Perubahan yang Diinginkan Pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang dengan pendekatan soft system methodology
203
regulasi yang terkait dengan penyusunan peraturan pemerintahdaerah tentang pembentukan SekretariatTim Pokja Pengembangan UKM yang juga mengatur
tupoksi tugas, pokok dan fungsi, dan 2 regulasi yang terkait dengan mekanisme penyerapan aspirasi masrakat.
Sumber: diadopsi dari Nee 2003
Gambar 52 Perspektif tiga tingkat kerangka kelembagaan. Penggunaan framework NIES pada pengembangan UKM untuk tataran
meso menghasilkan peran koperasi dan asosiasi pada UKM sentra industri
pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, yang bukan organisasi bentukan underbow pemerintah maupun bukan pelaku tunggal yang bergerak
sendiri pemburu rente. Koperasi dan asosiasi ini sebagai bentuk dinamika antara kelompok sosial di level mikro dengan struktur tata kelola di level meso yang
menjamin pengembangan UKM. Selecting relevant of human activity systems
dalam regulasi ini adalah 1 kesepakatan yang merupakan hasil proses negosiasi antara koperasi dan asosiasi
yang mewakili kepentingan individu di tataran mikro dengan pemerintah pusat
Pengembangan UKM pada tataran MIKRO:
PERMASALAHAN INTERNAL
Pengembangan UKM pada tataran MAKRO:
REGULASI
Pengembangan UKM pada tataran MESO:
PERAN KOPERASI DAN ASOSIASI
204
dan daerah tataran makro untuk dapat mempengaruhi substansi regulasi agar menghasilkan regulasi yang menjamin tercapainya pengembangan UKM sentra
industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu; 2 pemantauan dan penegakan aturan yang dilakukan koperasi dan asosiasi terhadap pelaku usaha
UKM tataran mikro. Penggunaan framework NIES pada pengembangan UKM untuk tataran
mikro menunjukkan adanya kendalapermasalahan internal berupa kualitas SDM, permodalan, dan bahan baku pada pelaku usahaUKM yang merupakan basis
pengembangan di tataran mikro pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk
ikan dan udang di Indramayu. Penelitian ini menghasilkan kendalapermasalahn internal
yang merupakan faktor pembentuk pengembangan UKM di tingkat mikro.
Selecting relevant of human activity systems pada tataran mikro adalah 1
decoupling dan compliance, yaitu membangun hubungan antara pelaku usaha
UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu dengan pemerintah pusat dan daerah, serta membangun konsensus antara tataran mikro
pelaku usahaUKM dengan tataran makro pemerintah pusat dan daerah; 2 membangun kerja sama diantara pelaku usahaUKM, dan pelaku usahaUKM
dengan lembaga pembiayaankeuangan, lembaga pelatihanpendidikan, pemasok bahan baku, usaha besar, perguruan tinggi, dll.
Berdasarkan kesimpulan pengembangan UKM untuk tataran makro, meso dan mikro di atas, menunjukkan adanya hubungan timbal balik di antara tiga
tataran tersebut. Hubungan timbal balik ini berupa hubungan sinergis pada tiga tingkat kerangka kelembagaan berbasis daya saing. Penggunaan framework NIES
pada pengembangan UKM untuk tiga tingkat kerangka kelembagaan secara keseluruhan menunjukkan adanya 1 regulasi, 2 peran koperasi dan asosiasi,
dan 3 kendalapermasalahan internal dalam mendukung tercapainya daya saing UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu.
Dalam konteks UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu sebagai rujukan penelitian, hubungan tersebut dapat diwakili, pertama,
hubungan secara top-down makro ke meso dan mikro yang timbul dari kebutuhan terhadap aturan yang jelas, yang memberikan kesempatan dan
205
kepastian usaha bagi UKM untuk dapat menjalankan usahanya, mengakses sumber daya produktif dan mendapatkan perlindungan usaha dari persaingan yang
tidak sehat. Aturan yang jelas juga dapat mendorong terbentuknya usaha bersamakolektif yang memungkinkan tercapainya skala usaha dan efisiensi usaha
yang lebih tinggi di antara UKM, yang difasilitasi melalui koperasi atau asosiasi. Kedua
, hubungan secara bottom up dari mikro ke meso ke makro, dimana aspirasi UKM yang disalurkan melalui koperasi dan asosiasi menjadi masukan
bagi kebijakan di tingkat makro yang dibutuhkan untuk penguatan kelembagaan dan kapasitas UKM. Berkembangnya UKM sentra industri pengolahan kerupuk
ikan dan udang di Indramayu dengan ciri khas masing-masing produk kerupuk ikan dan udang, juga dapat mempengaruhi pengembangan struktur kebijakan dan
pembinaan yang perlu disediakan untuk mendukung pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu. Selanjutnya, untuk
UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu hubungan timbal balik di antara tiga tataran sebenarnya sudah berjalan, meskipun masih
perlu dioptimalkan. SSM berbasis pemecahan masalah, dari paparan komparatif di atas maka
rekomendasi kebijakan pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk
ikan dan udang di Indramayu yaitu meningkatkan kapasitas UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu yang berdaya
saing didukung oleh kebijakan yang tepat oleh pemerintah pusat dan daerah
. Selanjutnya, kebijakan tersebut di atas dapat dicapai melalui strategi
pengembangan UKM sebagai berikut: 1
Membentuk SekretariatTim Pokja Pengembangan UKM. 2
Menetapkan mekanisme penyerapan aspirasi masyarakat. 3
Memperkuat peran koperasi dan asosiasi sebagai fasilitator bagi kepentingan UKM di tataran mikro.
4 Meningkatkan keterampilan SDM.
5 Memperkuat aspek permodalan.
6 Memperkuat manajemen bahan baku.
8 KESIMPULAN DAN SARAN