Konflik Kepentingan Parapihak dalam Pembangunan HKm di Pulau Lombok

5.3.2. Konflik Kepentingan Parapihak dalam Pembangunan HKm di Pulau Lombok

Kebijakan pemerintah pusat tentang HKm selain memberikan dampak terhadap dorongan terbitnya beberapa peraturan daerah dan surat keputusan bupati pada tingkat provinsi dan kabupaten berdampak pula terhadap keterlibatan pihak lain dalam pengelolaan HKm. Para pihak yang terlibat dalam pengelolaan HKm yaitu masyarakat sekitar hutan, LSM Lembaga Swadaya Masyarakat, Koperasi dan Perguruan Tinggi serta Perusahaan Daerah Air Minum PDAM. LSM yang terlibat secara langsung dalam pengelolaan HKm adalah Konsepsi dan Transform Mataram, sedangkan perguruan tinggi adalah Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Pola keterlibatan para pihak tersebut adalah beragam sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masing-masing. Kebutuhan dan kepentingan tersebut memberikan gambaran peran parapihak dalam pembangunan Hutan Kemasyarakat di Pulau Lombok. Dari hasil wawancara mendalam pada para pihak ditemukan beberapa kepentingan dan kebutuhan serta peran para pihak seperti yang disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 21. Kebutuhan dan Kepentingan serta Peran Para Pihak Terlibat dalam Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan di Pulau Lombok No Para Pihak Kebutuhan Kepentingan Peran 1 Masyarakat Pengelola pesangem a. Lahan Usahatani b. Sumber Pendapatan c. Sumber Air d. Sumber Kayu Bakar e. Sumber Pakan Ternak a. Melindungi Mata air b. Menyelamatkan Hutan dari perambahan Mengelola Kawasan HKm 2 LSM Lembaga Swadaya Masyarakat a. Lokasi implementasi program kerja b. Mendampingi Masyarakat dalam pengembangan ekonomi a. Membuat sumberdaya hutan lestari b. Memperjuangkan kepastian hak masyarakat dalam pengelolaan kawasan Memfasilitasi masyarakat, pengembangan kelembagaan dan advokasi serta pemberdayaan ekonomi 3 Koperasi Pondok Pesantren Sumber Pendapatan a. Menyelamatkan hutan b. Melindungi sumber mata air Memfasilitasi kelembagaan 4 Pemerintah Dinas Kehutanan a. Sumber PAD dari Hasil Hutan Bukan Kayu b. Sumber PAD dari Hasil Hutan Kayu c. Sumber PAD dari pemanfaatan jasa lingkungan a. Melindungi sumberdaya hutan sesuai dengan amanah UUD 45 pasal 33 b. Menjalankan amanah UU 41 tentang Kehutanan c. Menjalankan amanah Surat Kepmenhut tentang HKm dan Tahura Melindungi kawasan hutan dari kehancuran, memfasilitasi kelembagaan masyarakat dan pembinaan teknis tentang kehutanan 5 Perguruan Tinggi a. Laboratorium Lapangan b. Sebagai Lokasi Penelitian Dosen dan Mahasiswa c. Pemberdayaan Masyarakat Hutan a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kehutanan b. Sumber Plasmanutpah c. Pelestarian kawasan hutan Pengembangan hutan pendidikan dan Laboratorium 6 PDAM Perusahaan Daerah Air Minum a. Sumber bahan baku air minum b. Sumber pendapatan perusahaan Perlindungan sumber mata air Berkontribusi dalam perlindungan kawasan melalui dana retribusi Tabel di atas memperlihatkan bahwa kebutuhan dan kepentingan para pihak cukup beragam, namun memiliki persamaan juga dalam hal pelestarian kawasan hutan dan perlindungan mata air. Masyarakat, LSM, Koperasi, pemerintah dan PDAM serta perguruan tinggi memiliki persamaan kepentingan dalam plestarian kawasan hutan, kecuali PDAM yang memiliki kepentingan yang lebih pada pelestarian sumber mata air. Sementara itu, kebutuhan para pihak tersebut beragam, namun memiliki persamaan dalam hal bahwa hutan sebagai sumber pendapatan kecuali perguruan tinggi yang tidak berorientasi pada kebutuhan hutan sebagai sumber pendapatan. Kepentingan dan kebutuhan para pihak tersebut sangat menentukan terbangunnya hutan lestari. Tingkat kerusakan hutan menjadi semakin meningkat, bila tingkat kebutuhan dan pemanfaatan hutan meningkat pula. Namun sebaliknya bila kepentingan para pihak tinggi dalam hal pelestarian sumberdaya hutan akan membuat hutan semakin lestari. Dengan demikian, maka untuk membuat hutan lestari terjadi bila tingkat kebutuhan dan kepentingan terhadap hutan memiliki keseimbangan. Artinya bahwa bila para pihak dengan kebutuhan tinggi harus diimbangi pula dengan tingkat kepentingan tinggi untuk melestarikan sumberdaya hutan. Dari gambaran ragam kepentingan para pihak tersebut, maka kawasan HKm di Pulau Lombok memiliki peluang cukup tinggi dijadikan kawasan hutan lestari. Hal ini terlihat dari hampir semua para pihak memiliki kepentingan dalam melestarikan sumberdaya hutan dan air, meskipun memiliki ketergatungan yang tinggi pula dalam kawasan hutan. Jenis ketergantungan yang cukup mengancam pelestarian hutan adalah bila hutan dijadikan sumber pendapatan dengan cara merusak dan menggantikan tanaman hutan dengan tanaman non kayu seperti tanaman pangan. Kemudian faktor ketergantungan para pihak terhadap kabutuhan kayu bakar dalam hutan juga merupakan faktor yang dapat mengancam kelestarian hutan. Bila dibuat urutan tingkat kebutuhan dan kepentingan dalam lima tingkat dengan tingkatan 1 sampai dengan 5 sebagai berikut 1 = sangat rendah, 2= rendah, 3= sedang, 4=cukup tinggi, 5= sangat tinggi, maka ragam tingkatan kebutuhan dan kepentingan para pihak disajikan pada gambar di bawah ini. 5 3 4 5 3 5 3 4 5 3 4 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Masyarakat LSM Pemerintah Koperasi Perguruan Tinggi PDAM Kebutuhan Kepentingan Gambar 14. Tingkatan Kebutuhan dan Kepentingan Para Pihak dalam Pembangunan HKm di Pulau Lombok Gambar di atas memperlihatkan para pihak dengan kepentingan Tinggi adalah pemerintah, sementara kepentingan sedang adalah LSM dan Perguruan Tinggi. Sebaliknya para pihak yang memiliki kepentingan rendah adalah masyarakat, koperasi dan PDAM. Berbeda kondisinya dengan kebutuhan dari para pihak terhadap sumberdaya hutan. Para pihak yang memiliki kebutuhan tertinggi adalah masyarakat, koperasi dan PDAM, sedangkan pemerintah memiliki kebutuhan sedang dan sebaliknya LSM dan perguruan tinggi memiliki kebutuhan rendah terlibat dalam pengelolaan seumberdaya hutan. Dari gambaran tersebut, maka nampaknya hanya pemerintah yang memiliki kepentingan tinggi untuk melestarikan sumberdaya hutan bila dibandingkan dengan para pihak lainnya. Sebagai implikasinya, maka sangat diperlukan intervensi pemerintah dalam hal pelestarian sumberdaya hutan. Untuk mencapai tujuan pelestarian sumberdaya hutan, maka pemerintah sebaiknya dapat memberlakukan kebijakan fiskal yaitu berupa pajak dan non pajak. Kebijakan berupa pajak retribusi dapat diambil dari para pihak yang masuk dalam pengelolaan kawasan hutan. Sementara itu, program non pajak dapat dilakukan melalui hak dan kewajiban yang diemban oleh pihak-pihak yang terlibat. Dana yang diperoleh dari pajakretribusi tersebut digunakan untuk tujuan konservasi atau reboisasi kawasan. Kebijakan tersebut, merupakan bentuk keharusan atau intervensi pemerintah berupa pembiayaan dalam kegiatan konservasi. Hal ini penting dilakukan mengingat bahwa sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang bersifat publik dan memberikan peluang munculnya penumpang gelap free Tingkat Kebutuhan dan Kepentingan p a r a p i h a k rider. Hal ini ditunjukkan oleh gejala rendahnya kepentingan parapihak untuk melestarikan sumberdaya hutan, khususnya pada kawasan Hutan Kemasyarakatan HKm.

5.4. Dampak Kebijakan Hutan Kemasyarakatan Terhadap Kondisi Ekologi Kawasan