31
4.3. Perekonomian
Perekonomian masyarakat Desa Giriwinangun sebagian besar memiliki mata pencaharian pokok pada bidang perkebunan karet dan beternak sapi. Dengan
memanfaatkan sumberdaya alam yang ada Perkebunan dan Peternakan berjalan seiring, selain lebih berpihak pada alam juga mendatangkan hasil yang baik untuk
meningkatkan perekonomian penduduk. Lahan perkebunan karet di dapat saat pengalokasian transmigrasi pada tahun 1979 saat itu tiap masing-masing KK
mendapatkan lahan 5 hektar kemudian dikelola dijadikan kebun karet. Sedangkan ternak sapi pada mulanya juga berasal dari bantuan pemeliharaan gaduh dari
pemerintah pada tahun 1984. Sebagian kecil mempunyai usaha peningkatan ekonomi keluarga seperti usaha
kecil keripik tempe, usaha pembuatan tahu, cincau dan pembuatan emping Melinjo. Hasil produksi usaha kecil ini kebanyakan dipasarkan disekitar desa dan sekitar
Kabupaten. Pada Tabel 6 ditampilkan jumlah penduduk Desa Giriwinangun berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 6 : Penduduk Desa Giriwinangun Menurut Jenis Mata Pencaharian No.
Mata Pencaharian Jumlah
Persentase
1. PerkebunanPeternakan
1472 80,17
2. Industri kecil Kerajinan
51 2,77
3. Buruh Kebun
136 7,40
4. PNSTNIPOLRI
56 3,05
5. Jasa Perdagangan
35 1,90
6. Jasa Angkutan
15 0,81
7. Tukang batu dan kayu
52 2,83
8. Petaniperikanan
19 1,03
Jumlah 1.836
100
Sumber : Data Dasar Profil Desa 2005.
Tabel 6 mengambarkan bahwa mata pencaharian penduduk tergantung kepada sektor Perkebunan dan Peternakan sebesar 1472 orang atau 80,17 persen, sedangkan
sisanya 19,83 persen mempunyai sumber penghasilan beragam seperti industri kecil, buruh kebun, PNSTNIPolri, perdagangan, angkutan, tukang dan petaniperikanan.
32
Peliharaan ternak Sapi bagi penduduk Desa Giriwinangun khususnya kelompok tani Karya Agung, masih dengan cara tradisional belum menggunakan teknologi seperti
peningkatan mutu jumlah, ini terlihat dari kurangnya ketersediaan hijauan pakan ternak terlebih bila musin kemarau, hingga tidak mencukupi dibanding populasi ternak yang
ada. Pemasaran hasil ternak sapi dilakukan oleh penduduk langsung ke konsumen dan tengkulak blantik yang datang membeli ternak sapi penduduk, mengenai harga dilihat
dari besar bobot badan ternak yang akan diperjualbelikan dan harga pasaran yang berlaku di Kabupaten Tebo. Biasanya masyarakat menjual ternak sapinya pada saat sapi
telah besar, gemuk dan siap untuk dijual hingga dapat mendatangkan keuntungan. Pemasaran hasil karet masyarakat menggunakan dua cara yaitu dipasarkan
melalui Tengkulak pengumpul toke yang mendatangi petani pekebun, dan melalui Pasar lelang Karet desa yang dikelola oleh KUD Sumber Jaya. Harga Kadar Karet
Kering K3 yang berlaku di Pasar lelang Karet jauh lebih tinggi di banding pada tengkulak, dan terjadi persaingan harga yang sehat dengan adanya lebih dari satu
penawarpembeli. Proses pelelangan karet di pasar lelang karet desa dilakukan per 2 minggu setiap hari selasa, hingga tiap waktu lelang yang ditentukan masyarakat sekitar
Desa Giriwinangun yang hendak menjual karetnya akan membawa ke pasar lelang kemudian akan diadakan proses lelang karet oleh 5 orang penawarpembeli terhadap
karet masyarakat. Tiap pelelangan, harga yang berlaku di pasar lelang mengikuti sesuai yang berlaku menurut GAPKINDO Gabungan Pengusaha Karet Indonesia dan
kualitas karet masyarakat itu sendiri. Kadar karet kering masyarakat Desa Giriwinangun berkisar antara 80 persen sd 90 persen.
Dari hasil wawancara dan pengamatan, sebagian masyarakat termasuk sebagian anggota kelompok tani Karya Agung masih melakukan penjualan karet pada tengkulak
toke, walau harga Kadar Karet Kering K3 yang ditetapkan tengkulak lebih rendah dari harga K3 Pasar lelang Karet desa, ini disebabkan petani pernah merasa dibantu dan
tertolong saat mereka membutuhkan uang. Seperti yang dituturkan Ytn salah seorang anggota kelompok tani Karya Agung.
Kita sudah lama berhubungan dengan toke, saat kita butuh uang ya toke itu yang menolong meminjamkan uang, tidak perlu syarat-syarat dan permohonan,
uang langsung dikasih. Pembayaran hutang dicicil dari penjualan karet kita. Jadi untuk pindah menjual ke pasar lelang kita merasa tidak enak, kalau harga
memang lebih tinggi pasar lelang tapi kan harus nunggu sore baru pembayaran. Lagi pula kita ingin terus membina hubungan baik agar bila memerlukan uang
sewaktu-waktu dapat meminjam kembali pada toke.
33
Fasilitas perekonomian lain seperti los pasar desa juga terdapat di Desa Giriwinangun, dibuka setiap hari namun hari yang ramai dikunjungi pembeli dan yang
berdagang pada setiap hari minggu hari Pasar. Pada umumnya penduduk memanfaatkan pasar desa yang ada untuk memenuhi kebutuhannya seperti sembako
dan sayur mayur, bila tidak terdapat apa yang mereka butuhkan di desa baru mereka belanja ke Pasar besar di unit 2 Rimbo Bujang atau di Pasar Kabupaten yang berjarak
31 km.
4.4. Struktur Komunitas