14 belum mencakup jumlah labi-labi yang dipanen untuk dikonsumsi langsung oleh
para penangkapnya. Ini merupakan sebuah angka kematian yang sangat besar pada suatu populasi meskipun ukuran populasi labi-labi secara keseluruhan di alam
belum diketahui.
2.3 Peubah Morfometri dan Biologi Reproduksi 2.3.1 Taksonomi
Di Indonesia labi-labi dikenal juga dengan sebutan bulus Jawa dan bidawang Kalimantan. Ernst dan Barbour 1989 menuliskan taksonomi labi-
labi sebagai berikut : Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata Kelas
: Reptilia Laurentie 1768 Ordo
: Testudines Linnaeus 1758 Famili
: Tryonichidae Fitzinger 1826 Genus
: Amyda Geoffroy Saint-Hilaire 1809 Spesies
: cartilaginea Boddaert, 1770 Labi-labi dikenal juga dengan nama umum Asiatic softshell turtle atau Common
softshell turtle atau lack-rayed softshell turtle Inggris, Trionyx cartilagineux Perancis, Knorpel weichschildkröte Belanda Ernst Barbour 1989. IUCN
Redlist 2011 menyebutkan labi-labi memiliki sinonim penamaan sebagai : Testudo cartilaginea Boddaert, 1770, Trionyx cartilagineus Boddaert, 1770,
Trionyx ephippium Theobald, 1875, Trionyx nakornsrithammarajensis Nutaphand, 1979, Trionyx ornatus Gray, 1861 dan Trionyx phayrei Theobald,
1868.
2.3.2 Morfologi
Iskandar 2000 menuliskan bahwa suku labi-labi dapat dengan mudah dibedakan dari kelompok kura-kura lainnya dari perisainya yang ditutupi oleh
kulit dan sebagian besar terdiri dari tulang rawan. Labi-labi termasuk jenis yang mempunyai leher relatif panjang karena dapat mencapai paling sedikit
15 pertengahan dari perisainya, dan termasuk hewan yang galak sehingga hewan
berukuran besar sangat berbahaya bila dipegang. Amri dan Khairuman 2002 menyebutkan bahwa labi-labi bernafas dengan
paru-paru pulmo, termasuk anak-anaknya yang baru menetas, memiliki sepasang tungkai kaki depan masing-masing berkuku tiga buah dan berselaput renang,
demikian pula sepasang tungkai belakangnya. Dua pasang tungkai tersebut memungkinkan labi-labi dapat berenang dengan cepat karena selaput renangnya
cukup besar dan bisa berlari di daratan. Mata labi-labi berjumlah dua buah terletak pada bagian samping kepala dilengkapi dengan kelopak mata. Alat pendengaran
labi-labi adalah membran tympani. Labi-labi tidak memiliki gigi tetapi rahangnya sangat kuat dan tajam. Lidahnya tebal, pendek, lebar dan melekat di dasar mulut.
Warna punggung labi-labi dewasa bervariasi antara coklat, abu-abu sampai hitam pekat, kadang-kadang berbintik kuning pada kepala, tungkai-tungkai dan
karapasnya. Plastron berwarna putih sampai abu-abu pada usia remaja berwarna lebih cerah dibandingkan dengan usia dewasa. Pada usia anak terdapat bintik
pada kepala dan tungkai-tungkainya Ernst Barbour 1989. Iskandar 2000 menyebutkan bahwa pada perisai punggung terdapat bintil-bintil kecil membentuk
garis-garis yang terputus-putus dari depan ke belakang. Kepala dan kaki berwarna hitam atau abu-abu, pada hewan muda umumnya dijumpai bintik-bintik berwarna
kuning dan kadang-kadang dijumpai juga enam sampai sepuluh bercak hitam bertepi putih melengkung pada bagian belakang perisainya, terutama pada
individu muda.
2.3.3 Morfometri
Karakteristik morfometri seringkali digunakan untuk menduga umur suatu spesies. Pendugaan kelas umur pada kelompok kura-kura umumnya menggunakan
ukuran panjang karapas yang diukur dengan metode straight-line Ernst Lovich 1986; Chen Lue 2009; Lefebvre et al. 2011 maupun metode curve-line
Kusrini et al. 2007; Oktaviani Samedi 2008; Kusrini et al. 2009, sementara beberapa parameter morfometri lainnya yang umum diukur adalah lebar karapas,
panjang plastron, lebar plastron, berat tubuh, dan panjang ekor Lilly 2010. Metode curve-line menghasilkan satuan pengukuran dengan istilah Panjang
Lengkung Karapas PLK yang kemudian diklasifikasikan dalam empat kelompok
16 dengan rentang ukuran tertentu untuk kemudian digunakan sebagai dasar
pengkelasan umur labi-labi Kusrini et al. 2007. Berat tubuh juga digunakan untuk menduga kelas umur labi-labi
Mardiastuti 2008 sementara Riyanto 13 Februari 2012 komunikasi pribadi menyebutkan bahwa ukuran PLK dianggap lebih konsisten untuk dijadikan dasar
pendugaan kelas umur labi-labi. Ernst dan Lovich 1986 menyebutkan bahwa beberapa penelitian mencoba mencari hubungan antara perubahan massa atau
bobot tubuh kura-kura dengan pertumbuhan bagian tempurungnya. CITES Scientific dan Management Authority sejak tahun 2007 mengeluarkan peraturan
tentang ukuran berat yang sebaiknya tidak dipanen atau dibatasi pemanenannya, yaitu pada kisaran berat 5–15 kg dengan batas toleransi 10 Mardiastuti 2008.
2.3.4 Reproduksi