10 regulasi bisa menjadi awal dari kepunahan suatu spesies karena terjadi penurunan
ukuran populasi akibat perburuan atau pemanenan Lockwood et al. 2002 dalam Indrawan et al. 2007.
2.2 Parameter Demografi Populasi
Kelompok kura-kura digambarkan memiliki karakteristik unik antara lain berumur panjang, lambat mencapai umur dewasa, reproduksi tahunan yang
terbatas, tingginya kematian anakan, memiliki site fidelity yang tinggi dan persebaran yang terbatas serta semakin berkurangnya habitat menjadikan kura-
kura sangat rentan terhadap pemanenan berlebih Congdon et al. 1993; Gibbons et al. 2001; Sriyadi et al. 2008.
Kondisi dinamika yang khusus ini menyebabkan pemanenan terhadap satu kelas umur tertentu dapat membahayakan populasi kura-
kura, sementara pemanenan pada kelas umur yang lain tidak menimbulkan dampak yang sama. Pada kura-kura dengan pencapaian umur dewasa yang
lambat, contoh spesies Caretta caretta, peluang hidup yang tinggi pada kelas umur juvenil sangat penting bagi pertumbuhan populasi sementara untuk kura-
kura dengan pencapaian umur dewasa yang lebih awal peluang hidup yang tinggi pada kelas umur dewasa menjadi lebih penting bagi pertumbuhan populasi
Heppel 1998 dalam Chacín 2010. Menurut Sinclair et al. 2006 pada spesies mamalia besar pemanenan umumnya lebih banyak dilakukan terhadap individu
jantan dibandingkan individu betina ataupun lebih ditujukan pada kelas umur yang lebih tinggi, namun tetap perlu diketahui terlebih dulu mengenai
karakteristik biologi spesies tersebut.
2.2.1 Ukuran Populasi
Populasi adalah kelompok organisme yang terdiri dari individu-individu satu spesies yang mampu menghasilkan keturunan yang sama dengan tetuanya dan
keberadaan suatu populasi pada suatu wilayah sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya untuk memenuhi segala kebutuhan hidup populasi tersebut. Kebutuhan
dasar populasi meliputi kebutuhan untuk berlindung, berkembangbiak, makanan dan air, serta pergerakan Alikodra 2002. Ukuran populasi dipengaruhi secara
langsung maupun tidak langsung oleh ketersediaan sumberdaya, disamping itu
11 dipengaruhi juga oleh beberapa parameter populasi seperti angka kelahiran, angka
kematian, kepadatan populasi, struktur umur dan struktur kelamin. Ukuran populasi, seperti halnya parameter demografi lainnya, penting untuk
diketahui terutama dalam kaitannya dengan tujuan pemanfaatan. Pendugaan ukuran populasi satwaliar di habitat alaminya membutuhkan pemilihan metode
inventarisasi yang tepat. Metode pendugaan ukuran populasi yang umum digunakan untuk kelompok kura-kura adalah Capture-Mark-Recapture CMR
Bodie Semlitsch 2000 dan menurut Lathouder et al. 2009 metode ini sering digunakan untuk melakukan estimasi ukuran populasi dimana jumlah populasi
keseluruhan tidak dapat dihitung secara langsung. Metode lain untuk pendugaan kelimpahan populasi bagi satwa yang hidup di habitat perairan adalah Catch Per
Unit Effort CPUE serta telah digunakan dalam penelitian labi-labi untuk menghitung kelimpahan relatifnya di suatu area Kusrini et al. 2009; Mumpuni
Riyanto 2010; Lilly 2010; Mumpuni et al. 2011. Menurut Seber 1982 untuk mengatasi kesulitan mengetahui ukuran populasi
total satwaliar di suatu area dapat didekati dengan angka kelimpahan relatif dari hasil penarikan contoh yang dilakukan secara acak, dimana estimasi ukuran
populasi total diperoleh dari hasil perkalian kepadatan rata-rata per unit area, yang diestimasi dari sejumlah unit contoh, dengan luas total area populasi. Estimasi
kelimpahan relatif dapat disajikan dalam bentuk satuan jumlah per panjang area tangkap ekorkm, jumlah per luasan area tangkap ekorkm2 dan jumlah per
satuan waktu tangkap ekorbulan. Siklus hidup labi-labi hampir sama dengan reptil lainnya, yakni dari telur
menetas menjadi tukik, labi-labi remaja, dewasa dan kemudian melakukan perkawinan, bertelur dan menetaskan telurnya untuk melanjutkan keturunannya. Di
alam, labi-labi umumnya berpijah antara Juli - Desember. Untuk periode musim kawin labi-labi, Kusdinar 1995 menuliskan bahwa untuk kura-kura Belawa
dimulai pada bulan April – Juli dalam periode 1 tahun, sedang periode bertelur terjadi pada bulan September - Februari dengan puncaknya pada bulan November -
Desember. Labi-labi berkembang biak dengan cara bertelur ovipar. Jumlah telur labi-labi dalam satu kali masa peneluran clutch bervariasi, antara 5-11 butir
Kusdinar 1995, 5–30 butir untuk 3-4 sarang Liat Das 1999, sekitar 40 butir
12 Iskandar 2000, berkisar antara 10-30 butir Amri Khairuman 2002 dan terakhir
Kusrini et al. 2007 menyebutkan antara 3–14 butir per sarang. Telur-telur yang dikeluarkan induk ditimbun dalam tanah berpasir selama lebih kurang 45-50 hari
pada suhu 25–30 °C Amri Khairuman 2002, dan untuk penetasan telur menjadi tukik menurut Iskandar 2000 dibutuhkan waktu sekitar 135–140 hari.
2.2.2 Nisbah Kelamin