput bagi ternak sapi mereka. 2.6. Akses pemasaran Karet dan ternak sapi
Akses pemasaran karet sebagai komoditi kelompok tani Karya Agung telah tersedianya pasar lelang Karet Desa Giriwinangun yang dikelola oleh KUD Sumber
Jaya. Namun belum banyak dimanfaatkan oleh anggota kelompok tani, masih ada anggota yang menjual hasil usahatani kepada tengkulak. Dikarenakan ada ikatan yang
sulit dilepas antara petani dan tengkulak, petani telah terjebak oleh permainan tengkulak sehingga menyebabkan ketergantungan yang membawa kerugian dan
penurunan pendapatan. Seperti bila petani membutuhkan uang mereka akan datang kepada tengkulak, hutang diangsur dengan penjualan karet petani yang harganya
ditetapkan tengkulak dibawah harga yang berlaku di pasar lelang karet. Akibatnya karet petani dibeli murah dengan standar harga yang kurang jelas, hasil pendapatan penjualan
karet menjadi sedikit yang menimbulkan kerugian pada petani. Kelemahan ini tidak disadari oleh anggota kelompok tani hingga mereka terus berhubungan dengan
tengkulak. Sebagian anggota kelompok tani telah terjerumus dengan lingkaran permainan yang dijalankan tengkulak hingga sulit bagi mereka untuk lepas.
Untuk pemasaran ternak sapi kelompok tani juga melakukan pemasaran pada tengkulak sapi Blantik, dengan harga penjualan sapi jauh lebih rendah bila langsung
menjual ke pasar atau kepada konsumen. Akibatnya petani menderita kerugian dari proses pemasaran yang mereka jalankan.
Kelompok hendaknya bukan sekedar sebagai wadah sosial tetapi kelompok dapat dijadikan wadah untuk meningkatkan pendapatan dengan mengorganisasikan
anggota melakukan penjualan secara bersama ke pasar lelang karet desa dalam penjualan karet, agar mendatangkan keuntungan bagi anggota. Sedangkan untuk
penjualan ternak sapi kelompok dapat menjalin kerjasama dengan KUD Sumber Jaya agar melakukan pengembangan usaha dengan menampung penjualan ternak sapi atau
mengadakan pasar lelang ternak. Untuk keperluan uang, agar tidak terjebak lagi dengan tengkulak kelompok dapat membentuk kelembagaan simpan pinjam menjadi sub
bagian pengembangan kesejahteraan di dalam wadah kelompok tani.
72
6.2.2. Faktor Eksternal 1 Peluang opportunities