16 dengan rentang ukuran tertentu untuk kemudian digunakan sebagai dasar
pengkelasan umur labi-labi Kusrini et al. 2007. Berat tubuh juga digunakan untuk menduga kelas umur labi-labi
Mardiastuti 2008 sementara Riyanto 13 Februari 2012 komunikasi pribadi menyebutkan bahwa ukuran PLK dianggap lebih konsisten untuk dijadikan dasar
pendugaan kelas umur labi-labi. Ernst dan Lovich 1986 menyebutkan bahwa beberapa penelitian mencoba mencari hubungan antara perubahan massa atau
bobot tubuh kura-kura dengan pertumbuhan bagian tempurungnya. CITES Scientific dan Management Authority sejak tahun 2007 mengeluarkan peraturan
tentang ukuran berat yang sebaiknya tidak dipanen atau dibatasi pemanenannya, yaitu pada kisaran berat 5–15 kg dengan batas toleransi 10 Mardiastuti 2008.
2.3.4 Reproduksi
Pada labi-labi jantan bentuk ekor memanjang sehingga ujungnya banyak terlihat diluar karapas, sebaliknya pada labi-labi betina bentuk ekor lebih pendek
dan gempal sehingga tidak tampak di luar karapas Kusrini et al. 2009. Wyneken 2001 menyebutkan bahwa organ reproduksi kura-kura atau disebut gonad terdiri
dari ovarium dan testis dan masing-masing menghasilkan gamet sel telur ataupun sperma yang kemudian dipindahkan melalui salurannya menuju kloaka. Organ
reproduksi pada kura-kura betina mengalami perubahan bentuk dan ukuran mengikuti pertambahan umur ataupun antar-periode bertelur Wyneken 2001 dan
ukuran tubuh betina yang lebih besar berhubungan dengan ukuran telur yang lebih besar ataupun frekuensi clutch tahunan Walde et al. 2007; Naimi et al. 2012.
Kematangan gonad biasanya terjadi pada bulan Mei dan Juni pada saat temperatur air berkisar 20 °C, dua minggu kemudian betina akan memijah dan
kemudian bertelur di darat di tempat yang berpasir BBAT 2002. Bentuk telur labi-labi menurut Kusdinar 1995 bundar, berwarna putih, tidak mengkilat,
kulitnya rapuh dengan ukuran diameter telur 31.1–33.2 mm, sementara menurut Iskandar 2000 ukuran telurnya hanya sekitar 21–33 mm, berbentuk bulat seperti
bola pingpong bola tenis meja dan bercangkang keras. Amri dan Khairuman 2002 menyebutkan bahwa telur labi-labi berwarna krem dengan diameter antara
2-3 cm.
17 Keberhasilan penetasan telur pada beberapa spesies penyu laut adalah
67.7 untuk Caretta caretta Appleson 2004, 78.6 untuk spesies Eretmochelys imbricata Ditmer Stapleton 2012 dan 73.8 untuk spesies Chelonia mydas
Thomas 2006. Keberhasilan penetasan telur untuk kura-kura air tawar adalah 59 dan 52 untuk tahun yang berbeda pada Glyptemys insculpta Walde et al.
2007, dan 60.8±37.5 untuk Phrynops geoffroanus Ferreira 2011. Hasil penelitian mengenai tingkat keberhasilan penetasan telur labi-labi sejauh ini masih
sangat terbatas. Mashar 2009 dalam penelitiannya tentang kura-kura Belawa menyebutkan bahwa dari 97 butir telur yang diamati hanya 3 yang menetas.
Rendahnya persentase tetasan mungkin disebabkan telur-telur yang lain belum cukup umur untuk menetas, mengingat waktu pengamatan hanya selama 3 bulan
sementara menurut Iskandar 2000 waktu inkubasi telur labi-labi berkisar antara 135-140 hari. Jumlah telur yang menetas kemudian tidak lagi terdokumentasikan.
Sunyoto 2012 menyebutkan bahwa berdasarkan informasi pengelola kolam rekreasi Cikuya, kura-kura belawa Amyda cartilaginea selama bulan Agustus
2010–Februari 2011 terkumpul 187 butir telur yang kemudian direlokasikan dan berhasil menetas sebanyak 115 butir 61.49. Tingkat keberhasilan penetasan
telur kura-kura lebih tinggi pada clutches yang direlokasikan dari sarang alaminya Appleson 2004; Thomas 2006; Walde et al. 2007 karena telur-telur tersebut
terhindar dari predasi maupun gangguan alami lain seperti hanyut terbawa arus.
2.3.5 Jenis Pakan