8.3.3. Elemen Kendala Utama Pengelolaan Berkelanjutan Model
Partisipatif Perhutanan Sosial
Dari hasil penelitian dan indentifikasi elemen kendala utama dalam mencapai pengelolaan perhutanan sosial berkelanjutan melalui Agroforestri
Gaharu Terintegrasi, maka ditemukan 6 sub elemen yang masuk dalam model yaitu 1 modal usaha, 2 ketersediaan teknologi, 3 kualitas sumberdaya
manusia, 4 penerimaan masyarakat, 5 pemasaran dan 6 kelembagaan. Hasil analisis ISM menunjukkan bahwa keenam sub elemen kendala
utama tersebut terkelompok menjadi 4 level sub elemen dan modal usaha menjadi elemen kunci didampingi oleh teknologi. Kedua sub elemen kunci tersebut berada
pada kuadran IV yang merupakan variabel bebas independent. Sementara itu, sub elemen lainnya seperti sub elemen kendala kualitas suberdaya manusia berada
pada kuadran II termasuk dalam variabel terikat dependent dan sub elemen kendala pemasaran dan kelembagaan berada pada kuadran III termasuk dalam
variabel outonomoust. Makna dari kedudukan masing-masing sub elemen tersebut adalah untuk
mencapai tujuan dari pembangunan perhutanan sosial melalui Agroforestri Gaharu terintegrasi, seharusnya dilakukan dengan mengatasi kendala utama
ketersediaan modal usaha dan penyediaan teknologi. Langkah ini adalah untuk mendorong pengetahuan dari masyarakat pengelola HKm dan penerimaan
masyarakat terhadap model tersebut. Apabila keempat sub elemen tersebut telah dilaksanakan sebagai strategi, maka secara otomatis masalah pemasaran dan
kendala kelembagaan akan dapat teratasi pula dapat dilihat pada Gambar 35 dan Gambar 36.
Gambar 35. Struktur Hirarki Sub Elemen Kendala Pembangunan Perhutanan Sosial Partisipatif dan Berkelanjutan di Pulau Lombok
Modal Usaha 1
Penerimaan Masyarakat
4 Pemasaran
5 Kelembagaan
6
Teknologi 2
Kualitas SDM 3
Level 4
Level 3 Level 2
Level 1
1 2
3 4
5, 6 1
2 3
4 5
1 2
3 4
5
Gambar 36. Matrik Driver Power dan Dependence Sub Elemen Kendala Pembangunan Perhutanan Sosial Partisipatif dan
Berkelanjutan di Pulau Lombok. Kendala permodalan usaha dapat diatasi melalui kemitraan Koperasi
HKm dengan lembaga ekonomi yang ada. Koperasi HKm dapat berfungsi memberikan pinjaman kepada anggotanya pengelola HKm dan atau membangun
kemitraan dengan pihak lain. Sementara itu, kendala teknologi dapat teratasi melalui membangun mitra dengan perguruan tinggi khususnya Fakultas Pertanian
Universitas Mataram. Hal ini dapat diatasi melalui penyuluhan dan pelatihan pada petani anggota HKm, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dari petani
pengelola dalam berusaha gaharu pada areal HKm yang dikelola. Langkah- langkah tersebut akan mampu mengatasi penerimaan masyarakat terhadap usaha
gaharu dan sekaligus mengatasi persoalan kelembagaan yang ada. Dengan terbangunnya kemitraan Koperasi HKm, maka dapat mendorong
kelembagaan pemasaran Gaharu di Pulau Lombok. Kelembagaan pemasaran gaharu adalah Koperasi HKm itu sendiri yang diperankan oleh devisi pemasaran
yang ada. Devisi inilah yang bertugas dan bertanggungjawab dalam Koperasi HKm tersebut untuk membangun mitra dengan pengusahapihak pembeli yang
ada di Pulau Lombok dan Indonesia.
8.3.4. Elemen Aktor yang Dilibatkan Pengelolaan Berkelanjutan Model Partisipatif Perhutanan Sosial
Mengingat bahwa model ini adalah model yang terintegrasi, maka aktor yang rencananya akan dilibatkan dalam mendukung Model Agroforstri Basis
Gaharu Terintegrasi cukup banyak. Dari hasil penelitian dan diskusi dengan pakar
D ri
ver P
o w
er
Dependence Independent
Autonomoust Lingkage
Dependent
teridentifikasi 13 aktor yang akan dilibatkan selain dari masyarakat pengelola itu sendiri.
Untuk keperluan analisis ISM, kesemua aktor tersebut dikelompokkan dalam 13 sub elemen kunci yaitu 1 Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, 2
Dinas Kehutanan Provinsi, 3 Dinas Kehutanan, 4 Dinas Koperasi, 5 Dinas Pertanian dan Peternakan, 6 Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 7 Badan
Pemberdayaan Masyarakat, 8 Perusahaan Daerah Air Minum PDAM, 9 Pemerintah Daerah, 10 Pemerintah Provinsi, 11 Lembaga Legislatif
DaerahDPRD, 12 Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan 13 Perguruan Tinggi.
Hasil analisis ISM memperlihatkan bahwa terdapat empat level atau kelompok sub elemen aktor yang terlibat. Pada level 1 terdapat 1 elemen aktor.
Kemudian pada level 2 terdapat 1 elemen aktor, selanjutnya pada level 3 dan level 4 masing-masing hanya 5 dan 6 elemen aktor.
Dari 13 sub elemen aktor tersebut diperoleh sub elemen Dinas Kehutanan Daerah dan BPDAS masuk sebagai sub elemen kunci. Sementara itu, sub elemen
LSM, Perguruan Tinggi, Dinas Koperasi, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Badan Pemberdayaan Masyarakat masuk
dalam sub elemen terikat. Kemudian empat sub elemen aktor lainnya masuk dalam kelompok sub elemen yang besifat lingkages, artinya sub elemen tersebut
memiliki driver power dan ketergantungan yang tinggi pada sub elemen lainnya. Posisi sub elemen aktor tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
Gambar 37. Struktur Hirarki Sub Elemen Aktor Pembangunan Perhutanan
Sosial Partisipatif dan Berkelanjutan di Pulau Lombok
Dinas Koperasi
4 Badan
Pemberd. Masy.7
Dinas Pertanak
5 Dinas
Perindag 6
LSM 12
Perguruan Tinggi
13 Dishut
Provinsi 2
Pemerintah Provinsi
10 PDAM
8 Pemerintah
Daerah 9
Lembaga Legislatif
11 BPDAS
1 Dishut
Kabupaten 3
Level 4
Level 3
Level 2 Level 1
1 2, 8, 9,
10, 11 3
4, 5, 6, 7 12, 13
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Gambar 38. Matrik Driver Power dan Dependence Sub Elemen Aktor Pembangunan Perhutanan Sosial Partisipatif dan Berkelanjutan
di Pulau Lombok. Dari kedua gambar tersebut terlihat bahwa Dishut Kabupaten dan BPDAS
merupakan sub elemen kunci. Oleh karena itu, maka untuk dapat mencapai tujuan program implementasi Model Agroforstri Basis Gaharu Terintegrasi akan sangat
tergantung pada kedua aktor tersebut. Peran yang dimainkan oleh kedua aktor ini adalah berkoordinasi dengan aktor Dinas Kehutanan Provinsi, PDAM, Pemerintah
Daerah, Pemerintah Provinsi dan Lembaga Legislatif DPRD untuk menjalankan tujuan program tersebut.
Pentingnya Dishut Kabupaten dan BPDAS berkoordinasi dengan kelima aktor tersebut, mangingat bahwa kelima aktor tersebut memiliki dreiver power
yang tinggi dan ketergantungan yang tinggi. Artinya, kelima aktor tersebut sangat tergantung pada semangat Dinas Kabupaten dan BPDAS untuk memotori
program perhutanan sosial. Secara hirarki pemerintahan, maka kedua aktor tersebut merupakan aktorlembaga yang memiliki wewenang lebih tinggi dari
lembaga lainnya dalam urusan perhutanan sosial seperti Hutan Kemasyarakatan HKm.
Setelah terbangun koordinasi antar kelembagaan yang berada pada level 1, 2 dan 3, maka secara otomatis kelembagaan yang berada pada level 4 bergerak
mendukung program tersebut. Kelembagaan dalam level 4 tersebut adalah LSM, Perguruan Tinggi, Dinas Koperasi, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dan Badan Pemberdayaan Masyarakat. Peran keempat kelembagaan aktor terebut adalah memberikan pelatihan dan
penyuluhan, pendampingan dan melakukan penguatan kapasitas serta pemberdayaan masyarakat pengelola HKm.
Dependence D
ri ver
P o
w er
Autonomoust Independent
Lingkage
Dependent
IX. KESIMPULAN DAN SARAN