61
meningkatkan kapasitas individu yaitu meningkatkan pengetahuan dan wawasan berpikir para anggota, meningkatkan kapasitas kelembagaan, yaitu membangun
kelembagaan kelompok tani mengenai pembenahan fungsi kepengurusan, menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kegotongroyongan, serta membangun norma-norma atau
aturan-aturan dalam usaha mereka. Karena dalam kegiatan kelompok tani di samping dituntut bekerja ekonomis produktif juga dituntut suatu kemampuan manajerial dalam
mengelola usaha yang sedang dijalankan. Dalam kaitan ini dapat berupa menggali dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di lingkungan untuk keberhasilan
kelompok. Selain itu juga diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap-sikap berorganisasi dan pengendalian emosi yang semakin baik serta dapat menumbuhkan
rasa kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, kepedulian dan kesetiakawanan, baik diantara anggota kelompok maupun kepada masyarakat secara luas. Salah seorang
Responden Bapak Brs mengatakan. Harapan Kami agar kelompok tani dapat berkembang dan aktif kembali, bila
kelompok kuat dapat dijadikan wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota dalam berkebun dan beternak sapi. Masalah-masalah yang
kami rasakan selama ini dapat dicarikan penyelesaiannya melalui kelompok. Kelompok juga dapat dijadikan alat untuk berhubungan dengan pemerintah.
Pada dasarnya yang diharapkan kelompok tani Karya Agung yaitu meningkatkan produktifitas hasil ternak sapi dan perkebunan karet mereka sehingga dapat
meningkatkan pendapatan keluarga.
5.8. Ikhtisar
Pengembangan usaha kebun karet dan ternak sapi pada kelompok tani Karya Agung dapat terwujud melalui penguatan kelompok tani. Pengembangan ini juga
sejalan dengan program yang sedang dijalankan Pemerintah Daerah, peremajaan karet dengan Bantuan bibit unggul dan bantuan modal pengolahan lahan. Sedangkan
pengembangan populasi ternak dilaksanakan pemerintah melalui pengembangan populasi ternak dengan kegiatan bantuan ternak sapi bergulir yang diberikan pada
kelompok tani yang ada di Kabupaten Tebo. Walaupun masih banyak kelemahan dalam kegiatan program pemerintah, namun ada peluang yang ditawarkan program berupa
pengembangan usaha. Kelompok dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan program untuk membantu mengembangkan usahatani anggota.
62
Dalam menjalankan usaha kebun karet dan ternak sapi petani dihadapkan pada beberapa masalah, seperti masalah kualitas sumberdaya manusia, kurangnya
kemampuan manajemen dan usaha anggota kelompok, dan jaringan kerjasama antara anggota. Semua permasalahan ini disebabkan kondisi kelompok yang lemah, tidak
dapat menjadi wadah bagi pemecahan masalah anggotanya. Masalah kualitas sumberdaya manusia dibedakan menjadi kapasitas
sumberdaya pengurus dan kapasitas sumberdaya anggota. Kapasitas pengurus dihadapkan pada masalah kapasitas kepemimpinan pengurus ditandai dengan lemahnya
pengorganisasian kelompok untuk mengembangkan usahatani anggota, kegiatan pembagian kerja antara anggota dan pengurus sudah tidak berjalan, kemampuan
manajemen rendah hingga tidak mampu merencanakan pengembangan usaha, tingkat pendidikan pengurus rendah dan tidak pernah mengikuti pelatihan usaha maupun
pelatihan penguatan kelompok. Kelemahan kapasitas anggota yaitu pendidikan rendah dan partisipasi anggota dalam pengelolaan kelompok rendah. Masalah manajemen dan
usaha anggota yang dirasakan seperti kurangnya kemampuan manajemen, kondisi karet tua butuh peremajaan, penyakit jamur, susahnya mendapatkan pupuk. Permasalahan
dalam usaha ternak sulitnya mencukupi pakan rumput untuk ternak, pengembangan ternak dan keamanan ternak dari pencurian. Berdasarkan hasil wawancara, observasi
dan disepakati melalui forum FGD, maka dua masalah tersebut menjadi masalah prioritas untuk segera dicarikan jalan penyelesaiannya. Untuk mewujudkan harapan
anggota agar kelompok dapat menjadi sarana peningkatan pendapatan keluarga petani, dalam upaya peningkatan produksi karet dan ternak sapi mereka.
63
VI. POTENSI PENGEMBANGAN USAHA
6.1. Analisis Keuntungan Usaha 6.1.1. Analisis Keuntungan Usaha Ternak Sapi
Keuntungan usaha pemeliharaan ternak merupakan selisih antara total penerimaan dari hasil penjualan produk ternak sapi dikurangi total biaya untuk
memproduksi ternak sapi. Keuntungan dalam hal ini dilihat secara finansial yaitu biaya- biaya untuk menghasilkan ternak sapi siap jual. Menurut Soeprapto dan Abidin 2006
terdiri dari biaya investasi, biaya variabel dan biaya tetap. Biaya investasi yaitu biaya pembuatan kandang ternak sapi dan biaya untuk
membeli peralatan yang diperlukan. Biaya variabel yaitu biaya untuk membeli pedet sapi bakalan, biaya yang dikeluarkan untuk pakan ternak sapi yang terdiri dari pakan
hijauan dan konsentrat serta biaya kebutuhan obat-obatan yang dibutuhkan. Sedangkan biaya tetap yaitu biaya yang mesti harus dikeluarkan antara lain biaya upah tenaga
kerja, penyusutan kandang dan penyusutan peralatan yang dipergunakan. Untuk menggambarkan keuntungan usaha ternak sapi potong harus
memperhitungkan modal usaha ternak sapi dan penerimaan yang dapat diperhitungkan dalam usaha ternak sapi potong, Analisis ini mengambil rata-rata kasus pemeliharaan
ternak sapi oleh 12 responden anggota kelompok Karya Agung.
Modal usaha ternak
Sapi bakalan dibeli dan dipelihara sebanyak 3 ekor masing-masing sapi berat rata-rata 100 kg dengan harga Rp. 35.000kg berat badan sapi hidup. Kandang yang dibutuhkan
12 m
2
biaya pembuatan kandang Rp. 130.000,-m2. Pemeliharaan ternak sapi selama 5 bulan dengan penambahan berat badan 0,7 Kgekorhari. Pakan yang dibutuhkan untuk
3 ekor sapi selama 5 bulan pemeliharaan adalah pakan hijauan 10 dari berat badan sapihari 4.500 Kg dengan harga Rp. 350kg, konsentrat 225 Kg dengan harga Rp.
1.500kg. Serta Ampas tahu 450 kg dengan harga Rp. 800kg. Obat-obatan seharga Rp. 50.000ekor5 bulan. Tenaga kerja yang dibutuhkan 1 orang dengan gaji Rp.
750.000bulan. Dibutuhkan peralatan sapu, sikat, selang air, cangkul, sekop, tambang pengikat dan lainnya seharga Rp. 400.000 masa pakai selama 20 bulan 4 periode.
Selama periode pembesaran dari 3 ekor sapi juga akan dihasilkan kotoran ternak sebanyak 3 ton, dengan asumsi tiap ternak menghasilkan sekitar 6,6 kg kotoranhari.