Definisi partisipasi menurut Syahyuti 2006 merupakan suatu proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisiatif
pembangunan. Dengan demikian, maka pembangunan partisipatif adalah proses melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan substansial yang
berkenan dengan kehidupan masyarakat. Dari beberapa pemahaman partisipasi tersebut dapat diidentifikasi
interpretasi partisipasi menjadi dua hal dalam pembangunan yaitu dilihat dari tujuan dan pendekatan pembangunan. Pertama, partisipasi dilihat sebagai sebuah
proses yang mana penduduk lokal bekerjasama dan berkolaborasi dalam program pembangunan atau proyek. Kedua, partisipasi sebagai suatu tujuan yaitu
pemberdayaan penduduk dalam peningkatan skill, pengetahuan dan pengalaman untuk lebih meningkatkan tanggungjawabnya dalam pembangunan. Dengan
demikian, maka partisipasi dapat dimaknai sebagai ambil bagian atau share dalam suatu aktivitas pembangunan, sehingga ada dua kata yang dekat dengan
pemahaman partisipasi yaitu perjanjian dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Oleh karena itu, partisipasi dapat diberikan makna yaitu
menjauhkan masyarakat dari ketersingkiran pembangunan.
2.2.2. Bentuk Partisipasi
Partisipasi dapat juga dibedakan berdasarkan bentuk partisipasi itu sendiri yaitu dalam tingkatan atau levelnya sebagai berikut :
Arnstein dalam Setyowati 2006 mengidentifikasi partisipasi berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada partisipan sebagai berikut: Manipulasi non
level partisipasi, b. Terapi non level partisipasi, c. Informasi, d. Konsultasi, e. Placation, f. Kemitraaan, g. Pendelegasian wewenang dan h. Kontrol masyarakat.
Pada level manipulasi dan terapi non level partisipasi dimana inisiatif pembangunan tidak bertujuan untuk memberdayakan masyarakat tetapi membuat
pemegang kekuasaan menyembuhkan atau mendidik masyarakat. Kemudian pada level berikutnya yaitu level informasi dan konsultasi yang disebut pula dengan
sebutan tokenisme dimana masyarakat memperoleh informasi dan menyuarakan pendapat tapi tidak dijamin bahwa pendapat tersebut diakomodasi. Pada level
placation yang merupakan level tertinggi dari tokenisme dimana masyarakat dapat memperoleh informasi dan memberikan informasi kepada pemegang kekuasaan
tetapi kewenangan tetap ditentukan oleh pemegang kekuasaan. Level berikutnya adalah kemitraan dimana masyarakat dapat bernegosiasi dan terlibat dalam
pengambilan keputusan. Kemudian pada level terakhir adalah pendelegasian dan kontrol masyarakat dimana masyarakat yang memegang kendali dalam
pengambilan keputusan. Tingkatan partsipasi tersebut diringkas dalam tabel berikut ini.
Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat Menurut Arnstein 1969
No TanggaTingkatan
Partisipasi Hakekat Kesertaan
Tingkatan Pembagian
Kekuasaan 1
Manipulasi Komite berstempel
Tidak ada Partisipasi
2 Terapi
Pemegang kekuasaan mendidik dan mengobati masyarakat
3 Informasi
Hak-hak masyarakat dan pilihannya diidentifikasi 4
Konsultasi Masyarakat didengar tetapi tidak selalu dipakai
sarannya Tokenisme
5 Placation
Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan
6 Kemitraan
Timbal balik dinegosiasikan 7
Pendelegasian Kekuasaan
Masyarakat diberi kekuasaan untuk sebagian atau seluruh program
Tingkatan Kekuatan
masyarakat 8
Kontrol Oleh Mayarakat
Sumber : Mitchell, Setiawan dan Rahmi 2003 ;
Setyowati 2006 Kemudian UNCD 1996 juga membagi partisipasi menjadi delapan
tahapan atau tingkatan yaitu :
a. Manipulation: Level terendah dari partisipasi non partisipasi, dimana