Rich Picture Pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang dengan pendekatan soft system methodology
134
problematik yaitu rendahnya daya saing UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu
. Sehubungan
dengan situasi
problematik tersebut,
beberapa narasumberaktor menyampaikan pandangan dan harapan, pernyataan dukungan,
menemukan keberatan dan kekecewaannya, dan lain-lain Lampiran 3. Secara rinci situasi masalah mengenai pengembangan UKM sentra industri pengolahan
kerupuk ikan dan udang di Indramayu pada tataran makro, meso, dan mikro sebagai berikut:
Tataran Makro
Pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang pada tataran makro, melibatkan berbagai pemangku kepentingan antara lain
pemerintah pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan dan pemerintah daerah Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat dan Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Indramayu.
Pada saat ini terdapat 26 dua puluh enam kementerian dan lembaga pemerintah yang memiliki program pengembangan UMKM, namun sebagian
besar program masih terpaku pada insentif dan bantuan yang dinilai tidak efektif mendorong pelaku UMKM naik kelas ke strata berikutnya Kemeneg Kop
UKM 2012. Organisasi pemberdayaan dan pengembangan UKM saat ini dapat dilihat pada Gambar 38.
Pada masa kabinet orde baru ada Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha KeciI, dimana departemen inilah yang secara khusus diberi tugas dan
wewenang untuk memberdayakan UKM. Tetapi secara de facto bukan hanya departemen tersebut yang melaksanakan pembinaan, banyak departemen lain yang
memiliki kewenangan teknis operasional seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Pariwisata, Departemen
Perhubungan, Bank Indonesia, dan lain-lain. Organisasi yang ada saat ini, masih belum efektif memberdayakan dan
mengembangkan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu disebabkan karena:
- Belum ada organisasi yang secara jelas memayungi atau bertanggung jawab
penuh terhadap UKM
135
- Sulitnya koordinasi diantara organisasi yang ada saat ini
Keterangan: Koordinasi dan pembinaan kepada PemdaInstansiLembaga Terkait
Kerja samakemitraan Pembinaan kepada UKMpelaku usaha
Gambar 38 Organisasi pengembangan UKM saat ini.
Saat ini paling tidak organisasiinstansi yang memiliki program pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di
Indramayu yaitu pemerintah pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian Perdagangan; Kementerian Industri; Kementerian Koperasi dan
UKM; Kementerian Pekerjaan Umum, pemerintah daerah Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat; Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Indramayu; Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu; Dinas Bina Marga Kabupaten Indramayu; Bank Indonesia Cabang
Indramayu, dan lain-lain, lembaga swasta PT. Pertamina Balongan Kabupaten Indramayu, Bank Perkreditan Rakyat, dan lain-lain.
Pemda KabupatenKota dan
instansi terkait
Pemerintah PusatKKP dan instansi terkait
Pemda Provinsi instansi terkait
BBRPPBKPBBRSEKP BBP2HPSTP,dll
Perguruan Tinggi LSMBUMNSwasta
UKM Sentra Industri Pengolah Kerupuk Ikan dan Udang di Indramayu
PenyuluhPembina Teknis KoperasiAsosiasi
136
Keterlibatan banyak organisasiinstansi ini, di satu sisi dapat dipandang sebagai manifestasi kepedulian banyak pihak untuk memberdayakan UKM sentra
industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, tetapi di lain pihak seringkali pada saat di lapangan menimbulkan tumpang tindih pembinaan yang
boleh jadi malah menambah beban bagi UKM. Saat ini, tercatat banyak sekali perijinan harus diperoleh bagi UKM yang akan melakukan kegiatan usaha ekspor.
Panjangnya rantai perijinan dan kompleksitasnya struktur birokrasi pada akhirnya menciptakan ekonomi biaya tinggi bagi UKM.
Perbedaan persepsi dan kepentingan antar instansi, pada akhirnya banyak menimbulkan kesulitan di lapangan. Misalnya, kriteria atau batasan tentang usaha
kecil saja terjadi perbedaan antar instansi. Bank Indonesia mempunyai batasan sendiri Peraturan Bank Indonesia No. 739PBI2005 tentang Pemberian Bantuan
Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian Peraturan Menteri Perindustrian No. 78M-INDPER
92007 tentang Peningkatan Efektifitas Pengembangan Industri Kecil dan Menengah melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk One Village One Product-
OVOP di Sentra, Kementerian Kelautan dan Perikanan Permen KP No.18MEN
2006 tanggal 14 Agustus 2006 tentang Skala Usaha Pengolahan Hasil Perikanan, Kantor Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah SK
Menegkop dan UKM No: 23PerM.KUKMXI2005 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah. Padahal
kriteria atau batasan tersebut telah tertuang secara jelas dalam UU Nomor 20 Tahun 2008.
Lebih sulit lagi adalah koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sejak dikeluarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah,
dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah hubungan institusional antara kementerian teknis baik yang
punya portofolio maupun yang tidak punya portofolio menjadi sangat lamban. Instansi-instansi di pusat bertugas merumuskan kebijakan dasar pemberdayaan
UKM, dan pemerintah daerah melalui dinas-dinas teknis melakukan pembinaan operasional. Pada kenyataannya tidak ada jaminan bahwa kebijakan dasar yang
telah dirumuskan oleh pemerintah pusat dioperasionalisasikan di lapangan.
137
Bahkan untuk sekedar mengumpulkan data saja koordinasi antara instansi di pusat dan dinas-dinas di daerah sulit dilakukan.
Isu-isu mengenai koordinasi pemberdayaan pembagian tugas dan tata kerja serta kesamaan visi dan misi diantara mereka sangat diperlukan untuk
merumuskan kebijaksanaan dan strategi operasional pemberdayaan UKM yang menjadi pedoman semua pihak. Selanjutnya, fasilitasi yang sangat dibutuhkan
oleh pelaku usahaUKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu pada saat ini terutama yang menyangkut dengan pengadaan
penyempurnaan infrastruktur, kemudahan pemasaran hasil, kemudahan baik dalam mendapatkan permodalan, sarana produksipengolahan, teknologi baru,
informasi pasar, serta peningkatan manajemen kewirausahaan. Dalam rangka pengembangan UKM, diperlukan peranan pada tataran makro yaitu pemerintah
baik di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten serta peranan pada tataran meso koperasi, asosiasi, dll dan organisasi yang ada saat ini belum berperan sesuai
tugas pokok dan fungsinya. Selanjutnya proses perencanaan program, kegiatan, dan anggaran sangatlah
penting. Perencanaan tersebut, diperlukan untuk mengatur strategi dalam menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis. Sistem perencanaan yang baik
sangat diperlukan sebagai dasar pembangunan, sehingga tujuan pembangunan yang akan dicapai akan terarah dan lebih efisien dalam pencapaiannya.
Program dan kegiatan pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu Gambar 39, penganggaran keuangannya
bersumber dari 1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yaitu melalui anggaran dekonsentrasi, tugas pembantuan TP, dana alokasi khusus
DAK dan 2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Proses perencanaan dan penyusunan APBN mengacu pada UU No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Dalam rangka meningkatkan daya saing UKM telah dialokasikan pemerintah pusat dan daerah melalui program, kegiatan, dan anggaran
pemberdayaan UKM di setiap daerah yang memiliki UKM.
138
Gambar 39 Program dan kegiatan pengembangan UKM.
Program, kegiatan, dan anggaran pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu yang ada saat ini, masih banyak
yang belum efektif dan efisien yang disebabkan karena: -
Pemerintah pusat dan daerah belum memiliki visi bersama secara jangka panjang
- Setiap individu dalam organisasi pemerintah pusat dan daerah belum
mempunyai rasa saling memiliki dan bekerja sama dengan baik -
Usulan program, kegiatan dan anggaran masih banyak yang berasal dari atas top down bukan berasal dari bawah bottom up
- Alokasi dana dari APBN untuk UKM terpecah-pecah dengan jumlah yang
terbatas sehingga penyaluran bantuan untuk UKM pun tidak terfokus Sejak tahun 2007 sampai dengan sekarang, Kementerian Kelautan dan
Perikanan telah mengalokasian program dan kegiatan bagi UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu yang berasal dari APBN
melalui anggaran dekonsentrasi pada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, dan anggaran tugas pembantuan TP pada Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Indramayu. Selain itu program dan kegiatan bagi UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, juga didukung oleh APBD
Realisasi Program dan Kegiatan
Program dan Kegiatan Pemerintah
Pusat Daerah
UKM
Asosiasi Koperasi
139
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu
belum serius dalam mendukung pengembangan UKM, pasalnya program, kegiatan, dan anggaran dalam APBN dan APBD untuk pembinaan UKM masih
bersifat hit and run bahkan cenderung hanya membuang anggaran saja. Selain itu program dan kegiatan dari APBN dan APBD masih terpecah-pecah, akibat
banyaknya kementerianlembaga yang mempunyai program untuk UKM. Dampaknya, terjadi tumpang tindih pengelolaan dan penyaluran program UKM
dan penyaluran bantuan untuk UKM pun tidak terfokus dan efektif. Selanjutnya, setiap individu baik pada Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu belum mempunyai rasa saling memiliki dan
bekerja sama dengan baik sehingga dalam penyusunan program, kegiatan, dan anggaran masih dijumpai output dan outcome yang tidak jelas dan tidak bisa
diukur. Hal ini disebabkan karena Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, dan Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Indramayu belum memiliki visi bersama secara jangka panjang, dan usulan program, kegiatan dan anggaran masih banyak yang berasal dari atas top
down bukan berasal dari bawah bottom up sehingga program dan kegiatan
banyak yang tidak efektif dan efisien serta tidak tepat sasaran dan fungsinya. Berdasarkan situasi problematik di atas, di bawah ini diuraikan mengenai
pendapat aktor tentang permasalahan tataran makro dalam pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu Tabel 16.
140
Tabel 16 Pendapat aktor tentang permasalahan dalam tataran makro
TATARAN MAKRO
Pemerintah Pusat Daerah
TATARAN MESO
Koperasi Asosiasi
TATARAN MIKRO
Pelaku UsahaUKM
Salah satu tujuan grand strategythe blue revolution
policies pada KKP yaitu
memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi
Banyak organisasiinstitusi yang diberi tugas membina UKM,
sehingga di lapangan seringkali menimbulkan tumpang tindih
pembinaan yang boleh jadi malah menambah beban bagi UKM
Setiap instansiorganisasi yang terlibat dalam rangka mendukung
pengembangan UKM belum mempunyai rasa saling memiliki
dan bekerja sama dengan baik, sehingga tidak memiliki visi dan
tujuan bersama
Dalam penyusunan program, kegiatan, dan anggaran masih
dijumpai output dan outcome yang tidak jelas dan tidak bisa
diukur. Hal ini disebabkan karena, pemerintah pusat dan
daerah belum memiliki visi bersama secara jangka panjang
Koperasi Kerupuk Mitra Industri KKMI dan
Asosiasi Pengusaha Kerupuk Indramayu
APKI mengharap agar pemerintah pusat dan
daerah mendukung penuh program, kegiatan,
dan anggaran yang diusulkan dalam rangka
pengembangan UKM
Banyak program dan kegiatan yang kita
usulkan, tidak pernah direalisasikan. Kok ya,
kita dapat program dan kegiatan yang tidak jelas
untuk apa manfaatnya?
Pemerintah pusat dan daerah, harusnya
memprioritaskan usulan program, kegiatan dan
anggaran yang kami usulkan, jangan usulan
untuk kepentingan organisasinya saja
Pemerintah harusnya bisa bantu kami, uji cobapenelitian membuat kerupuk dengan
bahan baku ikan lainnya selain ikan remang. Kalau hasilnya bagus dan biayanya
lebih murah, kami semua pasti mau juga mencoba hasil penelitian tersebut
Kami suka saja dibina oleh siapapun, asalkan diberikan juga bantuan modal dan peralatan
Banyak program dan kegiatan dalam rangka mendukung pengembangan UKM dari
pemerintah yang tidak sesuai dan tidak tepat guna dengan yang kami usulkan, terutama
dalam hal bantuan permodalan, sarana dan prasarana, dll
Terkait program pemberdayaan UKM, dulu yang lebih banyak membantu dana,
memberikan keterampilan dalam pelatihan- pelatihan, dan juga memasarkan produk
adalah pihak PT Pertamina. PT Pertamina benar-benar membantu pengusaha yang
masih kecil dan belum berkembang. Berbeda dengan pemerintah, hanya mau membantu
para pengusaha yang sudah sukses dan
berkembang. “Mungkin agar pemerintah ikut-ikutan disebut sukses dengan
programnya, kasarnya kecipratan suksesnya
Tataran Meso
Pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu pada tataran meso, meliputi 1 Koperasi Kerupuk Mitra Industri
KKMI Indramayu, dan 2 Asosiasi Pengusaha Kerupuk Indramayu APKI. Koperasi Kerupuk Mitra Industri KKMI Indramayu dibentuk pada tahun
2006 dan Asosiasi Pengusaha Kerupuk Indramayu APKI dibentuk pada tahun 2011, dengan dukungan pemerintah daerah. KKMI dan APKI berfungsi sebagai
wadah yang dapat memfasilitasi anggotanya untuk pembinaan teknologi produksi, kebutuhan bahan baku kerupuk, keperluan rumah tangga, dan lain-lain.
Pembentukan koperasi dan asosiasi tersebut, bertujuan juga agar terjalin kerja sama yang baik antar sesama UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan
udang di Indramayu. Koperasi dan asosiasi yang ada saat ini, belum bekerja secara optimal
sebagaimana yang diharapkan dan belum memiliki peran yang sungguh-sungguh terhadap pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang
141
di Indramayu. Selain itu, koperasi dan asosiasi sejauh ini juga belum mampu memberikan manfaat ekonomi atau kesejahteraan bagi para anggotanya.
Adapun kendala dan permasalahan yang menyebabkan rendahnya kinerja dan belum berperannya koperasi dan asosiasi adalah:
- Kualitas SDM pengurus dan pengelola koperasi dan asosiasi sebagian besar
masih rendah -
Lemahnya manajemen -
Kurangnya permodalan -
Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti penting koperasi dan asosiasi -
Adanya kegiatan koperasi dan asosiasi yang memanfaatkan program bantuan atau dukungan pemerintah terhadap keberadaan koperasi dan asosiasi bagi
kepentingan pribadi pemburu rente Pada umumnya kualitas SDM pengurus dan pengelola Koperasi Kerupuk
Mitra Industri KKMI Indramayu dan Asosiasi Pengusaha Kerupuk Indramayu APKI tidak memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang
memadai, baik dalam hal manajemen dan organisasi maupun dalam hal teknis dan bisnis pengolahan kerupuk ikan dan udang, serta perdaganganpemasaran produk.
Selain kelemahan teknis manajemen sering kali para pengurus dan pengelola koperasi dan asosiasi juga dilanda penyakit moral, kerja malas, tidak kreatif dan
produktif, tetapi korupsi rent seeking. Dengan kondisi kualitas SDM pengurus dan pengelola koperasi dan asosiasi semacam ini, sangat dikhawatirkan koperasi
dan asosiasi akan mengalami rugi melulu cost center atau kalaupun survive, jalannya terengah-engah. Kenyataan yang terjadi, bagaimana koperasi dan
asoisasi dapat mensejahterakan para anggotanya kalau dirinya sendiri harus dirawat jalan.
Kendala berikutnya yang sangat menghambat kinerja dan peran koperasi dan asosiasi, meskipun seolah-olah klise, adalah minimnya permodalan. Sebuah
koperasi dan asosiasi yang berhasil, adalah koperasi dan asosiasi yang dapat memasok segenap faktor produksi production inputs untuk keperluan
pengolahan kerupuk ikan dan udang secara kontinu dan harga relatif lebih murah atau paling tidak sama dengan harga pasar. Selain itu, koperasi dan asosiasi yang
berhasil juga dapat membeli hasil produksi kerupuk ikan dan udang UKM dengan
142
harga bersaing setiap saat. Hal ini memerlukan kemampuan untuk menangani handling, mengolah processing, dan memasarkan marketing produk kerupuk
ikan dan udang. Koperasi dan asosiasi yang berhasil juga mampu melaksanakan fungsi simpan-pinjam bagi para anggotanya yang saling menguntungkan,
sehingga UKM terbebas dari jeratan para pengijon dan tengkulak. Koperasi dan asosiasi yang ada saat ini belum mampu membayar tunai hasil
produksi yang dijual melalui koperasi dan asosiasi, sehingga UKM akhirnya lebih senang menjual hasil produksinya sendiri kepada para agen, pedagang atau
konsumen akhir. Alasannya sederhana, karena koperasi dan asosiasi tidak memiliki modal yang mencukupi untuk membayar tunai hasil produksi UKM.
Perilaku ingin meraup untung sebesar-besarnya tanpa mengindahkan nasib UKM rent seeking behavior, para pengusaha skala usaha menengah atau skala
usaha besar di wilayah dimana koperasi dan asosiasi berada juga seringkali mematikan kinerja koperasi dan asosiasi. Prakteknya, para pengusaha nakal
menjual seluruh kebutuhan pengolahan kerupuk ikan, tepung tapioka, gula, minyak, dan lain-lain lebih murah dari pada yang selama ini disediakan oleh
koperasi dan asosiasi. Praktek semacam ini dilakukan oleh para pengusaha nakal sampai koperasi dan asosiasi tidak mampu bersaing lagi.
Masyarakat dan UKM sampai saat ini kebanyakan belum sadar atau tidak memahami, bahwa jika koperasi dan asosiasi dijalankan dengan benar,
sesungguhnya mampu meningkatkan posisi tawar mereka dan meningkatkan kesejahteraannya. Kurangnya pemahaman dan kesadaran sebagian besar
masyarakat dan UKM tentang arti penting dan peran strategis koperasi dan asosiasi bagi kesejahteraan hidup mereka kemungkinan besar disebabkan oleh
kurangnya sosialisasi dan citra buruk koperasi dan asosiasi itu sendiri. Koperasi dan asosiasi dalam pengembangannya belum merefleksikan tujuan
bersama anggota, hal inilah yang kurang diperhatikan. Koperasi dan asosiasi yang seharusnya berdiri karena kepentingan bersama anggotanya akhirnya berdiri
karena program pemerintah, sehingga keberlangsungannya tidak lama. Selanjutnya dengan paradigma pengembangan koperasi dan asosiasi tersebut,
akan mati suri dan baru muncul lagi jika ada program bantuan atau dukungan pemerintah. Ironisnya yang terjadi, koperasi dan asosiasi memanfaatkan program
143
bantuan atau dukungan pemerintah terhadap keberadaan koperasi dan asosiasi bagi kepentingan pribadi pemburu rente.
Berdasarkan situasi problematik di atas, di bawah ini diuraikan mengenai pendapat aktor tentang permasalahan tataran meso dalam pengembangan UKM
sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu Tabel 17.
Tabel 17 Pendapat aktor tentang permasalahan dalam tataran meso
TATARAN MAKRO
Pemerintah Pusat Daerah
TATARAN MESO
Koperasi Asosiasi
TATARAN MIKRO
Pelaku UsahaUKM
Koperasi dan asosiasi yang telah ada perlu meningkatkan
kinerja dan perannya bagi UKM antara lain dalam
pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat
dibutuhkan untuk pengembangan usaha bagi
kamianggotanya
Seharusnya koperasi dan asosiasi bersama-sama
mendukung pengembangan UKM, jangan hanya
mengusulkan proposal untuk mendapatkan anggaran dan atau
mencari keuntungan pribadi
Koperasi dan asosiasi yang terbentuk agar benar-benar
serius bertanggung jawab terhadap kegiatandana yang
diberikan pemerintah, sehingga didapat output dan outcome
yang jelas dapat meningkatkan pengembangan UKM
Koperasi Kerupuk Mitra Industri KKMI dan Asosiasi Pengusaha Kerupuk Indramayu
APKI berfungsi sebagai wadah yang dapat memfasilitasi anggotanya untuk pembinaan
teknologi produksi, kebutuhan bahan baku, keperluan rumah tangga, dll
KKMI dibentuk pada tahun 2006 dan APKI dibentuk pada tahun 2011 dengan dukungan
pemerintah daerah. Saat ini keanggotaan APKI wajib bagi seluruh pemilik usaha kerupuk,
sedangkan kenggotaan KKMI tidak diwajibkan
Kurangnya pemahaman tentang koperasi sebagai badan usaha yang memiliki struktur
kelembagaan dan insentif yang unikkhas dibandingkan badan usaha lainnya
Kurang memasyarakatnya informasi tentang praktek-praktek berkoperasi yang benar telah
menyebabkan rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi
KKMI dan APKI mengharap agar pemerintah pusat dan daerah mendukung penuh program,
kegiatan, dan anggaran yang diusulkan dalam rangka pengembangan UKM
Secara internal, hampir semua UKM memiliki ikatan antar unit usaha disebabkan oleh
hubungan kekerabatankeluarga maupun sub kontrak. Bentuk kerja sama ini merupakan
jejaring bisnis yang memiliki ikatan sosial yang kuat karena persamaan model produk
Koperasi dan asosiasi yang ada saat ini,
harusnya lebih meningkatkan kinerja
dan perannya secara sungguh-sungguh
untuk anggota
Koperasi yang ada sekarang harusnya
milik bersama, bukannya milikmodal
seseorang.. kok seperti perusahaan sendiri
Harusnya koperasi dan asosiasi yang bantu
memasarkan produik kerupuk kami.
Tataran Mikro
Pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu pada tataran mikro, meliputi pelaku usahaUKM. UKM sentra industri
pengolahan kerupuk ikan dan udang di Desa Kenanga Blok Dukuh, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat sebanyak 34 unit
pengolahan ikan UPI yang terdiri dari 26 UPI skala usaha kecil dan 8 UPI skala usaha menengah.
144
Jumlah tenaga kerja yang terlibat di UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, pada setiap UPI bervariasi tergantung
besar atau kecil usahanya. UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu rata-rata mempekerjakan sekitar 25-125 orang tenaga kerja
per UPI yang dapat menghasilkan kerupuk ikan dan udang sebanyak ± 15-75 tonbulan UPI.
Secara umum ada dua kelompok pekerja, pertama pekerja tetap yang digaji berdasarkan keterampilan dan kecakapan yang dimiliki dengan upah kerja Rp100
000 sampai dengan Rp200 000 per hari. Kedua, pekerja borongan yang dikontrak meskipun secara informal, berdasarkan jenis pekerjaan dan jumlah pekerjaan yang
harus diselesaikan terkadang diperlukan jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau pada musim kemarau dimana proses produksi meningkat dengan
upah kerja Rp25 000 sampai dengan Rp30 000 per hari atau dibayarkan menurut jumlah barang yang dihasilkan oleh masing-masing pekerja.
Adapun kendala dan permasalahan yang menyebabkan rendahnya kualitas SDM pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di
Indramayu adalah: -
Tingkat pendidikan tenaga kerjaSDM rendah -
Tidak memiliki keahlianketerampilan khusus di bidangnya -
Tidak tersedianya dana khusus untuk kegiatan pelatihan, mengikuti seminar, studi banding, dan lain-lain
- Fasilitasi program bantuan atau dukungan pemerintah untuk peningkatan
keterampilan SDM tidak tepat sasaran Tenaga kerja yang umumnya terlibat dalam UPI kerupuk ikan dan udang di
Indramayu, berasal dari daerah sekitar lokasi UPI ada ikatan keluarga atau tetangga. Dimana tenaga kerja yang digunakan di UKM sentra industri
pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu umumnya tidak mempunyai keahlian khusus, dimana pemilik usaha menempatkan tenaga kerja pria dan wanita
pada semua tahap pembuatan kecuali di bagian produksi khusus tenaga pria. Tingkat pendidikan tenaga kerja pada UKM sentra industri pengolahan
kerupuk ikan dan udang di Indramayu umumnya sekolah dasar SD sampai sekolah menengah pertama SMP. Pemilik usaha tidak menentukan adanya
145
spesifikasi pekerjaan tertentu yang harus sesuai dengan tingkat pendidikan, tetapi kebanyakan tenaga kerja bagian non produksi berpendidikan SMP dan tenaga
kerja bagian produksi berpendidikan SD. Pelaksanaan kegiatan fasilitasi program bantuandukungan pemerintah pusat
dan daerah kepada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu untuk peningkatan keterampilan UKM kurang tepat sasaran, dimana
perserta yang mengikuti kegiatan umumnya dihadiri oleh pemilik usaha. Dampaknya, dengan keterbatasan waktu seringkali pemilik usaha yang mengikuti
program pemerintah tersebut tidak meneruskan materipengetahuan yang didapatkan kepada tenaga kerjaSDM nya. Ditambah lagi, pemilik usaha tidak
pernah memiliki dana khusus untuk kegiatan pelatihan, seminar, studi banding, dan lain-lain.
Penerapan tata cara proses produksi makanan yang baik yaitu GMP good manufacturing practices
, SSOP sanitation standard operational procedure, sop standard operational procedure, dan sistem pendukung lainnya pada UKM
sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu belum dilakukan secara utuh. Umumnya masih banyak dijumpai pada sentra pengolahan kerupuk
Gambar 40, antara lain 1 penyiangan ikan di lantai yang bercampur dengan sisa buangan berupa isi perut, darah, kepala, dan lain-lain, 2 penjemuran kerupuk
yang diletakkan di atas tampah pada lahan terbukatanah lapang atau sekitar bahu jalan pinggir jalan raya, 3 banyaknya tumpahan teriguadonan di tempat
pencetakan adonan. Kondisi tersebut adalah akibat tidak adanya prosedur standar yang diberlakukan pada UKM sentra pengolahan kerupuk ikan dan udang di
Indramayu.
Penyiangan ikan di lantai Tempat proses produksi yang tidak hygienis
146
Penjemuran kerupuk di lantai Peralatan yang digunakan kurang hygienis
Gambar 40 Kondisi pada UKM sentra di Indramayu yang belum sesuai standar.
UKM sentra industri kerupuk ikan dan udang di Indramayu kebanyakan merupakan skala usaha kecil dan menengah. Industri kerupuk jika tidak ditangani
dengan baik juga mempunyai potensi untuk merusak lingkungan. Penggunaan air pada saat pencucian bahan baku ikan biasanya langsung di buang ke saluran air
Gambar 41. Air ini mengandung darah ikan dan sisa-sisa pemotongan ikan. Lama kelamaan, air pencucian ini mengakibatkan bau tidak sedap keluar dari parit
di sekitar lingkungan UPI. Lingkungan UPI berdekatan dengan rumah penduduk, sehingga jika tidak ditangani dengan baik akan berakibat tidak baik pada kualitas
kesehatan karyawanpekerja pada khususnya dan kualitas kesehatan penduduk di sekitar UPI pada umumnya.
Gambar 41 Air bekas pencucian ikan yang di buang ke paritgot.
Sebagian besar warga masyarakat yang berdomisili di sekitar sentra industri pengolahan kerupuk selama ini merasa terganggu oleh tajamnya bau limbah, dan
147
sangat menyesakkan pernafasan serta mengakibatkan sebagian kulit warga mengalami gatal-gatal akibat rembesannya ke sumur warga. Permasalahan ini
sudah berlangsung cukup lama, dan pemerintah sudah pernah melakukan upaya penanganan limbah dengan memasang saluran pipa untuk menyaring limbah.
Sayangnya, pipa yang sudah terpasang bertahun-tahun tersebut belum terselesaikan. Sampai saat ini, dari pemerintah belum ada tindakan dan upaya lain
lagi untuk menangani limbah tersebut. Akibat permasalahan limbah tersebut, mengakibatkan kekhawatiran akan
bepengaruh pada perusahaan kerupuk. Bisa jadi lama kelamaan, akhirnya perusahaan ditutup dan tidak berkembang. Selain itu citra perusahaan akan buruk,
jika ada tamu luar yang datang berkunjung ke sentra industri pengolahan kerupuk akibat bau yang tidak sedap dan sangat mengganggu tersebut.
Sumber daya keuangan per unit pengolahan pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu rata-rata memiliki yaitu:
- Pada unit skala usaha kecil rata-rata memiliki aset sebesar 500 juta rupiah
sampai dengan 1 milyar rupiah, terdiri dari aset bangunan sebesar 200 juta rupiah sampai dengan 500 juta rupiah dan aset lahan sebesar 300 juta rupiah
sampai dengan 500 juta rupiah. Dengan modal usaha 5 juta rupiah sampai dengan 30 juta rupiah, mendapatkan keuntungan rata-rata 500 ribu rupiah
sampai dengan 3 juta rupiah per hari. -
Pada unit skala usaha menengah rata-rata memiliki aset sebesar 3 milyar rupiah, terdiri dari aset bangunan sebesar 1 milyar rupiah dan aset lahan
sebesar 2 milyar rupiah. Dengan modal usaha sebesar 30 juta rupiah sampai dengan 50 juta rupiah, mendapatkan keuntungan rata-rata 3 juta rupiah sampai
dengan 5 juta rupiah per hari. Kebutuhan modal usaha pembuatan kerupuk ikan dan udang di Indramayu
dapat dicukupi dengan modal sendiri ataupun sebagian dapat dipenuhi dengan pinjaman dari sumber-sumber formal atau informal. Semakin meningkatnya harga
bahan baku ikan dan permintaan kerupuk ikan dan udang saat ini, menjadi kendala bagi pengusaha kerupuk di Indramayu terkait dengan keterbatasan modal usaha.
148
Adapun kendala dan permasalahan yang menyebabkan keterbatasan modal usaha pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di
Indramayu adalah: -
Sulit mendapatkan alokasi dana pinjamankredit yang lebih besar dari lembaga perbankan dengan persyaratan kredit yang mudah serta suku bunga yang
rendah -
Belum berperannya secara optimal tenaga pendampingan atau konsultan keuangan mitra bank KKMB bagi UKM
Permasalahan modal masih menjadi masalah pokok bagi UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, dimana banyak pelaku
usahaUKM di Indramayu yang masih sulit mendapatkan alokasi dana kredit yang lebih besar dari lembaga perbankan, dengan persyaratan kredit yang mudah serta
suku bunga yang rendah. Hal ini mengakibatkan, UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu hanya berproduksi kerupuk ikan dan udang
dalam jumlah pesanan yang terbatas. Pemerintah telah menyediakan dana kredit untuk modal usaha bagi UKM,
salah satunya adalah kredit usaha rakyat KUR. KUR merupakan kredit untuk UKM yang feasible namun belum bankable. Kredit ini jumlahnya hingga Rp 500
juta yang diberikan oleh bank BUMN dan Bank Pembangunan Daerah BPD yang didukung dengan penjaminan kredit dari PT. Asuransi Kedit Indonesia
Askrindo dan PT. Sarana Pengembangan Usaha SPU. KUR mensyaratkan bahwa agunan pokok kredit adalah proyek yang
dibiayai. Namun, karena agunan tambahan yang dimiliki oleh UKM pada umumnya kurang, maka sebagian dicover dengan program penjaminan. Besarnya
coverage penjaminan maksimal 70 dari plafond kredit. Sumber dana KUR
sepenuhnya berasal dari dana komersial bank. Masalahnya, tidak semua dana yang disalurkan kepada UKM itu
dikembalikan lagi kepada BUMN pembina untuk dijadikan dana bergulir. Banyak UKM yang tidak lancar mengembalikan dana bergulir alias berkategori kredit
macet. Kredit macet ini membuat BUMN membuat pagar dengan menerapkan agunan kepada UKM yang akan diberi kredit. Padahal dalam Peraturan Menteri
Negara BUMN No. Per-05MBU2007 tentang PKBL, tidak ada satupun kata atau
149
kalimat tentang agunan. Tidak adanya aturan tersebut membuat persyaratan agunan tiap BUMN berbeda-beda.
Salah satu bentuk kepedulian pemerintah adalah membentuk kelembagaan konsultan keuangan mitra bank KKMB sektor kelautan dan perikanan. Sejak
tahun 2003 Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP telah mengembangkan program pemberdayaan KKMB untuk sektor kelautan dan perikanan yaitu dengan
melatih orang per orang yang selama ini memiliki kepedulian dan bersinggungan langsung dengan usaha sektor kelautan dan perikanan. Selanjutnya tahun 2009
Bank Indonesia BI dan KKP membuat perjanjian kerja sama tentang pengembangan KKMB dan penyusunan buku pola pembiayaan produkjasa
bidang kelautan dan perikanan. Kelembagaan ini diharapkan menjembatani kesenjangan antar UMKM kelautan dan perikanan dengan pihak perbankan.
Selain itu, diharapkan menjadi sumber informasi bagi UMKM tentang produk- produk skim-skim kredit yang lebih mudah dan luwes.
Pangsa pembiayaan perbankan kepada UMKM sektor pertanian termasuk sub-sektor perikanan sampai tahun 2009 baru mencapai 3.3 persen dari total
pembiayaan perbankan kepada UMKM yang mencapai Rp 700.8 triliun Juni 2009. Pemberdayaan KKMB bidang kelautan dan perikanan yang dilakukan
dalam kerjasama ini akan menjembatani hubungan yang saling menguntungkan antara UMKM dan bank BI 2009.
Dalam perkembangannya, meskipun keberadaan KKMB sudah ada beberapa tahun yang lalu namun perannya dapat dikatakan belum cukup menggembirakan.
Salah satu penyebabnya adalah kegiatan pendampingan terhadap UMKM sering kali masih dilihat sebagai bisnis sosial. Keberadaan tenaga pendamping yang
bersifat sosial ini menghadapi masalah dalam hal keberlanjutannya. Hal tersebut disebabkan keberadaan mereka lebih dikarenakan adanya proyek yang sedang
dijalankan oleh pemerintah sehingga bila proyek tersebut berakhir maka berakhir pula kegiatan pendampingannya. Padahal di sisi lain potensi UMKM yang belum
digarap oleh perbankan masih tinggi. Tidak hanya itu, UMKM tersebut juga masih membutuhkan tenaga pendamping sebagai jembatan mereka untuk bisa
akses kepada perbankan.
150
Adanya kebutuhan akan KKMB dan kendala pembiayaan kepada mereka mendorong pemikiran agar kegiatan pendampingan tersebut dikelola secara
profesional. Setiap kegiatan pendampingan yang diterima oleh UMKM, maka tenaga pendamping akan memperoleh sejumlah fee dari UMKM atau perbankan
yang menggunakan jasa mereka. Fee inilah yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pendampingan. Dalam rangka meningkatkan profesionalitas
tenaga pendamping agar mampu berhubungan dengan perbankan maka diperlukan penambahan kompetensi terutama di aspek keuangan.
Bahan baku utama dalam pembuatan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, yang digunakan umumnya adalah ikan remang dan udang api-api Gambar 42.
Selanjutnya dalam pembuatan kerupuk ikan dan udang, penyediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan kegiatan
usaha produksinya. Pengendalian persediaan bahan baku, akan menentukan apakah perusahaan tersebut mampu terus beroperasi atau tidak. Keberlangsungan
persediaan juga akan menentukan tingkat keuntungan perusahaan.
Ikan remang Udang api-api Gambar 42 Bahan baku ikan dan udang dalam pembuatan kerupuk di Indramayu.
Manajemen pengendalian bertujuan untuk memenuhi permintaan. Manajemen persediaan bahan baku akan efektif apabila persediaan bahan baku
terlaksana dengan optimal, dengan biaya minimal tanpa mengganggu jalannya usaha produksi, sehingga terjadi penghematan biaya produksi, peningkatan
keuntungan dan kinerja perusahaan.
151
Adapun kendala dan permasalahan yang menyebabkan keterbatasan bahan baku pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu
adalah: -
Sulit mendapatkan ikan dalam jumlah yang banyak karena tergantung dari hasil melaut nelayan, sehingga harga ikan sulit terkontol
- Bahan baku ikan tidak tahan lama disimpan dalam cool boxwadah
penyimpanan, sehingga harus segera diproses -
Tidak tersedianya modal pada saat harga ikan naik atau saat pesanan bahan baku ikan datang
- Tidak ada kerja samaMOU yang jelas dan tertulis antara pemasok bahan baku
dengan pelaku usahaUKM, sehingga posisi UKM lemah ketika harga ikan naik atau jumlah bahan baku sedikit
Saat ini kesulitan bahan baku ikan terjadi pada UKM sentra industri pengolahan ikan dan udang di indramayu ketika pasokan ikan menurun, sehingga
menyebabkan harga ikan naik yang tidak terkontrol. Pengusaha kerupuk ikan dan udang disisi lain tidak dapat menaikkan harga sesuai dengan kenaikan harga
bahan bakunya, karena tidak dapat mempengaruhi harga kerupuk ikan dan udang di pasar. Kondisi lain yang sering terjadi yaitu tidak tersedianya modal pada saat
harga ikan naik atau saat pesanan bahan baku ikan datang, sehingga menyebabkan proses produksi terganggu yang pada akhirnya dapat mengakibatkan proses
produksi terhenti sama sekali. Unit usaha kecil dan menengah sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan
udang di Indramayu, belum mempunyai manajemen atau pengelolaan bahan baku yang baik. Kesalahan dalam jumlah dan waktu pemesanan bahan baku yang
dilakukan, menimbulkan pemborosan biaya persediaan bahan baku. Hal inilah yang menyebabkan beberapa UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan
udang di Indramayu mengurangi pemesananpermintaan jumlah pembeli. Ditambah lagi, tidak adanya kerja sama dalam bentuk MOU yang jelas dan tertulis
dalam pemenuhan bahan baku ikan antara pemasok dan UKM, sehingga posisi UKM lemah ketika harga ikan naik atau jumlah bahan baku sedikit.
Pemasaran produk kerupuk ikan dan udang UKM sentra pengolahan di Indramayu, pada umumnya adalah pasar lokal dan belum menembus pasar global
152
atau ekspor. Selain menggunakan pasar tradisional dalam memasarkan produk- produk kerupuk, beberapa unit usaha menggunakan strategi menjual produk
secara langsung kepada konsumen dengan menyediakan ruang kecilsejenis toko oleh-oleh di bagian depan bangunan unit usahanya Gambar 43, menggunakan
papan reklame, memanfaatkan perayaan tahunan di wilayah Indramayu seperti pasar malam, pameran produk, dan lain-lain, melalui media internet dan surat
kabar Gambar 44, TV, radio, majalah, dan lain-lain.
Gambar 43 Toko kecil untuk menjual produk, terletak di depan bangunan UPI.
Minggu, 15 April 2012 | 09:26 WIB Yusuf Zainal, Raja Kerupuk dari Indramayu 1
Rabu, 25 Maret 2009 | 09:46 WIB
KOMPASSIWI YUNITA CAHYANINGRUM Industri kerupuk di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa
Barat. KOMPAS.com
— Jangan anggap enteng profesi perajin kerupuk. Kisah sukses Yusuf Zainal Abidin membuktikan bahwa keuntungan dari bisnis kerupuk tak seenteng produk kerupuk.
Berkat usahanya yang tak kenal lelah, pengusaha kerupuk asal Indramayu ini mampu menangguk omzet ratusan juta rupiah setiap bulan.
a tak lebih sekadar mendapat limpahan rahmat dari Yang Maha Esa. Namun, di balik kenikmatan itu, alumni Sekolah Menengah Ekonomi Atas SMEA Negeri Indramayu ini
sempat memendam kekecewaan mendalam. Anastasia Lilin YuliantinaKontan Sumber :
Share
Index Berita Info Kita Surat Pembaca Berita Duka Seremonia DKK Matahati Tanah Air Kompas Kita Kompas AR Kompas Dakode
http:kerupuk-kapalemas.blogspot.com Kerupuk Indramayu Kapal Emas
PERUSAHAAN KERUPUK PERAHU KENCANA
Jl.Perindustrian No.20 Dukuh Ds.Kenanga Kec.Sindang Indramayu Untuk Pemesanan Hubungi: - 081326327008
- 085692332222 Email: - kapalemas2222gmail.com
- kapalemasrocketmail.com Diposkan oleh Ade Rudi di 05:49 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThisBerbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Gambar 44 Promosi dan iklan di media internet.
Salah satu perusahaan kerupuk Kelapa Gading di Indramayu yang sudah berjalan selama 18 tahun sejak tahun 1994, mengalami perkembangan usaha yang
cukup signifikan yang ditandai dengan peningkatan produksi dan omset yang terus meningkat setiap tahun. Saat ini perusahaan kerupuk Kelapa Gading, telah
153
menghasilkan sebanyak 60-70 ton kerupukbulan dengan wilayah pemasaran yang semakin luas.
Pemasaran produk selain dijual langsung kepada konsumen, juga memasarkan produk melalui agen dan pedagang di wilayah Indramayu. Selain itu,
juga dipasarkan ke wilayah Cirebon, Bandung, Yogyakarta, Solo, Sidoarjo, Surabaya, DKI Jakarta, Medan, dan kota-kota di Sulawesi, serta ekspor melalui
Jawa Timur. Perusahaan Sri Tanjung salah satu pengolah kerupuk ikan dan udang di
Indramayu, dengan produksi sebanyak ± 51 ton per bulan. Pemasaran hasil kerupuk, dilakukan ke Sidoarjo dengan jumlah pengiriman 5 ton per minggu atau
20 ton per bulan, Jakarta 10 ton per bulan, Bogor 10 ton per bulan, Bandung 5 ton per bulan, dan pengecer di Jakarta, Purwakarta, dan Cirebon sebanyak 5 ton per
bulan, dan Indramayu 1 ton per bulan. Pengiriman produk ke Sidoarjo, dilakukan dengan menggunakan truk kosong dari Jawa Timur yang selesai mengantar
barang ke Indramayu. Berdasarkan situasi problematik di atas, di bawah ini diuraikan mengenai
pendapat aktor tentang permasalahan tataran mikro dalam pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu Tabel 18.
Tabel 18 Pendapat aktor tentang permasalahan dalam tataran mikro
TATARAN MAKRO
Pemerintah Pusat Daerah
TATARAN MESO
Koperasi Asosiasi
TATARAN MIKRO
Pelaku UsahaUKM
1 2
3
Beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah bagi UKM untuk
mendapatkan kredit modal usaha yaitu melalui KKMB, pembiayaan
modal ventura, dll
Tidak ada masalah pada ketersediaan bahan baku untuk pembuatan
kerupuk ikan dan udang, baik untuk bahan baku ikan, udang, tepung
tapioka, dll tetapi kondisi yang sering terjadi yaitu tidak tersedianya
modaldana di UKM pada saat harga bahan baku naik atau saat pesanan
bahan baku datang
Pemerintah sudah banyak membantu dalam permasalahan bahan baku ikan
dan udang, antara lain pemberian modal usahakredit tanpa bungasuku
bunga rendah, pemberian cool box, pembangunan cold storage, dll
Adanya anggapan UKM sering dinilai tidak layak
untuk menjadi nasabah bank komersial yang berorientasi
pada profit, karena umumnya UKM tidak memiliki agunan
yang cukup untuk menjamin sejumlah kredit yang
dibutuhkan
KKMI memfasilitasi anggotanya mendapat-kan
bahan baku ikan, tepung, gula, dll dan atau membantu
memberikan pinjaman modal untuk UKM membeli bahan
baku, dengan tempo pembayaran 1 satu bulan.
Jika pembayaran lunas sebelum 1 satu bulan maka
dapat discount, tetapi kalau lewat 1 satu bulan kena
bunga Bank tidak layak menjadi lembaga
perkreditan untuk UKM, karena UKM sulit mendapatkan pinjaman modal melalui
bank yang tanpa agunan Kalaupun ada lembaga permodalan
memberikan pinjaman kepada UKM, besaran pinjaman kecil sekali
Semakin lama sulit mendapatkan bahan baku ikan remang dalam jumlah yang
banyak karena tergantung dari hasil melaut nelayan sehingga harga ikan naik yang
tidak terkontrol. Pada saat ketersediaan bahan baku terbatas, maka kami hanya
berproduksi kerupuk dalam jumlah sedikitterbatas atau bahkan sama sekali
tidak berproduksi
154
1 2
3
Seharusnya asosiasi dan koperasi yang terbentuk, dapat memfasilitasi
atau membantu UKM dalam kemudahan mendapatkan bahan baku
tersebut
Pemenuhan bahan baku ikan tertentu, seharusnya UKM mencoba dengan
menggunakan jenis ikan lain, sehingga keberlangsungan produksi
dapat kontinyu
Untuk pemenuhan bahan baku, agar UKM menjalin kerja sama dengan
pemasok bahan baku, sesama UKM di sentra, usaha besar, dll
Pemerintah sudah seringkali memberikan pelatihan keterampilan,
GMPSSOP, manajemen, dll dan studi banding ke lokasi UKM sejenis
yang telah maju dan berkembang atau pengolahan kerupuk skala besar,
tetapi pemilik usaha belum dapat mengembangkan keahlian
karyawannya dengan baik akibatnya hasil produk kerupuk belum
memiliki daya saing
Pada saat pelatihan, seringkali SDM yang dikirim adalah pemilik usaha
sehingga SDM produksitenaga kerja lainnya tetap tidak memiliki
keterampilan APKI selaku koordinator cold
storage belum dapat mengoperasionalkan, karena
masih mengharap bantuan pemerintah daerah untuk
menguji coba alat tersebut
Tenaga kerja yang digunakan umumnya tidak mempunyai
keahlian khusus, sehingga tenaga kerja pria dan wanita
dapat dipekerjakan pada semua tahap pembuatan
kerupuk. Akibatnya SDM tidak mempunyai keahlian
khusus, akan menghasilkan produk kerupuk yang tidak
berkualitas
Kembali kepada masing- masing pelaku usahaUKM,
mau gak berusaha meningkatkan keterampilan
tenaga kerjanya
Kalau kondisi hasil produksi begini terus tidak ada
peningkatan kualitasmutu, saya rasa produk UKM
Indramayu sulit untuk memenuhi pasar luar
negeriekspor Sudah lama kami tidak membuat kerupuk
berbahan baku utama udang api-api melainkan penyedap rasa udang, karena
bahan baku utama udang api-api selain harganya mahal juga sudah tidak lagi
ditemukan di perairan Indramayu. Jadi kami membuat kerupuk udang dengan
bahan baku udang, apabila ada pesanan khusus dari konsumen
Sekarang kami dapat ikan remang dari pemasok bahan baku ikan di daerah
Batang, Juana, Rembang, Banjarmasin, Palembang. Harga Ikan remang naik terus,
yang sebelumnya harga Rp 15.000,-kg sekarang sudah mencapai Rp 20.000kg
Persaingan mendapatkan ikan remang di TPI Karangsong sangat ketat, saat ini
banyak dikuasai oleh eksportir dari Surabaya, Jakarta, dll. Untuk itu,
pemerintah harus turun tangan membantu UKM, melalui pelaranganpembatasan
eksportir tersebut mendapatkan ikan remang
Bahan baku ikan remang tidak tahan lama disimpan dalam cool box wadah
penyimpanan sehingga harus segera diproses
Jumlah tenaga kerja kami rata-rata sebanyak 85-125 orangUPI dengan tingkat
pendidikan umumnya sekolah dasar.Susah sekali saya mencari orang yang nantinya
bertanggungjawab penuh mulai proses produksi, sampai selesai semua pekerjaan.
SDM Indramayu susah dikasih tanggungjawab, beda dengan SDM di Jawa
Timur
Tidak adaterbatasnya dana, sehingga kami tidak dapat mengadakanmengikuti
kegiatan pelatihan keterampilan, GMP SSOP, manajemen, dllSetelah mengikuti
pelatihan, kami belumtidak sempat mengimplementasikan atau melatih
karyawan karena banyaknya kesibukan dan jadwal kegiatan
Sehubungan keterbatasan dana, maka rasanya beban berat kami jika harus
mengikuti semua aturanstandar dalam GMPSSOP
Daripada untuk merubah bangunan sesuai dengan SOP, mendingan tuk modal usaha
Berdasarkan pengungkapan situasi masalah tersebut di atas, menunjukkan hasil pengumpulan berbagai macam informasi yang berkaitan dengan situasi
problematik melalui data primer dan sekunder yang merupakan situasi masalah yang tak terstruktur unstructured problem. Hasil dari pengumpulan dan
155
interpretasi informasi akan memberi gambaran mengenai situasi problematik pada konteks penelitian.
Langkah selanjutnya adalah menyusun gagasan mengenai situasi problematik secara sistematis berdasarkan informasi yang diperoleh. Masalah
dilihat dari berbagai sudut padang aktor dari tiga tingkat tataran kelembagaan, baik identitas pemangku kepentingan atau masalah, konflik, inspirasi,
kepercayaan, sikap, kebiasaan dan hubungan antar manusia formal dan informal yang terjadi pada saat itu dalam situasi tersebut. Selanjutnya, situasi masalah yang
tak terstruktur unstructured problem tersebut diurai permasalahannya sehingga menjadi structured problems melalui rich picture.
Hasil kajian di lapangan didapatkan adanya situasi problematik yaitu
rendahnya daya saing pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu
. Berikut hasil penyusunan gagasan mengenai situasi problematik yang diperoleh dari para aktor pada tiga tingkat tataran kelembagaan.
Pada tataran makro
, pemerintah yang menurut Nee 2003 menunjukkan besarnya peran state regulation dan market mechanism dalam menjamin
tercapainya daya saing UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu. Pada level institutional environment, terdapat pemerintah pusat
Kementerian Kelautan dan Perikanan dan pemerintah daerah Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Indramayu belum serius dalam mendukung pengembangan UKM, pasalnya program dan kegiatan dalam APBN dan APBD untuk pembinaan UKM masih
bersifat hit and run bahkan cenderung hanya membuang anggaran saja. Selain itu program dan kegiatan dari APBN dan APBD belum sepenuhnya
berasal dari usulan aspirasi masyarakat, sehingga bantuan pelatihan, saran dan prasarana, banyak yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pelaku usahaUKM.
Ditambah lagi, program dan kegiatan masih terpecah-pecah akibat banyaknya kementerianlembaga yang mempunyai program untuk UKM. Dampaknya, terjadi
tumpang tindih pengelolaan dan penyaluran program UKM dan penyaluran bantuan untuk UKM pun tidak terfokus dan efektif.
Selanjutnya, pemerintah pusat dan daerah menyampaikan kekecewaanya karena lembaga meso malah menjadi pemburu rente. Pemerintah pusat dan daerah
156
mengharapkan, agar lembaga meso dapat menjadi lembaga yang mandiri. Pemerintah pusat dan daerah mengharapkan agar UKM sentra industri pengolahan
kerupuk ikan dan udang di Indramayu memiliki produk kerupuk ikan dan udang yang dihasilkan dengan ciri khas masing-masing UPI atau sebagai ciri khas
produk kerupuk ikan dan udang Indramayu. Koperasi dan asosiasi di tataran meso dan pelaku usahaUKM pada tataran
mikro, mengharapkan pemerintah pusat dan daerah dalam pemberian pembinaan dan bantuan sarana prasarana agar terfokus dan sesuai dengan kebutuhan atau
usulan dari pelaku usahaUKM sehingga tidak akan ada lagi pembinaan dan bantuan untuk pelaku usahaUKM yang diberikan sia-sia.
Pada tataran meso
, yayasanNGO yang menurut Nee 2003 sebagai organizations: firmnonprofit
menilai mereka harus menjadi lembaga yang dapat memberdayakan usaha mikro, khususnya bagi UKM sentra industri pengolahan
kerupuk ikan dan udang di Indramayu. Pada level production market organizational field
, terdapat lembaga meso yaitu Koperasi Kerupuk Mitra Industri KKMI Indramayu, dan b Asosiasi Pengusaha Kerupuk Indramayu
APKI. Pada umumnya, muncul berbagai keluhan tentang kurangnya jalinan kerja
sama antara koperasi dan asosiasi yang merupakan pengejawantahan tataran meso dengan pemerintah pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan pemerintah
daerah Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Koperasi dan asosiasi pada UKM sentra industri
pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, mengeluhkan kurangnya kemauan politik political will pemerintah pusat dan daerah dalam menjalin
hubungan. Tataran meso menganggap pemerintah pusat dan daerah hanya mendorong
lahirnya koperasi dan asosiasi UKM, namun tidak menjalin kemitraan yang sejajar. Tataran meso menambahkan keluhannya, bahwa sampai saat ini
kebanyakan masyarakat dan UKM kurang memahami dan menyadari tentang arti penting dan peran strategis koperasi dan asosiasi bagi kesejahteraan hidup mereka.
Pelaku usahaUKM pada tataran mikro menyampaikan keluhan karena koperasi UKM yang ada sekarang sudah tidak sesuai dengan ADRT ketika awal
157
koperasi dibentuk. Kondisi saat ini 1 banyak anggota koperasi sekarang bukan UKM pengolah kerupuk ikan dan udang, 2 koperasi dikuasai oleh salah satu
orang pengurus yang memiliki modal kuat, sehingga hampir semua kebijakan keputusan yang diberlakukan berasal dari pemilik modal tersebut, dan 3 belum
mampu membayar tunai hasil produksi yang dijual melalui koperasi dan asosiasi, sehingga UKM akhirnya lebih senang menjual hasil produksinya sendiri kepada
para agen, pedagang atau konsumen akhir. Alasannya sederhana, karena koperasi dan asosiasi tidak memiliki modal yang mencukupi untuk membayar tunai hasil
produksi UKM. Pemerintah pusat dan daerah pada tataran makro, menyoroti bahwa 1
kualitas SDM pengurus dan pengelola koperasi dan asosiasi sebagian besar masih rendah, 2 lemahnya aspek manajemen pada koperasi dan asosiasi, 3 kurangnya
permodalan pada koperasi dan asosiasi, 4 koperasi dan asosiasi belum menjalankan usahanya dengan benar, sehingga belum mampu meningkatkan
posisi tawar mereka dan meningkatkan kesejahteraannya, dan 5 adanya kegiatan koperasi dan asosiasi yang memanfaatkan program bantuan atau dukungan
pemerintah terhadap keberadaan koperasi dan asosiasi bagi kepentingan pribadi pemburu rente.
Pada tataran mikro , pelaku usahaUKM yang menurut Nee 2003 sebagai
social groups menunjukkan adanya decoupling and compliance, serta
embeddedness diantara aktor pelaku usaha. Pelaku usahaUKM menghadapi
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan usaha yang dijalani dan dinamika antar aktor pelaku usahaUKM dalam berwirausaha. Beberapa permasalahan yang
terdapat pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu yaitu 1 Kualitas SDM tingkat pendidikan tenaga kerjaSDM rendah,
dan tidak memiliki keahlianketerampilan khusus di bidangnya, 2 Keterbatasan modal usaha sulit mendapatkan alokasi dana pinjamankredit yang lebih besar
dari lembaga perbankan dengan persyaratan kredit yang mudah serta suku bunga yang rendah, dan belum tersedianya tenaga pendampingan dalam memenuhi
persyaratan dari lembaga perbankan, dan 3 Keterbatasan bahan baku sulit mendapatkan ikan dalam jumlah yang banyak karena tergantung dari hasil melaut
158
nelayan, sehingga harga ikan sulit terkontol, dan bahan baku ikan tidak tahan lama disimpan dalam cool boxwadah penyimpanan sehingga harus segera diproses.
Pada tataran makro, pemerintah pusat dan daerah menyampaikan keluhan bahwa sebenarnya tidak ada masalah dengan bahan baku untuk pembuatan
kerupuk ikan dan udang, tetapi kondisi yang sering terjadi yaitu tidak tersedianya modaldana di UKM pada saat harga bahan baku naik atau saat pesanan bahan
baku datang, dan tidak ada kerja samaMOU yang jelas dan tertulis antara pemasok bahan baku dengan pelaku usahaUKM, sehingga posisi UKM lemah
ketika harga ikan naik atau jumlah bahan baku sedikit. Pada tataran meso, koperasi dan asosiasi menyampaikan saran masukan
kepada pelaku usahaUKM agar 1 fasilitasi program bantuandukungan pemerintah berupa pelatihan, seminar, studi banding, dll untuk peningkatan
keterampilan SDM UKM, sebaiknya yang hadirmengikuti pelatihan adalah karyawan yang bertanggung jawabmembidangi tugas tersebut bukan yang hadir
pemilik usaha. 2 Kalaupun pemilik usaha yang ikut kegiatan peningkatan keterampilan tersebut, maka sebaiknya pemilik usaha menyediakan danaanggaran
khusus untuk mengadakan pelatihanpendidikan atau melakukan studi banding ke lokasi UPI yang sejenis bagi karyawannya.
Berdasarkan structured problems tersebut di atas, berikut gambaran situasi permasalahan rich picture pengembangan UKM sentra industri pengolahan
kerupuk ikan dan udang di Indramayu Gambar 45.
159
UKM Indramayu
Gambar 45 Gambaran situasi permasalahan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu.
Koperasi
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
TATARAN MIKRO
Sulit mendapatkan modal pinjaman bank
Sulit mendapatkan ikanudang dalam jumlah banyak
Harga ikan mahal dan sulit dikontrol
Bahan baku tidak tahan lama disimpan
Pembelian bahan baku harus cash
Tidak tersedia dana banyak pada saat
harga ikan naik
Tidak ada kerja sama yang jelas dan tertulis
SDM tidak mempunyai keahlian khusus
Tidak punya dana khusus untuk
pelatihan
TATARAN MESO
Tataran meso belum berperan optimal dalam pengembangan UKM
Masyarakat dan UKM belum
mengetahui arti penting dan peran strategis koperasi dan asosiasi
SDM dan aspek manajemen rendah
Adanya pemburu rente
TATARAN MAKRO
Program dan kegiatan untuk UKM masih bersifat hit and run
Belum ada organisasi yang secara jelas
bertanggung jawab penuh terhadap pengembangan UKM
Pembinaan secara keseluruhan kurang efisien
efektif karena secara sendiri-sendiri belum dibawah koordinator satu pintu
Usulan program kegiatan masih banyak
berasal dari atas top down bukan berasal dari bawah bottom up
Tataran meso belum mandiri
Tataran meso menjadi pemburu rente
Daya saing pelaku usahaUKM rendah
Asosiasi
INSTITUTIONAL FRAME WORK
Peneliti
Trisna Ningsih Sugeng Hari Wisudo
Martani Huseini Achmad Poernomo
Tri Wiji Nurani
PENGEMBANGAN UKM
S S
M
6 ROOT DEFINITIONs DAN MODEL KONSEPTUAL
Dalam SSM tahap kesatu dan tahap kedua merupakan bagian dari tahap dunia nyata real world. Pada tahap real world ini, peneliti mengungkapkan
permasalahan yang terjadi dan ditemukan di lokasi penelitian. Selanjutnya, masuk ke dalam tahap ketiga dan keempat yaitu tahap berpikir serba sistem system
thinking . Dalam bab ini disajikan dua tahap SSM yaitu hasil tahap tiga: menyusun
root definition, dan hasil tahap empat: menyusun model konseptual.