Pelaku Tata Niaga Labi-labi

8 bisnis besar berorientasi profit dan mencakup pasar lokal, nasional bahkan internasional. Para pengumpul satwaliar dihubungkan dengan para penggunapembeli oleh jaringan perantara dengan jumlah dan fungsi yang bervariasi di setiap lokasi. Para perantara ini bisa bergerak di berbagai bidang mulai dari penyimpanan, penanganan, pengangkutan, pengolahan, produksi industrial, pemasaran maupun usaha ekspor dan ritel Nijman 2010. Para pelaku dalam tata niaga labi-labi secara umum terdiri dari penangkap, perantara pengumpul atau pedagang kecil, pedagang besar dan eksportir Mardiastuti 2008; Traffic 2008; Nijman et al. 2012.

2.1.2 Alur Perdagangan

Perdagangan kura-kura di Indonesia dan Indochina digambarkan oleh Traffic 2008 memiliki kesamaan alur maupun pelaku-pelakunya, tetapi di Indonesia berlangsung lebih dinamis. Dinamika ini ditunjukkan melalui hubungan antar-pelaku yang berlangsung lebih fleksibel, dimana para penangkap bisa langsung mengakses para eksportir tanpa melalui para pengumpul maupun pedagang, sementara di Indochina yang bisa berhubungan dengan para eksportir hanyalah para pedagang besar tingkat regional atau dengan kata lain hubungan antara para pelaku memiliki struktur dan alur yang jelas dan tertentu. Para penangkap menjual hasil tangkapannya kepada para pembeli lokal yang kemudian menjual seluruh hasil tersebut kepada pedagang yang lebih besar Mardiastuti 2008; Traffic 2008, dan jumlah labi-labi yang terkumpul semakin meningkat mengikuti alur perdagangan tersebut. Mardiastuti 2008 menyebutkan bahwa transaksi jual beli labi-labi di Indonesia menerapkan sistem cash and carry.

2.1.3 Harga

Labi-labi memiliki nilai kegunaan produktif yaitu nilai manfaat yang diberikan kepada produk-produk yang diambil dari alam dan dijual ke pasar komersial, baik pada tingkat nasional maupun internasional Indrawan et al. 2007 dan sebagai bentuk nyata dari nilai tersebut adalah harga. Tingginya harga beli menjadi motivasi bagi para penangkap untuk melakukan eksploitasi berkelanjutan terhadap labi-labi. Traffic 2005 menyebutkan bahwa sama halnya untuk spesies 9 kura-kura Pulau Rote Chelonia mccordi, ancaman terbesar bagi keberadaannya adalah perdagangan internasional dimana para pembeli luar negeri memasang harga yang sangat tinggi, dan ketika spesies-spesies tersebut menjadi langka atau bahkan diberikan status dilindungi, pada kenyataannya permintaan pasar justru meningkat. Beberapa hasil penelitian menyebutkan informasi mengenai harga labi-labi untuk pasar dalam negeri, tetapi tidak untuk harga di pasar internasional. Amri dan Khairuman 2000 menyebutkan harga ekspor labi-labi adalah USD 20.00kg sementara Nijman et al. 2012 mengemukakan apabila harga labi-labi diasumsikan sebesar USD 10.00kg maka nilai perdagangan labi-labi mencapai angka USD 10 juta per tahun untuk beberapa wilayah yang diobservasi. Harga labi-labi yang berlaku di pasar dalam negeri dibedakan oleh ukuran bobot tubuhnya sebagaimana disebutkan dalam hasil penelitian Kusrini et al. 2009 dan Oktaviani dan Samedi 2008.

2.1.4 Pemanenan Lestari

Pemanenan pada tingkat tertentu dari suatu populasi spesies bisa dilakukan tanpa menimbulkan ancaman kepunahan dan tingkat tertentu tersebut diterjemahkan dalam konsep pemanenan riap atau Maximum Sustainable Yield Robinson 1993; Sutherland 2001. Pemanenan terhadap hidupan liar pada awalnya dilakukan oleh masyarakat yang hidup berdekatan dengan habitatnya dan dalam jumlah sedikit untuk pemenuhan kebutuhan semata Soehartono Newton 2002; Platt et al. 2008, namun pertumbuhan populasi penduduk, meningkatnya kemampuan pembeli dan era globalisasi menyebabkan kenaikan permintaan terhadap hidupan liar eksotik Nijman 2010 dan perdagangan yang terus menerus merupakan ancaman utama bagi kelestariannya. Penurunan ukuran populasi akibat pemanenan bisa ditandai oleh semakin sulitnya spesies tersebut ditemui ataupun semakin besarnya upaya yang harus dikeluarkan jumlah hari, alat ataupun jarak tempuh ketika akan dilakukan pemanenan Soehartono Newton 2002; Traffic 2005; Traffic 2008. CITES 2004 menyebutkan bahwa kelimpahan labi-labi di perdagangan mengalami penurunan sebesar 23 dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Hal ini menggambarkan penurunan populasi lokal atau alami di Indonesia dan di beberapa negara lain. Pemanfaatan yang berlebihan dan minim

Dokumen yang terkait

Studi Habitat dan Beberapa Aspek Biologi Kura-kura Belawa (Amyda cartilaginea Boddaert) di Desa Belawa, Kecamatan Sedong, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

0 13 62

Pertumbuhan Juvenil Labi-labi, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) Berdasarkan Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda, Dalam Upaya Domestikasi Untuk Menunjang Konservasi Di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon

1 11 88

Distribution of Population and Habitat Characteristics of Long-tailed macaques in Gunung Merapi National Park

0 17 92

Conservation Of The Asiatic Soft-Shell Turtle Amyda Cartilaginea (Boddaert, 1770) In The Belawa Village, Lemah Abang District, Cirebon, West Java

3 18 93

Trades, Habitat Charactesictics And Demographyc Parameters Of Harvested Reticulated Pythons (Python Reticulatus Scheider 1801) In Central Kalimantan Province

0 3 291

Characteristic of Catchment Habitat and Demographic Parameter of Harvested Population of Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) in Central Kalimantan Province

1 27 227

Trading System, Demographic Parameters, and Habitat Characteristics of Javan Spitting Cobra (Naja sputatrix Boie 1827) in East Java Province

1 8 215

Pemeliharaan Labi-labi (Amyda cartilagínea Boddaert, 1770) dan Uji Coba Preferensi Pakan Anakan di Penangkaran PT. Ekanindya Karsa, Kabupaten Serang

0 8 95

Study of Population and Habitat Lesser Adjutant

0 1 9

Characteristics of nesting habitat of sea turtle Lepidochelys olivacea in Lhoknga Beach, Aceh Besar District, Indonesia

0 0 8