VIII. RANCANGAN ALTERNATIF MODEL PARTISIPATIF PERHUTANAN SOSIAL BEKELANJUTAN DI PULAU LOMBOK
Dalam merancang model partisipatif perhutanan sosial disusun berdasarkan rancangan model pada kawasan HKm, kemudian dikembangkan
dalam bentuk model integrasi dengan menambahkan pertimbangan sosial ekonomi dalam model kawasan tersebut. Pertimbangan aktivitas masyarakat
dalam program pembangunan, penataan kelembagaan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitarnya.
Integrasi model ini dikembangkan atas dasar bahwa untuk menjadikan hutan lestari tidak cukup dengan hanya mengembangkan areal hutan saja, namun
kelembagaan, masyarakat dan serta kesejahteraannya harus mendapat perhatian. Setelah model integrasi terbangun, baru kemudian disusun strategi untuk menjadi
pertimbangan dalam implementasi model. Strategi tersebut dipertimbangkan berdasarkan tujuan, kebutuhan, aktor terlibat dan kendala yang dihadapi dalam
mencapai tujuan model tersebut.
8.1. Alternatif Model Dalam Kawasan Hutan Kemasyarakatan
Dari hasil penelitian melalui observasi dan survai ditemukan 6 bentuk agroforestri dalam pengembangan kawasan atau areal HKm di Pulau Lombok
berdasarkan tanaman intibasis yang didusahakan masyarakat. Keenam bentuk agroforestri tersebut adalah Agroforestri Buah-buahan, Agroforestri Vanili,
Agroforestri Sengon, Agroforestri Pangan, Agroforestri Kopi dan Agroforestri Gaharu.
Pada dasarnya setiap bentuk agroforestri tersebut tidak berdiri sendiri dengan tanaman intinya, namun dikembangkan juga beberapa jenis tanaman
lainnya, baik tanaman MPTS ataupun tanaman pangan. Keenam bentuk agroforestri tersebut tidak saja dikembangkan di areal HKm pada kawasan hutan
lindung dan hutan produksi di Pulau Lombok, akan tetapi dikembangkan juga pada lahan milik masyarakat seperti dalam kebun campuran dan tegalan.
Untuk memperoleh model prioritas dalam kawasan HKm digunakan analisis AHP dengan beberapa kriteria sebagai pertimbangan yaitu tingkat
penutupan areal, kemampuan mengkonservasi kawasan, ketersediaan teknologi,
budaya usahatani masyarakat, pendapatan dan kestabilan harga produk. Hasil
keputusan prioritas disajikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 22. Hirarki Prioritas Model Berkalanjutan Dalam Kawasan Hutan Kemasyarakatan di Pulau Lombok
Dari hasil analisis berdasarkan ke enam kriteria yang dibangun menunjukkan bahwa model agroforestri sebagai prioritas utama dikembangkan di
Pulau Lombok adalah Agroforestri Gaharu dan kemudian prioritas berikutnya adalah Agroforestri Buah-buahan, Agroforestri Kopi, Agroforestri Pangan,
Agroforestri Vanili dan Agroforestri Sengon. Kontribusi dari masing-masing kriteria terhadap pembangunan model
disajikan melalui Gambar 23. Dari Gambar 23 terlihat bahwa Agroforestri Gaharu mendapat prioritas atau unggul hampir pada seluruh kriteria penilaian yang ada,
kecuali pada kriteria kestabilan harga produk yang didominasi oleh Agroforestri
Buah-buahan dan Agroforestri Pangan mendapat prioritas penilaian cukup tinggi diantara model Agroforestri lainnya.
0,0 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6 0,7
0,8
Agroforestry Gaharu Agroforesry Buah
Agroforstry Kopi Agroforestry Vanili
Agroforestry Sengon Agroforestry Pangan
Pendapatan Konservasi Kawasan
Penutupan Areal Pemasaran
Budaya Usahatani Masy. Ketersediaan Teknologi
Kestabilan Harga Produk
Gambar 23. Kontribusi Kriteria Dalam Pembangunan Model Agroforestry pada Kawasan HKm di Pulau Lombok
Dalam pertimbangan harapan pendapatan ternyata Agroforestri Gaharu mendapat penilaian tertinggi, kemudian nilai kontribusi penilaian
berikutnya adalah Agroforestri Buah, Kopi, Vanili, Sengon dan terendah adalah Agroforstri Pangan. Demikian juga Agroforestri Gaharu mendapat penilaian
tertinggi dalam penutupan lahan bila dibandingkan dengan Agroforestri lainnya. Penilaian penutupan lahan terendah adalah Agroforestri pangan. Namun dari
budaya usahatani masyarakat ternyata Agroforestri Pangan mendapat nilai tertinggi dan terendah adalah Agroforestri Sengon. Demikian pula dalam
pemasaran hasil dan ketersediaan teknologi bahwa Agroforestri Sengon mendapat penilaian terendah karena pemasaran kayu sengon cukup sulit. Tanaman sengon
merupakan tanaman yang baru dikenal oleh masyarakat dan merupakan tanaman yang diintroduksi dari luar Pulau Lombok, sehingga keberadaan dan pemahaman
teknologinya dirasakan belum dipahami oleh masyarakat awam. Berbeda halnya dengan jenis tanaman lainnya, seperti gaharu, kopi, buah-buahan dan pangan
merupakan tanaman yang sejak lama diusahakan secara tradisional dalam bentuk kebun campuran.
Lebih banyaknya pertimbangan berdasarkan kriteria yang dominan diberikan oleh pakar pada Agroforestri Gaharu merupakan faktor yang
menyebabkan Agroforestri Gaharu dijadikan sebagai Model Perhuataan Sosial yang berkelanjutan dalam kawasan Hutan Kemasyarakatan. Maknanya bahwa
Model Agroforestri Gaharu lebih unggul dibandingkan Model Agroforestri lainnya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan dan sekaligus memberikan
pendapatan yang tinggi pada masyarakat pengelola HKm.
8.2. Rancangan Prioritas Alternatif Dalam Model Partisipatif Perhutanan Sosial Terintegrasi