Analisis Data Pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang dengan pendekatan soft system methodology

97 2 Reduksi data Reduksi data merupakan pemilihan data dan pemusatan perhatian kepada data yang betul-betul dibutuhkan sebagai data utama, dan juga data yang sifatnya hanya pelengkap saja. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan, dituangkan dalam uaraian atau laporan yang lengkap dan terinci. Laporan lapangan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. 3 Klasifikasi data Data yang telah terkumpul selama penelitian, kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian. Kelompok data mana yang masuk kepada bentuk- bentuk pembinaan, hambatan-hambatan, dan juga upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, Jawa Barat. 4 Penyajian data Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. 5 Penarikan kesimpulan Setelah melakukan penyajian data, maka kesimpulan awal dapat dilakukan. Penarikan kesimpulan ini juga dilakukan selama penelitian berlangsung. Sejak awal ke lapangan serta dalam proses pengumpulan data, peneliti berusaha melakukan analisis dan mencari makna dari yang telah terkumpulkan. Menurut Checkland dan Poulter 2006, analisis data dalam SSM dapat dilakukan melalui beberapa tahapan hingga akhirnya tahapan tersebut dapat divalidasi keakuratan informasinya. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu: 1 Analisis situasi permasalahan Checkland dan Poulter 2006 mendefinisikan kehidupan sehari-hari everyday life sebagai relasi perubahan terus menerus yang kompleks sepanjang waktu. Berdasarkan kehidupan sehari-hari tersebut, Checkland dan Poulter memandang bahwa adanya suatu kebutuhan untuk meningkatkan atau menyelesaikan suatu situasi masalah dalam kehidupan sehari-hari. 98 SSM merupakan cara yang terorganisasi untuk menangkap tackling situasi problematik yang dirasakan. SSM sangat berorientasi tindakan, lebih lanjut lagi SSM mengorganisasikan pikiran mengenai situasi sehingga tindakan yang diselidiki atau dikaji dapat diambil dan membawa peningkatan pada situasi masalah tersebut. Selanjutnya Checkland dan Poulter 2006 memaparkan bahwa terdapat tiga analisis yang dilakukan dalam memandang situasi masalah, yaitu 1 analisis satu intervensi; 2 analisis dua sistem sosial; dan 3 analisis tiga politik. 1 Analisis intervensi Analisis intervensi adalah proses identifikasi aktor-aktor yang ada dalam fakta lapangan real world yang akan menjadi rujukan, serta peran mereka dalam fakta lapangan. Dalam analisis intervensi sudah harus ditentukan siapa yang akan menjadi client C, problem solver PS, dan problem owner PO. - Client C adalah aktor yang menyebabkan terjadinya intervensi - Problem solver PS adalah orangpeneliti yang melakukan investigasi terkait dengan research interest. - Problem owners PO aktor yang concerned dan merasakan situasi yang ada dan perubahan yang akan dirasakan nantinya terkait dengan isu yang menjadi research interest peneliti. 2 Analisis sistem sosial Analisis sistem sosial mencakup peran, norma, dan nilai. Secara bersamaan, ketiga elemen tersebut membantu penciptaan pola sosial dari situasi manusia Checkland Poulter 2006. - Peran merupakan posisi sosial dimana menandai perbedaan antara anggota kelompok atau organisasi. Peran dapat disadari secara formal, namun dalam budaya lokal peran dapat disadari secara informal. - Norma merupakan perilaku yang diharapkan dimana norma berasosiasi dengan peran dan membantu pendefinisian peran. - Nilai merupakan standar atau kriteria dimana perilaku suatu peran dinilai dan “dihakimi”. 99 Ketiga hal tersebut peran, norma, dan nilai, merupakan sesuatu hal yang akan sekaligus berubah dan bertahan sepanjang waktu Checkland dan Poulter 2006. 3 Analisis politik Analisis politik memberikan gambaran mengenai kekuatan yang powerful dalam memutuskan terjadi atau tidaknya sesuatu hal. Analisis politik berfokus pada dua hal yaitu untuk menemukan pengaturan atau penyusunan kekuasaan, dan proses untuk mengisi kekuasaan tersebut. 2 Analisis gambaran situasi permasalahan rich picture Gambaran yang detail dan kaya rich picture dibuat melalui diagram, gambar atau model yang mampu menjelaskan hubungan struktur dan proses organisasi dikaitkan kondisi lingkungan environment organisasi. Struktur mencakup denah fisik, hierarki, struktur pelaporan, dan pola komunikasi baik formal maupun informal. Proses mencakup aktivitas dasar organisasi, seperti alokasi sumberdaya, pelaksanaan monitor dan kontrol. Hubungan antara struktur dan proses kemudian diwujudkan dalam bentuk masalah, tugas-tugas dan elemen-elemen lingkungan yang dapat dimengerti dengan mudah. Penyusunan rich picture memerlukan tiga peran yang menjadi rujukan saat menyusun gambar Checkland Poulter 2006. Pertama, seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan terjadinya investigasi dan dilaksanakannya intervensi client. Kedua, seseorang atau sekelompok orang yang melakukan investigasi. Ketiga, pemilik isu. Pemilik isu memegang peran penting karena merepresentasikan investigasi penelitian dan paling bekepentingan terhadap hasil investigasi penelitian. 3 Analisis root definitions RDs dengan PQR, CATWOE dan kriteria 3E efficacy, effectiveness, dan efficiency Analisis PQR, dengan formula yaitu 1 mengerjakan P dengan Q untuk mewujudkan R; dan 2 dimana PQR menjawab pertanyaan apa, bagaimana, dan mengapa . Selanjutnya, supaya RDs yang disusun benar-benar dapat digunakan sebagai dasar pembuatan model konseptual, maka RDs tersebut pelu diuji dan 100 disempurnakan dengan alat bantu analisis CATWOE customers, actors, transformation, weltanschauung atau worldview, owners, dan environmental constraints . Alat bantu CATWOE ini merupakan alat bantu pengingat mnemotic supaya RDs yang dibuat benar-benar menggambarkan sebuah sistem aktivitas manusia yang relevan yang kita pilih. Kemudian perlu dilanjutkan dengan pertanyaan kriteria pengukuran kinerja bekerjanya sistem aktivitas yang punya maksud tersebut, umumnya digunakan tiga criteria E Efficacy, Effectiveness, dan Efficiency . Berdasarkan analisis CATWOE dan kriteria 3E efficacy, effectiveness, dan efficiency , didapatkan RDs dalam menggambarkan sistem. Daftar atau checklist CATWOE dan tiga kriteria Tabel 12 adalah bagaimana proses transformasi ini sebaiknya dilaksanakan. Tabel 12 CATWOE dan 3E C customer Orang atau sekelompok orang yang langsung atau hampir langsung menjadi korban atau yang akan diuntungkan oleh proses transformasi di dalam sebuah organisasi A actors Orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan dalam rangka pelaksanaan proses transformasi T transformation process Proses pengubahan input menjadi output, baik yang bersifat konkret maupun abstrak W weltanschauung worldview Sudut pandang, kerangka pikir, atau citra yang menjadikan root definitions atau transformasi memiliki makna yang berarti di dalam konteks O owner Orang atau sekelompok orang yang berkuasa atas sistem dan mempunyai kewenangan untuk menghentikan atau mengubah proses transformasi E environmental constraints Lingkungan atau hambatan yang menjadi kendala berlangsungnya proses transformasi Efikasi Kriteria apakah proses transformasi dari sistem aktivitas yang punya maksud tersebut benar-benar dapat berlangsung atau mewujudkan hasil yang diinginkan Efisiensi Kriteria apakah transformasi yang berlangsung dilaksanakan dengan penggunaan sumber daya yang minimal Efektif Kriteria apakah transformasi dari sistem aktivitas yang punya maksud tersebut membantu pencapaian tujuan yang lebih tinggi tingkatnya atau yang lebih panjang jangkanya 101 4 Penyusunan model konseptual Model konseptual dibangun dari gagasan peneliti sendiri dan disesuaikan dengan aturan formal yang berlaku, sehingga gagasan system thinking menjadi penting. Bagi Checkland dan Poulter 2006, system thinking didasari atas dua pasang gagasan yaitu emergency properties berpasangan dengan hierarchy disebut juga layer structure dalam Checkland dan Poulter 2006, dan communication berpasangan dengan control Checkland Scholes 1990. Dua pasang gagasan ini membutuhkan sistem untuk keberlangsungan hidup sistem tersebut. Menurut Checkland dan Scholes 1990, model konseptual adalah model yang menggambarkan kegiatan sistem dimana elemen-elemen adalah kata kerja. Kegiatan tersebut dibuat berdasarkan root definition dan struktur kata kerja mengacu pada logic base. 5 Perbandingan model konseptual dengan fakta lapangan Model konseptual yang sudah ditentukan, dibandingkan dengan fakta lapangan guna menghasilkan perdebatan tentang persepsi dan perubahan yang dianggap akan menguntungkan. Checkland dan Poulter 2006 menggambarkan empat cara untuk membandingkan model dengan fakta lapangan yaitu diskusi informal, dengan pertanyaan formal, membuat skenario berdasarkan pengoperasian model, mencoba model pada fakta lapangan yang sama strukturnya dengan model konseptual. Apabila model konseptual tidak menggambarkan fakta lapangan, maka bisa dilakukan dua hal yaitu 1 Apa yang tidak ditemukan pada realitas bisa menjadi rekomendasi bagi perubahan; dan 2 Apa yang tidak ditemukan pada realitas, dan peneliti merasa kurang puas karena tidak menjawab pertanyaan penelitian, maka peneliti bisa kembali ke tahap dua untuk kembali proses pengumpulan data, serta melakukan tahapan berikutnya, rich picture, root definition, membuat daftar kegiatan, serta membuat model konseptual. 6 Perubahan yang diinginkan Perumusan saran tindakperubahan yang diinginkan pada dasarnya diperoleh dari diskusi yang terkelola dan akomodasi atas pandangan orang-orang dengan beragam sudut pandang dan pendapat, yang diharapkan akan muncul saran tindak. 102 Melalui analisis ini yaitu tahap perumusan saran tindak untuk perbaikan, penyempurnaan, dan perubahan situasi fakta lapangan. Perubahan yang dilakukan dapat berupa rekomendasi sehingga 1 argumennya dapat diterima, dan 2 secara budaya dapat dimungkinkan. Checkland dan Poulter 2006 menyarankan tiga aspek yang mesti dipertimbangkan dalam melakukan perbaikan, penyempurnaan, atau perubahan yaitu 1 perubahan yang berkaitan dengan struktur, 2 perubahan yang berkaitan dengan proses atau prosedur, dan 3 perubahan yang berkaitan dengan sikap. 7 Langkah tindakan untuk perubahan Analisis terakhir dari penelitian SSM ini adalah langkah tindakan untuk memperbaiki, menyempurnakan, atau mengubah situasi problematik. SSM merupakan proses mencari tahu sosial yang sifatnya pembelajaran berkelanjutan, maka tidak berarti bahwa tidak ada tahap lagi setelah ini. SSM yang baru dapat dimulai lagi, baik untuk mengatasi situasi problematik yang baru atau untuk memperdalam dan melanjutkan proses SSM sebelumnya. Dasar dari analisis langkah tindakan untuk perubahan ini adalah rumusan saran langkah tindakan sebagaimana telah dihasilkandibuat pada analisis perubahan yang diinginkan. Pengambilan langkah tindakan berikutnya terpulang pada organisasiperusahaan dimana situasi fakta lapangan menjadi perhatian dari SSM. 4 GAMBARAN UKM SENTRA INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK IKAN DAN UDANG DI INDRAMAYU, JAWA BARAT

4.1 Sejarah Singkat

Sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, Jawa Barat sudah berlangsung sejak tahun 1970 yang terletak pada satu kawasan di Desa Kenanga Blok Dukuh Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat Lampiran 1. Lokasi sentra industri pengolahan kerupuk sekitar 2 km dari pusat kota Indramayu, dimana luas kawasan sentra mencapai ± 50 ha. Plang sentra industri kerupuk di Indramayu, sebagai penunjuk ke lokasi sentra dapat dilihat pada Gambar 17. Pengusaha kerupuk ikan dan udang di Desa Kenanga, awalnya hanya sebagai buruh pabrik kerupuk di Kota Indramayu yang dimiliki kaum China. Akhirnya keterampilan membuat kerupuk itu dicoba sendiri di desanya dan berkembang hingga kini. Berdasarkan pengalaman yang cukup berhasil itu, para buruh tersebut berfikir untuk tidak lagi menjadi buruh pabrik. Sejalan dengan waktu, ternyata banyak pabrik di Kota Indramayu tidak berkembang karena mahalnya biaya untuk tenaga kerja pabrik sehingga di Kota Indramayu sekarang hanya mengambil produk kerupuk jadi dari Desa Kenanga, Kecamatan Sindang. Gambar 17 Plang sentra industri pengolahan kerupuk di Indramayu. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan Permen KP No.18MEN2006 tentang Kriteria Penentuan Skala 104 Usaha Pengolahan Hasil Perikanan, maka skala usaha sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu dikategorikan ke dalam usaha kecil dan usaha menengah. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Jumlah pengolah kerupuk ikan dan udang di Indramayu terdapat 34 UPI 26 UPI usaha kecil dan 8 UPI usaha menengah dengan didukung tenaga kerja sebanyak 1597 orang. Jumlah itu sudah jauh berkurang jika dibandingkan dengan masa sebelum krisis moneter tahun 1997, dimana perkembangan jumlah pengolah kerupuk ikan dan udang di Indramayu pada tahun 2007 s.d 2011 dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2 Visi dan Misi

Visi yang dimiliki UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu saat ini adalah teratas karena kualitas, yaitu ingin menciptakan sentra industri pengolahan kerupuk yang kompetitif dalam dunia usaha dengan mengedepankan kualitas produk yang dihasilkan. Misi yang diemban UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu adalah 1 menjadikan produk kerupuk yang higienis dalam kualitas , melalui proses dan sumber bahan baku yang mengutamakan higienis dan aman bagi kesehatan manusia, merupakan tuntutan dari konsumen saat ini; 2 menjadikan produk kerupuk terdepan dalam inovasi , baik inovasi bentuk, warna maupun komposisi yang berbeda sehingga pilihan bagi masyarakat untuk dapat menikmati kerupuk sangat beragam dalam rangka memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen; dan 3 berorientasi pada nilai produk yang aman dan ramah lingkungan , dengan meminimalisir dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan khususnya pencemaran dan rekruitmen SDM yang terampil.

4.3 Strategi yang Dijalankan

Model yang digunakan dalam pengembangan strategi yang dilakukan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, diketahui bahwa masih merupakan campuran antara pendekatan sumber daya dan pendekatan pasar. Saat awal pendirian usaha pengolahan kerupuk, sangat jelas dilakukan pendiri perusahaan menggunakan pendekatan sumber daya karena