Perumusan Masalah Pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang dengan pendekatan soft system methodology
14
Peningkatan jumlah produksi perikanan Provinsi Jawa Barat yang terus meningkat ini, merupakan suatu keunggulan tersendiri bagi Provinsi Jawa Barat.
Produksi perikanan Provinsi Jawa Barat berkontribusi untuk produksi nasional, sehingga sejalan dengan visi Kementrian Kelautan dan Perikanan ya
itu “Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015”.
Salah satu daerah potensial di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Indramayu. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2012,
Kabupaten Indramayu sebagai daerah pantai utara Jawa dengan panjang pantai 114 km
2
memiliki potensi yang besar di bidang perikanan, baik itu perikanan budidaya ataupun perikanan tangkap yang didapatkan dari sumber daya lautnya.
Produksi perikanan tangkap Kabupaten Indramayu tahun 2011 sebesar 107 000 ton per tahun atau senilai Rp329 504 279 200.00, sementara untuk total
tambak memiliki luas 22 514.07 ha dengan komoditas unggulan meliputi udang, bandeng, dan rumput laut. Pada tahun 2011 jumlah produksi yang dihasilkan oleh
tambak ini cukup besar, yaitu sebanyak 101 454 ton per tahun. Jumlah produksi ini sendiri meningkat cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2010 dan
2009 yang hanya berproduksi sebanyak 82 149 ton per tahun dan 42 658 ton per tahun.
Selain perikanan tangkap dan tambak, Kabupaten Indramayu juga memiliki potensi kolam dengan komoditas unggulan berupa lele dan gurame dengan
keseluruhan luas lahan sebesar 533.87 ha. Potensi kolam di Kabupaten Indramayu ini, dapat berproduksi sebanyak 51 214.92 ton pada tahun 2011.
Kontribusi produksi perikanan Kabupaten Indramayu pada tahun 2011 sebesar 259 668.92 ton atau 37.1 persen dari total produksi perikanan Provinsi
Jawa Barat Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2012, merupakan produksi tertinggi dari 25 kabupatenkota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Produksi perikanan laut
Provinsi Jawa Barat, sepertiganya berasal dari Kabupaten Indramayu yaitu mencapai 37.2 persen Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu
2012. Pengembangan industri hasil perikanan, merupakan salah satu prioritas
dalam pembangunan nasional di sektor perindustrian. Industri pengolahan hasil perikanan, merupakan salah satu bagian dari agroindustri yang sangat berpeluang
15
memilki daya saing kuat dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Agroindustri hasil perikanan yang sudah berkembang baik dalam skala usaha
besar, menengah maupun skala kecil salah satunya adalah pengolahan kerupuk ikan dan udang.
Ilyas 1979 mengemukakan bahwa pengolahan pada hakikatnya mempunyai fungsi untuk memaksimumkan manfaat hasil tangkapan dan
budidaya, meningkatkan nilai tambah ekonomi dan memperpanjang daya tahan simpanan, serta mendiversifikasikan kegiatan dan komoditas yang dihasilkan
sehingga sangat berpengaruh terhadap keadaan sosial ekonomi nelayan, pembudidaya, maupun pedagangpemasar. Posisi pada sembilan bahan pokok,
olahan ikan juga berperan sangat besar dalam masalah gizi dan kesehatan masyarakat, disamping sumbangannya bagi pendapatan devisa negara.
Kerupuk ikan dan udang merupakan produk agribisnis yang dijadikan sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Indramayu, dan sampai saat ini
masih terus berkembang. Usaha pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu ini termasuk ke dalam skala UKM dan banyak tersebar di wilayah
sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Desa Kenanga Blok Dukuh, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.
UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Desa Kenanga, sebagai salah satu penghasil kerupuk ikan dan udang terbesar di Indramayu. Pada
tahun 2011 menghasilkan total produksi kerupuk ikan dan udang sebesar 1005- 1240 ton per bulan dengan nilai produksi Rp20 milyar-Rp25 milyar per bulan
atau 40-50 ton per hari dengan nilai produksi Rp800 juta-Rp1 milyar per hari yang dihasilkan dari 34 unit usaha pengolahan kerupuk dengan didukung tenaga
kerja sebanyak 1597 orang. Hasil produk UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di
Desa Kenanga, selain dijual langsung kepada konsumen juga dipasarkan melalui agen dan pedagang di wilayah Indramayu, Cirebon, Bandung, Yogyakarta,
Semarang, Solo, Sidoarjo, Surabaya, DKI Jakarta, Medan, Banjarmasin, dan lain- lain. Sayangnya meski menjadi sentra penghasil kerupuk ikan dan udang terbesar,
ternyata belum mampu mendongkrak popularitas Indramayu layaknya kerupuk ikan dan udang Cirebon dan Sidoarjo. Hal tersebut dikarenakan sebagian dari
16
kerupuk ikan dan udang yang dihasilkan Kabupaten Indramayu, masih dijual tanpa merek dan kemasan.
Kendala dan permasalahan lain yang sering terjadi pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu antara lain penurunan
produksi kerupuk pada saat musim hujan, ditambah dengan keterbatasan modal usaha, teknologi, dan akses pasar merupakan kelemahan yang mendasar sehingga
daya saingnya rendah. Dalam kaitannya dengan daya saing UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, belum ditemukan penelitian
yang mencoba mengembangkan UKM menggunakan tiga tingkat tataran kelembagaan makro, meso, dan mikro yang berpijak pada NIES sebagai basis
analisis, dan menggunakan SSM berdasarkan riset tindakan based action research
sebagai metodologinya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka saat ini dan di masa depan
pengembangan UKM menuju daya saing menjadi sangat penting bagi UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu dalam tataran
makro, meso, dan mikro. Selanjutnya, permasalahan utama yang dapat diidentifikasi adalah:
1 Apa saja permasalahan utama yang terjadi pada UKM sentra industri
pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu? 2
Bagaimanakah kerangka kelembagaan pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu dalam tataran makro, meso, dan mikro?
3 Strategi apakah yang dapat dilakukan untuk pengembangan UKM sentra
industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu?