72
6.2.2. Faktor Eksternal 1 Peluang opportunities
1.1. Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah melalui instansi terkait yaitu Dinas Peternakan dan
Perikanan dengan program bantuan ternak sapi bergulir untuk meningkatkan populasi ternak sapi sampai dengan 2012 serta program bantuan bibit rumput sebagai hijauan
pakan utama ternak sapi, juga mendukung dan menfasilitasi dengan siap membimbing usaha kelompok tani. Dinas Perkebunan dengan program bantuan peremajaan karet
berupa bantuan bibit karet dari jenis unggulan untuk para petani yang disalurkan melalui kelompok tani dengan mengajukan proposal bantuan bibit. Kebijakan
pemerintah telah berupaya untuk membantu program pastisipatif para petani yang tergabung dalam kelompok tani.
1.2. Bimbingan PPL Dengan adanya program pengembangan dari pemerintah khususnya instansi
terkait melalui program peremajaan karet dan ternak bergulir, membuat PPL siap melakukan bimbingan untuk membantu dalam penguatan kelompok tani melalui usaha-
usaha perkebunan rakyat dan ternak sapi rakyat. Peluang bimbingan PPL dapat ditangkap oleh kelompok tani guna mengetahui cara penguatan kelompok, peningkatan
mutu karet dan peningkatan produksi. Dalam proses bimbingan ini juga dapat menyerap pengetahuan tentang cara tepat memanfaatkan kekuatan dan peluang yang
ada untuk meningkatkan populasi ternak sapi. 1.3. Bantuan kredit lunak dari bank
Untuk program peremajaan dan pengembangan ternak sapi dapat diberikan bantuan kredit lunak seperti KUPEM Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat
dengan bunga ringan hanya 6 pertahun yang sengaja dikucurkan Pemerintah Daerah yang disalurkan melalui Bank Pembangunan Daerah untuk membantu usaha anggota
kelompok tani yang ada di wilayah Provinsi Jambi. Namun kelompok masih enggan untuk menangkap peluang yang digulirkan Pemerintah Daerah ini, disebabkan mereka
takut menanggung resiko hutang.
73
1.4. Permintaan Pasar Terhadap Karet dan ternak sapi Akses pemasaran karet sebagai komoditi kelompok tani Karya Agung relatif
gampang dipasarkan dan tersedianya pasar lelang Karet Desa Giriwinangun yang dikelola oleh KUD Sumber Jaya yang selalu menyediakan akses pemasaran karet.
Permintaan bahan baku karet juga terus meningkat dari tahun ke tahun ditandai dengan hasil karet kelompok tani Karya Agung pasti habis terjual setiap mereka mau menjual
hasil kebun karetnya. Kurangnya produksi daging Nasional khususnya Provinsi Jambi yang
mendatangkan kebutuhan daging sapi berupa ternak sapi hidup dari Provinsi Lampung merupakan peluang pasar yang dapat dijadikan motivasi untuk lebih meningkatkan
produksi daging dari ternak sapi untuk mencukupi kebutuhan di wilayah Provinsi Jambi, terlebih kebutuhan akan daging sapi pada tingkat lokal terus meningkat dan
tidak dapat dipenuhi oleh pasar lokal. 1.5. Pendidikan dan pelatihan
Melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan pemerintah daerah untuk menguatkan kapasitas kelompok, anggota dan pengurus kelompok dapat dibuka
wawasannya untuk menyadari bahwa kebun karet yang mereka miliki masih dapat dioptimalkan dengan penanaman rumput gajah. Ini merupakan peluang untuk
menjalankan usaha kebun dan ternak seiring sejalan dan saling menguntungkan, karena ternak sapi menghasilkan kotoran yang dapat dijadikan pupuk bagi kebun karet.
2 Ancaman Threats
2.1. Mahalnya harga pupuk Mahalnya harga pupuk merupakan ancaman bagi peningkatan produksi karet
petani sebab harga pupuk non subsidi tidak terjangkau oleh petani dan akan berakibat mahalnya ongkos produksi. Pemupukan sangat dibutuhkan tanaman karet terlebih pada
masa trek rontok daun pada bulan Juli sampai dengan Agustus setiap tahunnya. Akibatnya anggota kelompok tani Karya Agung mengurangi pemupukan pada pohon
karet hingga berakibat menurunnya hasil getah karet yang di produksi kebun-kebun petani, sedangkan pupuk urea bersubsidi susah didapat butuh waktu yang cukup lama
untuk sampai ke petani yang ada di Desa Giriwinangun. Untuk mendapatkan pupuk
74
bersubsidi petani melalui kelompok taninya harus mengajukan permohonan jauh hari sebelum pupuk dibutuhkan, itupun tidak selalu berhasil seperti keadaan yang dialami
kelompok tani Karya Agung walau sudah berulang kali mengajukan permintaan pupuk ke penyalur resmi namun tidak kunjung didapat karena ketiadaan stok pupuk urea
bersubsidi di penyalur. 2.2. Merosotnya harga karet akibat dampak krisis global
Pada saat ini ekonomi dunia sedang mengalami krisis yang berakibat menurunnya permintaan produksi karet berimbas pada permintaan bahan baku karet
turut menurun menyebabkan harga karet di pasaran juga turun drastis. Dampaknya sangat dirasakan oleh petani di Desa Giriwinangun termasuk anggota kelompok tani
Karya Agung sebagai penghasil karet, harga karet yang biasanya berkisar pada harga Rp. 12.500 rupiah per kilogram pada September 2008 menjadi sekitar Rp. 5.000 rupiah
per kilogram pada periode Oktober – November 2008. hingga menjadi ancaman bagi usaha kelompok tani Karya Agung. Namun kelompok tani harus mensiasati ancaman
turunnya harga karet dengan meningkatkan usaha ternak sapi mereka, karena harga daging sapi relatif stabil. Petani harus menyingkirkan ancaman harga karet yang turun
dengan menjadikan ternak sapi sebagai peluang untuk lebih meningkatkan dan pengembangkan usaha ternak sapi hingga pada akhirnya nanti usaha kebun dan ternak
sapi dapat saling mengisi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok tani Karya Agung.
2.3. Serangan penyakit terhadap ternak sapi dan kebun karet Seringnya penyakit yang menyerang ternak sapi pada perubahan cuaca
menyebabkan menurunnya bobot badan ternak hingga akan menghambat proses penggemukan sapi akibatnya akan memperpanjang proses penggemukan dan berakibat
menurunnya keuntungan apalagi bila tidak cepat ditangani ternak akan mati dan akan menimbulkan kerugian. Penyakit yang menyerang ternak sapi juga dikarenakan petani
kurang memiliki pengetahuan dan hanya berdasarkan pada pengalaman, tradisi kebiasaan yang mereka lakukan dalam memelihara ternak dari pengetahuan turun
temurun, sehingga bila mengalami masalah penyakit yang belum atau jarang ditemukan sebelumnya mereka kurang mengetahui dan mengerti bagaimana melakukan
pengobatan atau pencegahan penyakit tersebut.
75
Serangan penyakit jamur upas pada pohon karet menyebabkan pohon karet mati layu dan tidak mengeluarkan getah, sedangkan cara pencegahan dan penanggulangan
penyakit belum diketahui petani secara pasti. Akibatnya penyakit jamur upas atau jamur akar putih sering menyerang pohon karet petani, parahnya lagi penyebaran dan
penularan penyakit ini begitu cepat hingga bila pohon terserang penyakit jamur maka seringkali satu jalur pohon yang berjejer akan tertular jamur hingga bila petani kurang
jeli dan cepat memutus penularan akan berakibat pohon karet satu jalur mati. Dapat berakibat menurunnya produksi karet setiap penyadapan yang berdampak menurunnya
pendapatan petani. Cara penanggulangan yang ditempuh anggota kelompok tani selama ini baru sebatas memutus penularan jamur dengan menebang pohon dan mencabut
sampai ke akar pohon yang terkena jamur berikut pohon disebelahnya yang belum tertular karena dikuatirkan akan merambat ke pohon karet lainnya.
Berdasarkan uraian Identifikasi potensi faktor Internal kekuatan dan kelemahan dan faktor Eksternal Peluang dan ancaman diatas, maka berikut ini
disajikan Matriks analisis SWOT penguatan kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun tahun 2008 pada Tabel 14.
76
77
6.3. Ikhtisar