II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tata Niaga Labi-labi
Negara-negara di Asia Tenggara menjadi eksportir utama dari satwa-satwa hasil tangkapan dari alam Traffic 2008; Nijman 2010; Nijman et al. 2012
termasuk kura-kura yang diperdagangkan di negara Cina sekarang ini berasal dari negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara dimana penduduknya
beranggapan bahwa kura-kura lebih menguntungkan bila dijual daripada untuk konsumsi sendiri Dijk et al. 2000 dalam Stuart Thorbjarnarson 2003.
Perdagangan kura-kura di Asia terdiri dari perdagangan untuk konsumsi dan pet, dan untuk konsumsi dibedakan menjadi perdagangan kura-kura hasil penangkaran
komersil dan kura-kura hasil tangkapan dari alam. Eksploitasi besar-besaran terhadap kura-kura dari habitat alaminya terjadi tidak hanya di negara-negara
berkembang tetapi juga di negara-negara maju Traffic 1999. Data ekspor-impor
hidupan liar dari wilayah Asia Tenggara selama tahun 1999 – 2007 menunjukkan sebanyak 85.9 dari total jumlah individu yang diekspor ditangkap dari habitat
alaminya Nijman 2010. Indonesia merupakan eksportir terbesar untuk kelompok reptil dengan jumlah ekspor mencapai angka 62 dari total 14 juta individu,
sementara negara pengimpornya berturut-turut adalah Singapura, Uni Eropa dan Jepang. Sheperd 2000 dalam Nijman 2010 melaporkan ekspor tahunan labi-labi
dari Indonesia ke negara Cina mencapai angka 1 juta kilogram atau diperkirakan setara dengan 200 000–300 000 ekor. Sheperd Nijman 2007 menyebutkan
perdagangan kelompok penyu dan kura-kura dalam jumlah besar yang terlihat di pasar-pasar domestik dapat digunakan sebagai indikator yang cocok untuk
mengevaluasi pengelolaan dan pengendalian pemanenan hidupan liar dan perdagangannya di Indonesia.
2.1.1 Pelaku
Perdagangan reptil menyangkut jutaan spesimen per tahun serta menjadi sumber pendapatan bagi banyak orang dan faktor ekonomi merupakan motivasi
utama dari perdagangan komoditi ini Webb Vardon 1998; Nijman 2010. Perdagangan satwaliar terjadi di tingkat pendapatan lokal berskala kecil hingga
8 bisnis besar berorientasi profit dan mencakup pasar lokal, nasional bahkan
internasional. Para pengumpul satwaliar dihubungkan dengan para penggunapembeli oleh jaringan perantara dengan jumlah dan fungsi yang
bervariasi di setiap lokasi. Para perantara ini bisa bergerak di berbagai bidang mulai dari penyimpanan, penanganan, pengangkutan, pengolahan, produksi
industrial, pemasaran maupun usaha ekspor dan ritel Nijman 2010. Para pelaku dalam tata niaga labi-labi secara umum terdiri dari penangkap, perantara
pengumpul atau pedagang kecil, pedagang besar dan eksportir Mardiastuti 2008; Traffic 2008; Nijman et al. 2012.
2.1.2 Alur Perdagangan
Perdagangan kura-kura di Indonesia dan Indochina digambarkan oleh Traffic 2008 memiliki kesamaan alur maupun pelaku-pelakunya, tetapi di
Indonesia berlangsung lebih dinamis. Dinamika ini ditunjukkan melalui hubungan antar-pelaku yang berlangsung lebih fleksibel, dimana para penangkap bisa
langsung mengakses para eksportir tanpa melalui para pengumpul maupun pedagang, sementara di Indochina yang bisa berhubungan dengan para eksportir
hanyalah para pedagang besar tingkat regional atau dengan kata lain hubungan antara para pelaku memiliki struktur dan alur yang jelas dan tertentu.
Para penangkap menjual hasil tangkapannya kepada para pembeli lokal yang kemudian menjual seluruh hasil tersebut kepada pedagang yang lebih besar
Mardiastuti 2008; Traffic 2008, dan jumlah labi-labi yang terkumpul semakin meningkat mengikuti alur perdagangan tersebut. Mardiastuti 2008 menyebutkan
bahwa transaksi jual beli labi-labi di Indonesia menerapkan sistem cash and carry.
2.1.3 Harga
Labi-labi memiliki nilai kegunaan produktif yaitu nilai manfaat yang diberikan kepada produk-produk yang diambil dari alam dan dijual ke pasar
komersial, baik pada tingkat nasional maupun internasional Indrawan et al. 2007 dan sebagai bentuk nyata dari nilai tersebut adalah harga. Tingginya harga beli
menjadi motivasi bagi para penangkap untuk melakukan eksploitasi berkelanjutan terhadap labi-labi. Traffic 2005 menyebutkan bahwa sama halnya untuk spesies
9 kura-kura Pulau Rote Chelonia mccordi, ancaman terbesar bagi keberadaannya
adalah perdagangan internasional dimana para pembeli luar negeri memasang harga yang sangat tinggi, dan ketika spesies-spesies tersebut menjadi langka atau
bahkan diberikan status dilindungi, pada kenyataannya permintaan pasar justru meningkat.
Beberapa hasil penelitian menyebutkan informasi mengenai harga labi-labi untuk pasar dalam negeri, tetapi tidak untuk harga di pasar internasional. Amri
dan Khairuman 2000 menyebutkan harga ekspor labi-labi adalah USD 20.00kg sementara Nijman et al. 2012 mengemukakan apabila harga labi-labi
diasumsikan sebesar USD 10.00kg maka nilai perdagangan labi-labi mencapai angka USD 10 juta per tahun untuk beberapa wilayah yang diobservasi. Harga
labi-labi yang berlaku di pasar dalam negeri dibedakan oleh ukuran bobot tubuhnya sebagaimana disebutkan dalam hasil penelitian Kusrini et al. 2009 dan
Oktaviani dan Samedi 2008.
2.1.4 Pemanenan Lestari