Kelas Umur Angka Kematian

Tidak ada preferensi jenis kelamin pada tindakan pemanenan labi-labi di Jambi maupun daerah lainnya di Indonesia Kusrini et al. 2009; Lilly 2010, sehingga proporsi jenis kelamin hasil tangkapan sepenuhnya tergantung pada keberhasilan penangkapan. Hal ini dikarenakan pemanenan labi-labi tidak mengenal musim tertentu, misalnya musim bertelur, yang memungkinkan proporsi tangkapan mengelompok pada jenis kelamin atau kelas umur tertentu. Pemanenan kura-kura moncong babi Carettochelys insculpta dilakukan pada saat musim bertelur sehingga banyak individu betina yang tertangkap sedang melakukan aktivitas bersarang Eisemberg 2010, dan pemanenan Malayemys subtrijuga di Kamboja mengarah kepada betina yang mengandung telur karena olahan individu betina yang mengandung telur dianggap sebagai sajian yang istimewa Platt et al. 2008. Preferensi terhadap jenis kelamin tertentu dalam melakukan pemanenan memiliki sejumlah konsekuensi, dan kekhawatiran meningkat ketika pemanenan dilakukan terhadap individu betina dewasa. Individu betina lebih berperan dalam pertumbuhan populasi suatu spesies satwaliar karena memiliki fungsi sebagai penghasil keturunan, tetapi peran individu jantan terhadap keberhasilan proses reproduksi pun perlu mendapat pertimbangan. Hasil penelitian mengenai nisbah kelamin ideal labi-labi belum tersedia sampai dengan saat ini, sehingga belum dapat dipastikan apakah pemanenan yang didominasi jantan memberikan dampak positif terhadap kelestarian populasi labi-labi di alam. Apabila pemanenan labi-labi yang tidak berdasarkan preferensi terhadap jenis kelamin atau kelas umur tertentu digunakan untuk menduga kondisi populasi labi- labi di alam maka populasi labi-labi di Jambi diduga didominasi oleh betina pada kelas umur dewasa. Indrawan et al. 2007 menyebutkan bahwa perbandingan jenis kelamin yang tidak seimbang dalam populasi pada gilirannya akan memperkecil ukuran populasi efektif. Hal ini perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan kegiatan pemanenan labi-labi dari alam kendati penelitian lebih lanjut tetap dibutuhkan.

5.2.3 Kelas Umur

Berdasarkan kelas umurnya populasi panenan labi-labi di Provinsi Jambi didominasi oleh labi-labi dewasa Gambar 15. Gambar 15 Struktur populasi panenan labi-labi berdasarkan kelas umur Pada populasi panenan di pedagang masih ditemukan individu labi-labi dari kelas umur remaja dalam porsi yang relatif kecil, hanya 0.80 dari total populasi 743 individu, sementara di pedagang terdapat 14.58 labi-labi remaja dari total 48 individu. Gambar 15 menampilkan struktur populasi panenan berdasarkan kelas umur yang berbentuk piramida terbalik, menunjukkan kondisi populasi panenan didominasi oleh kelas umur dewasa. Labi-labi dikategorikan ke dalam kelas umur dewasa setelah mencapai ukuran PLK minimum 25 cm, dan dalam penelitian ini ukuran PLK tersebut identik dengan kisaran berat 1.11 –2.50 kg. Kelas umur dewasa muda memiliki proporsi yang kecil dibandingkan kelas umur dewasa dan terdapat di 5 pedagang besar, sementara kelas umur remaja hanya ditemukan di 2 pedagang. Berdasarkan pembagian kelas umur pada setiap jenis kelamin labi-labi maka jumlah terbanyak baik pada jantan maupun betina adalah kelas umur dewasa. Struktur populasi panenan berdasarkan kelas umur yang berbentuk piramida terbalik menunjukkan kondisi populasi panenan didominasi oleh kelas umur dewasa. Untuk kura-kura dengan pencapaian umur dewasa yang lebih awal, peluang hidup yang tinggi pada kelas umur dewasa menjadi lebih penting bagi pertumbuhan populasi Heppel 1998 dalam Chacín 2010 sehingga pemanenan besar-besaran terhadap kelas umur dewasa dikhawatirkan mengancam proses perkembangbiakan dan pemulihan populasinya di alam. -500 -400 -300 -200 -100 100 200 300 400 Tukik Remaja Dewasa Muda Dewasa Jantan Betina

5.2.4 Angka Kematian

Angka kematian pada saat dilakukan penelitian hanya terjadi di satu pedagang besar di Kabupaten Sarolangun. Kematian 24 ekor labi-labi terjadi pada bulan Juni 2012 saat populasi panenan berjumlah 106 ekor, sehingga angka kematian pada bulan tersebut adalah 22.6. Jumlah kematian tersebut terhadap total jumlah populasi panenan di seluruh pedagang yang berjumlah 743 ekor adalah sebesar 3.23. Kematian labi-labi di kolam penampungan pedagang ini disebabkan oleh terlalu padatnya kolam penampungan sementara masa penampungan pun berlangsung lama sehingga terjadi perkelahian antar labi-labi tersebut. Kusrini et al. 2009 menghitung angka kematian panenan di lokasi pengumpulan di Kalimantan Timur, dan hasilnya menunjukkan terjadi kematian pada 11 ekor labi-labi dari populasi berjumlah 526 ekor Kusrini et al. 2009 yang disebabkan oleh luka akibat pemancingan, sementara Lilly 2010 menyebutkan angka kematian sebesar 15 di tingkat pengumpul di Kabupaten Sambas dan Ketapang, Kalimantan Barat, juga diduga disebabkan oleh luka akibat bekas pemancingan. Karakteristik populasi panenan labi-labi berdasarkan kelas umur dan jenis kelamin di Jambi selama pelaksanaan penelitian dapat disajikan dalam Gambar 16. a b 20 40 60 80 100 120 Ap ri l Me i Ju n i Ju m lah Lab i- lab i Bulan dalam tahun 2012 Jantan Betina 20 40 60 80 100 120 140 160 April Mei Juni Ju m lah Lab i- lab i Bulan dalam tahun 2012 Remaja Dewasa Muda Dewasa c d Gambar 16 a Populasi panenan di satu pedagang berdasarkan jenis kelamin selama bulan April –Juni 2012 b Populasi panenan di satu pedagang berdasarkan kelas umur selama bulan April –Juni 2012 c Populasi panenan di seluruh pedagang berdasarkan jenis kelamin selama bulan April d Populasi panenan di seluruh pedagang berdasarkan kelas umur selama bulan April Apabila data populasi panenan yang diperoleh selama penelitian dijadikan pendekatan untuk melihat tren populasi panenan labi-labi di Jambi Gambar 16 maka dapat dikatakan bahwa tren populasi di pedagang ketika dilakukan pengambilan data secara bersamaan pada bulan April 2012 didominasi oleh labi- labi pada kelas umur dewasa dan dari jenis kelamin betina sementara tren bulanan yang diwakili oleh data dari satu pedagang data selama bulan April –Juni 2012 menunjukkan kecenderungan yang sama bahwa populasi panenan didominasi oleh kelompok umur dewasa dan jenis kelamin betina. Berdasarkan hasil penghitungan dan pengukuran selama tiga bulan tersebut jumlah individu betina yang tertangkap paling banyak pada bulan April 67.08 dari total labi-labi 161 ekor, sementara pada bulan Mei dan Juni proporsi jumlah betina yang tertangkap lebih sedikit 54.43 dan 50.94 dari total jumlah labi-labi pada masing-masing bulan tersebut. Pengaruh faktor alam seperti curah hujan terhadap ukuran populasi labi-labi di pedagang besar juga dianalisis karena diduga curah hujan mempengaruhi kondisi habitat labi-labi. Gambar 17 menampilkan grafik hubungan antara jumlah curah hujan dengan jumlah labi-labi pada satu orang pedagang besar di Kota Jambi. Menurut pemancing labi-labi pada saat curah hujan tinggi yang diikuti dengan meningkatnya permukaan air sungai, labi-labi akan keluar dari sarangnya 50 100 150 200 250 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 J u m la h l a b i- la b i Pengumpul Jantan Betina 50 100 150 200 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Ju m lah l ab i- lab i Pengumpul Remaja Dewasa Muda Dewasa dan menyebar ke sungai-sungai kecil bahkan parit-parit yang berdekatan dengan pemukiman penduduk, sehingga besar kemungkinan terpancing oleh para pemancing. Gambar 17 Grafik hubungan antara jumlah labi-labi di satu pengumpul dengan jumlah curah hujan selama tahun 2010 dan 2011 Sumber : BKSDA Jambi dan BMKG Jambi Pola hubungan sebagaimana disampaikan pemancing tersebut terlihat pada bulan Februari dan Agustus 2010 serta Oktober 2011 saat jumlah labi-labi panenan di satu pengumpul tersebut mencapai angka tertinggi dan jumlah curah hujan juga tinggi. Pola ini tidak berlaku sepanjang tahun dan juga tidak mewakili kondisi seluruh pengumpul di Jambi. Uji korelasi Spearman antara jumlah labi- labi dengan curah hujan menghasilkan angka koefisien korelasi 0.361 dan probabilitas 0.084 yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara kedua variabel tersebut. Ukuran populasi panenan kemungkinan lebih dipengaruhi oleh jumlah usaha penangkapan jumlah penangkap danatau hari tangkap yang dicurahkan. 5.3 Peubah Morfometri dan Biologi Reproduksi 5.3.1 Ukuran Panjang Lengkung Karapas PLK

Dokumen yang terkait

Studi Habitat dan Beberapa Aspek Biologi Kura-kura Belawa (Amyda cartilaginea Boddaert) di Desa Belawa, Kecamatan Sedong, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

0 13 62

Pertumbuhan Juvenil Labi-labi, Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) (Reptilia: Testudinata: Trionychidae) Berdasarkan Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda, Dalam Upaya Domestikasi Untuk Menunjang Konservasi Di Desa Belawa, Kabupaten Cirebon

1 11 88

Distribution of Population and Habitat Characteristics of Long-tailed macaques in Gunung Merapi National Park

0 17 92

Conservation Of The Asiatic Soft-Shell Turtle Amyda Cartilaginea (Boddaert, 1770) In The Belawa Village, Lemah Abang District, Cirebon, West Java

3 18 93

Trades, Habitat Charactesictics And Demographyc Parameters Of Harvested Reticulated Pythons (Python Reticulatus Scheider 1801) In Central Kalimantan Province

0 3 291

Characteristic of Catchment Habitat and Demographic Parameter of Harvested Population of Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) in Central Kalimantan Province

1 27 227

Trading System, Demographic Parameters, and Habitat Characteristics of Javan Spitting Cobra (Naja sputatrix Boie 1827) in East Java Province

1 8 215

Pemeliharaan Labi-labi (Amyda cartilagínea Boddaert, 1770) dan Uji Coba Preferensi Pakan Anakan di Penangkaran PT. Ekanindya Karsa, Kabupaten Serang

0 8 95

Study of Population and Habitat Lesser Adjutant

0 1 9

Characteristics of nesting habitat of sea turtle Lepidochelys olivacea in Lhoknga Beach, Aceh Besar District, Indonesia

0 0 8