14
pengolahan hasil. Walaupun aspek distribusi dan pengolahan hasil biasanya dilakukan oleh pihak lain, namun untuk memperkuat posisi tawar petani di dalam
mengembangkan kemandiriannya maka kedua aspek tersebut selayaknya dikelola melalui kelompok.
Interaksi kelompok tani tidak terlepas dari komunikasi yang terbangun dari kelompok itu dan seharusnya kelompok dijadikan wadah untuk memecahkan masalah
yang dirasakan para anggotanya. komunikasi kelompok harus berfungsi dalam situasi- situasi pemecahan masalah dan pengambilan keputusan untuk dapat merumuskan atau
mengungkapkan suatu penilaian. Salah satu model dalam upaya pemberdayaan kelompok perlu dilakukan
melalui tiga hal yaitu: pertama rekayasa sosial dengan penguatan kelembagaan tani,
kelembagaan penyuluh dan pengembangan sumberdaya manusia; kedua rekayasa
ekonomi dengan pengembangan akses permodalan, sarana produksi dan pasar; dan ketiga rekayasa teknologi melalui kesepakatan gabungan antara teknologi anjuran dan
kebiasaan petani.
2.5. Analisis SWOT Strength, Weaknesses, Opportunities, and Threats
Subroto 2001 menjelaskan bahwa SWOT adalah sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategi-
strategi dan
kebijakan-kebijakan untuk
pengelolaan pegawai
administrasi administrator. Berdasarkan pengertian tersebut, SWOT dalam konteks pengembangan
masyarakat merupakan sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan untuk melakukan
pengembangan masyarakat. Analisis SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi Kekuatan dan kelemahan
yang berasal dari faktor internal kelembagaan kelompok petani peternak, serta mengindentifikasi kesempatan dan ancaman yang berasal dari faktor eksternal yaitu
dari pihak luar. Lebih lanjut menurut Subroto 2001 berdasarkan analisis SWOT tersebut cara-
cara serta tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan harus mendukung dan mempunyai prinsip berikut ini, kembangkan kekuatan, minimalkan kelemahan, tangkap
kesempatan dan peluang, dan hilangkan ancaman.
15
Menurut Rangkuti 2002 analisis SWOT, adalah proses identifikasi berbagai aktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengambilan keputusan. Dalam
analisis SWOT ini dilakukan dengan wawancara kepada petani dan aparat pertanian serta orang yang dianggap mengetahui penelitian, untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang selanjutnya dilakukan diskusi untuk merumuskan strategi pengembangan. Analisis SWOT yang digunakan meliputi faktor internal strenghts
kekuatan dan weaknesses kelemahan serta faktor eksternal opportunities peluang dan threats ancaman yang dihadapi daerah yang bersangkutan.
2.6. Indikator Kemandirian Kelompok
Indikator keberhasilan perlu digunakan, menurut syaukat dan sutara 2007 indikator keberhasilan adalah dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan
sesudah dilaksanakannya upaya pembangunan. Bila terdapat perbaikan yang cukup berarti dalam indikator-indikator tersebut maka dapat dikatakan bahwa telah terdapat
hasil yang positif. Dalam proses pemberdayaan dan pengembangan masyarakat juga memerlukan indikator keberhasilan.
Menurut Suharto 2006 untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional, perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat
menunjukkan seseorangkelompok itu berdaya atau tidak. Hingga segenap upaya dapat dikosentrasikan pada aspek apa saja dari sasaran perubahan.
Sumodiningrat 1999
juga mengemukakan
indikator meningkatnya
kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem
administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi sosial dengan kelompok lain. Keberhasilan kelompok dalam melaksanakan usahanya dapat disebabkan adanya
kesadaran atas permasalahan yang dihadapi kelompok, adanya pengetahuan tentang potensi dan kelemahan yang dimiliki kelompok dan adanya kemampuan untuk
menentukan pilihan terhadap alternatif usaha yang ada. Peningkatan pendapatan dan penghasilan kelompok tani tidak terlepas dari
faktor pengaruh kekuatan yang dimiliki kelompok. Bila kelompok dalam kondisi yang kuat maka akan berdampak pada peningkatan produktifitas anggota. Menurut Bappenas
2004 indikator yang bisa digunakan untuk mengukur suatu kelompok berhasil yaitu :
16
a. Dalam meningkatkan ketrampilan yaitu orientasi kegiatan berdasarkan kebutuhan dan mengadakan pertemuan rutin yang berkelanjutan untuk mendiskusikan
pengetahuan dan ketrampilan, serta pengalaman dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan teknologi, budidaya, penyediaan sarana produksi,
pemasaran, dan analisis usaha. mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ADART, administrasi, dan kerjasama yang baik secara berkelompok.
b. Pengembangan sebagai unit produksi yaitu merencanakan dan menentukan pola usaha yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang
teknologi, sosial, pemasaran, sarana produksi, dan sumberdaya alam. Menyusun rencana usaha seperti: Rencana Definitif Kelompok RDK, dan Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok RDKK, termasuk rencana permodalan, gerakan bersama.
c. Melaksanakan kegiatan untuk kepentingan bersama seperti menerapkan teknologi tepat guna yang telah disepakati, pengadaan sarana produksi, pemasaran,
pemberantasan hama penyakit, pelestarian sumberdaya alam, dan lain sebagainya. d. Sebagai Wahana Kerjasama yaitu mengadakan pembagian tugas, baik pengurus
maupun anggota kelompok, sehingga seluruh anggota kelompok bisa berperan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompoknya. Dan menjalankan
administrasi kelompok secara tertib, meliputi catatan anggota kelompok, inventarisasi kekayaan kelompok, hasil-hasil pertemuan, keuangan, surat-menyurat,
buku tamu.
e. Sebagai kelompok usaha yaitu menganalisis potensi pasar dan peluang untuk mengembangkan komoditas dan meningkatkan kelompok menjadi kelompok usaha
bersama agribisnis KUBA. Berdasarkan praktek lapangan pemetaan sosial dan evaluasi program, kondisi
kelompok tani Karya Agung ialah juga berorientasi pada kebutuhan, namun belum ada pertemuan rutin. Dalam menghadapi masalah, anggota menyelesaikan secara individu.
Belum pada tahapan merencanakan dan menentukan pola usaha yang menguntungkan, kurang terjalin kerjasama dalam menerapkan teknologi tepat guna untuk memanfaatkan
sumberdaya dan pemasaran serta tidak tampak pembagian tugas antara pengurus dan anggotanya.
2.7. Manajemen Kelompok