pada belahan utara untuk semua kabupaten di Pulau Lombok sebagian besar adalah Entisol tanah pasiran yang mengandung batu karang dan pada belahan
selatan Pulau Lombok cenderung jenis tanahnya dominan Vertisol, kemudian terdapat juga jenis tanah lainnya, seperti Inceptisol yang tersebar merata pada
semua wilayah kabupaten di Pulau Lombok. Berdasarkan data statistik yang bersumber dari Badan Meteorologi dan
Geofisika bahwa terjadi fluktuasi suhu yang sangat tajam yaitu suhu tertinggi berkisar antara 29,4
o
C -32,9
o
C, sedangkan suhu terendah berkisar antara 20,2
o
C – 24,7
o
Namun sejak tahun 2008 terjadi perubahan iklim secara menyeluruh dan kondisinya sangat berbalik. Artinya, terjadi curah hujan yang sangat tinggi hampir
sepanjang bulan selama setiap tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan November yaitu sekitar 368 mm dan diikuti pada Bulan Januari dan Pebruari
masing-masing sebesar 201 mm dan 258 mm. Sementara itu, curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juli tidak terjadi hujan, Agustus 37 mm dan Bulan
September 47 mm. C. Tempratur tertinggi terjadi pada Bulan Juli dan tempratur terendah
terjadi pada Bulan April dan Mei. Pada saat terjadinya tempratur tertinggi berbarengan dengan kondisi curah hujan terendah sekitar 1-3 mm, sebaliknya
pada kondisi terjadi tempratur terendah diikuti pula dengan kejadian curah hujan tertinggi yaitu berkisar antara 131,4 mm – 151,6 mm.
4.2. Kondisi Penduduk dan Ketenagakerjaan Pulau Lombok
Penyebaran penduduk di Pulau Lombok cukup timpang, yaitu sebagian besar terkonsentrasi di Kota Mataram, dan kemudian menyebar di Kabupaten
Lombok Timur, Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah. Namun dari aspek pertumbuhan penduduk, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok
Timur memiliki pertumbuhan yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kabupaten Lombok Tengah. Jumlah dan pertumbuhan penduduk di Pulau
Lombok disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 10. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk pada Kabupaten Sample di Pulau Lombok Tahun 1971-2007
Kabupaten Jumlah Penduduk 000
Tahun Pertumbuhan Penduduk
Tahun 1971
1980 1990
2000 2007
71-80 80-90
90-00 00-07
Lombok Barat 510
655 584
666 796
2,80 2,75
1,37 2,58
Lombok Tengah 476
577 679
746 831
2,11 1,64
0,98 1,55
Lombok Timur 596
725 865
973 1.056
2,19 1,78
1,22 1,18
Total 1582
1957 2128
2385 2.683
7,1 6,17
3,57 5,31
Sumber. Profil Sosial Ekonomi Provinsi NTB tahun 2007. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi penurunan pertumbuhan
penduduk di Pulau Lombok pada periode tahun 1971-2000. Namun terjadi kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan pada setiap kebupaten periode tahun
2000-2007. Keadaan ini terjadi hampir merata pada seluruh kabupaten. Pertumbuhan penduduk tertinggi pada periode tahun 2000-2007 terdapat
di Kabupaten Lombok Barat 2,58, kemudian Kabupaten Lombok Tengah 1,55 dan Kabupaten Lombok Timur 1,18. Keadaan ini memberikan
indikasi bahwa angka kelahiran dan migrasi masuk relatif lebih tinggi pada Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah daripada Kabupaten Lombok
Timur. Makna lainnya bahwa Kabupaten Lombok Timur lebih berhasil mengendalikan jumlah penduduknya melalui program keluarga berencana
daripada Kabupaten lainnya di Pulau Lombok. Bila dihubungkan antara luas wilayah dan jumlah penduduk, maka
diperoleh kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk di Pulau Lombok masuk dalam katagori kepadatan sedang yaitu 663 jiwakm
2
. Kota Mataram merupakan wilayah terpadat yaitu 7.601 jiwa jiwakm
2
dan kemudian disusul oleh Kabupaten Lombok Tengah yaitu 894 jiwakm
2
, Kabupaten Lombok Timur yaitu 553,57 jiwakm
2
dan kabupaten dengan kepadatan penduduk terendah yaitu Kabupaten Lombok Barat dengan kepadatan penduduk sebesar 44 jiwakm
Berdasarkan lapangan usaha yang dimasuki oleh angkatan kerja, maka ditemukan gambaran bahwa sebagian besar angkatan kerja berkerja pada lapangan
usaha pertanian untuk ketiga kabupaten di Pulau Lombok kecuali Kota Mataram. Lapangan usaha selain pertanian yang menyerap tenaga kerja relatif banyak di
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur adalah industri pengolahan, perdagangan dan jasa. Sebaliknya untuk Kota Mataram
2
sebagian besar angkatan kerja terserap pada lapangan usaha jasa, industri pengolahan dan perdagangan.
Dalam bidang pertanian seperti kehutanan ternyata cukup menyerap tenaga kerja. Rumahtangga yang bekerja pada sub sektor kehutanan cukup banyak
dan sebagai usaha pokoknya adalah usaha pertanian. Tabel di bawah ini menyajikan jumlah rumahtangga yang memiliki usaha pada sub sektor kehutanan.
Tabel 11. Jumlah Rumahtangga dan Anggota Rumahtangga yang Bekerja pada Sub Sektor Kehutanan di Pulau Lombok.
No Kabupaten
Rumahtangga RT Anggota Rumahtangga yang
Bekerja di Sub Sektor Kehutanan
Jumlah Unit
Persen Jumlah org
Persen 1
Lombok Barat 1.636
30,00 2.352
30,29 2
Lombok Tengah 3.328
61,02 4.924
63,40 3
Lombok Timur 490
8,98 490
6,31 Total
5.454 100,00
7.766 100,00
Sumber. Badan Pusat Statistik Prov. NTB. Tahun 2004. Hasil Survei Rumahtangga Kawasan Hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dari tabel di atas nampak bahwa rumahtangga dan anggota keluarga yang bekerja di subsektor kehutanan terbesar berada di Kabupaten Lombok Tengah.
Kemudian diikuti oleh rumahtangga di Kabupaten Lombok Barat dan terendah adalah rumahtangga di Kabupaten Lombok Timur. Hal ini memberikan makna
rumahtangga pedesaan di Pulau Lombok terutama yang berdomisili di sekitar kawasan hutan masih sangat tergantung kehidupannya dari kawasan hutan.
Dari sejumlah 5.454 rumahtangga yang bekerja di sub sektor kehutanan sebanyak 61,02 berada di Kabupaten Lombok Tengah, 30 di Kabupaten
Lombok Barat dan hanya 8,96 di Kabupaten Lombok Timur. Keadaan ini hampir sama dengan anggota rumahtangga yang bekerja di sub sektor kehutanan.
Dari sejumlah 7.766 orang anggota keluarga yang bekerja di sub sektor kehutanan 63,40 berada di Kabupaten Lombok Barat, 30,29 di Kabupaten Lombok
Tengah dan hanya 6,31 di Kabupaten Lombok Timur. Jenis aktivitas yang diusahakan atau dimasuki oleh anggota rumahtangga
10 tahun, baik di dalam kawasan hutan dan disekitarnya di Pulau Lombok berupa pemungutan hasil hutan, penangkar satwa liar, jasa penebangan kayu,
usaha pembibitan hanya di Kabupaten Dompu, budidaya tanaman kehutanan dan jasa kehutanan lainnya sebagai buruh. Jenis usaha yang dimasuki oleh setiap
rumahtangga dan tenaga kerja lainnya adalah cukup bervariasi antar wilayah. Hal ini disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 12. Jumlah Anggota Rumahtangga 10 tahun dan Bekerja pada Lapangan Usaha di Sub Sektor Kehutanan di Pulau Lombok
Kabupaten Lapangan Usaha
Jumlah Pemungut
Hasil Hutan
Penangkar Satwa
Liar Jasa
Tebang Kayu
Usaha Pembi
bitan Budidaya
Tanaman Hutan
Jasa Kehuta-
nan Lainnya
1. Lombok Barat
1.832 162
179 179
2.352 2. Lombok
Tengah 4.392
300 232
4.924 3. Lombok
Timur 294
98 98
490 Total
6.518 398
260 411
179 7.766
Sumber. Badan Pusat Statistik Prov. NTB. Tahun 2004. Hasil Survei Rumah- tangga Kawasan Hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa dari 7.768 orang tenaga kerja yang bekerja pada lapangan sub sektor kehutanan sebagian besar sebagai
pemungut hasi hutan 6.518 orang, kemudian anggota rumahtangga juga bekerja sebagai pembudidaya tanaman hutan 411 orang, penangkar satwa liar 398
orang, jasa penebangan kayu 260 orang dan sebagian kecil saja bekerja pada jasa kehutanan lainnya termasuk tenaga kerja serabutan 176 orang.
Dari gambaran data tersebut dan bila dikaitkan dengan usaha konservasi kawasan ternyata di Pulau Lombok belum ada usaha pembibitan yang dapat
menyediakan kebutuhan tanaman konservasi dan aktivitas masyarakat yang berdomisili di dalam dan sekitar kawasan hutan lebih bersifat ekstraktif
pemungutan hasil, meskipun ada juga masyarakat yang membudidayakan tanaman hutan namun jumlahnya relatif sedikit karena jumlah tenaga kerja yang
bekerja pada kegiatan tersebut sedikit pula. Adanya tenaga kerja bekerja pada jasa penebangan kayu merupakan indikasi masih adanya aktivitas penebangan kayu
dalam dan disekitar kawasan hutan. Hal ini tentunya berimplikasi pada ancaman terhadap kelestarian hutan.
4.3. Kondisi Perekonomian Pulau Lombok