3. Kegiatan Operasional Pembangunan Hutan Kemasyarakatan HKm

2.3. 3. Kegiatan Operasional Pembangunan Hutan Kemasyarakatan HKm

Operasional HKm diatur melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 31Kpts-II2001 tentang penyelenggaraan HKm adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat tanpa mengganggu fungsi pokoknya. Masyarakat setempat adalah kesatuan sosial yang terdiri dari warga negara Republik Indonesia yang tinggal didalam atau disekitar hutan yang membentuk komunitas yang didasarkan pada kesamaan mata pencaharian yang berkaitan dengan hutan, kesejarahan, keterikatan tempat tinggal, serta pengaturan tata tertib kehidupan bersama Pembangunan HKm terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi pemberdayaan masyarakat setempat, penetapan wilayah pengelolaan, penyiapan masyarakat, perijinan, pengelolaan, serta pengendalian. Secara rinci kegiatan pembangunan HKm diuraian sebagai berikut. 1. Pemberdayaan masyarakat a. Pengembangan kelembagaan dalam rangka pengembangan kelembagaan diperlukan kejelasan peran dari seluruh pihak terkait, aturan main dan pengembangan organisasi lokal. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat setempat adalah: b. Desentralisasi sampai ke tingkat desa adalah pemberdayaan masyarakat setempat memerlukan peran dan kewenangan sampai ditingkat desa. c. Pendekatan DAS sebagai unit perencanaan dalam rangka menjaga kepentingan sumberdaya hutan dan lahan untuk pengendali tata air dan erosi, maka DAS dijadikan unit perencanaan dan pengendalian yang menyangkut pembagian beban dan tanggung jawab termasuk pembiayaan dan manfaat dari pihak-pihak yang mendapatkan dampak atau pengaruh dari pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan dilokasi HKm. Orientasi pemberdayaan setempat membangun kelembagaan yang mendorong lembaga adatlokal di dalam dan disekitar hutan untuk mengelola pembangunan lahan sesuai dengan karakteristik DAS. d. Penempatan tujuan sesuai fungsi utama pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mempertahankan fungsi hutan dan lahan, maka dari itu praktek-praktek pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan hutan bukan hanya untuk ekploitasi hutan tetapi untuk pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari. e. Pengelolaan konflik, konflik sumberdaya hutan dan lahan untuk meningkatkan kinerja pemberdayaan masyarakat. Pengelolaan konflik perlu didasarkan pada struktur dan proses konflik yang berkembang , baik konflik yang terbuka maupun laten. f. Dukungan informasi, pemberdayaan masyarakat memerlukan informasi yang akurat tetang tatanan ekologi dan sosial termasuk aparatur, metode, dan dukungan teknologi. Tatanan tersebut dikelola melalui efektivitas rencana pelaksanaan, dan monitoring dalam pengendalian pemberdayaan masyarakat. Prinsip Perencanaan Kegiatan perencanaan dilakukan untuk semua fungsi hutan meliputi inventarisasi, identifikasi, pengkajian permasalahan didalam dan disekitar hutan termasuk inventerisasi dan identifikasi sosial budaya ekonomi masyarakat setempat. Selanjutnya dilakukan pemetaan wilayah pengelolaan hutan kemasyarakatan. Rencana pengelolaan hutan disusun secara partisipasi dengan memperhatikan aspirasi, partisipasi dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan. Dilakukan integrasi dengan pengelolaan sumberdaya hutan hak diluar kawasan hutan dengan suatu program HKm, selanjutnya diintegrasikan dalam suatu program pembangunan desa. Dengan demikian HKm merupakan pembangunan lintas sektoral yang merupakan bagian dari pembangunan daerah dan nasional. Prinsip Keterpaduan program Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat antara lain untuk kepentingan konsumsi masyarakat setempat dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pelestarian sumber daya hutan. Teknik perlakuan atas usaha pemanfaatan hutan disesuaikan dengan kondisi setempat dan dilakukan inovatif secara adaptif. Prinsip Pemanfaatan Seluruh fungsi pengelolaan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program HKm wajib dilakukan melalui pendampingan oleh instansi kehutanan didaerah, instansi kehutanan terkait, dan LSM yang berkompetensi aparatur dan sumberdaya manusia. 2. Penetapan wilayah pengelolaan Penetapan wilayah pengelolaan dimasksudkan sebagai upaya untuk menetapkan wilayah pengelolaan HKm yang layak menurut pertimbangan ketergantungan masyarakat setempat pada kawasan hutan sekitarnya. Kawasan hutan yang dapat ditetapkan sebagai wilayah pengelolaan HKm adalah kawasan hutan lindung dan atau kawasan hutan produksi yang tidak di bebani ijin lain dibidang kehutanan. Wilayah pengelolaan HKm merupakan kawasan hutan yang menjadi sumber penghidupan memiliki potensi untuk dikelola oleh masyarakat setempat. Penetapan wilayah pengelolaan HKm dilakukkan melalui kegiatan inventarisasi dan identifikasi oleh pemerintah kabupatenkota. Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi, bupatiwalikota mengusulkan penetapan wilayah pengelolaan HKm kepada Menteri Kehutanan melalui Gubernur. Terhadap usulan Bupati Walikota, Menteri dapat menerima atau menolak usulan tersebut setelah mendapat pertimbangan dari Gubernur. Apabila usulan BupatiWalikota diterima, Menteri menetapkan wilayah pengelolaan HKm dengan Surat Keputusan. 3. Penyiapan masyarakat Penyiapan masyarakat dimaksudkan sebagai upauya untuk meningkatkan kesiapan kelembagaan masyarakat setempat dalam pengelolaan HKm. Penyiapan masyarakat dilaksanakan melalui fasilitas oleh pemerintah Kabupatenkota, berupa: a. Pembentukan kelompok tani hutan, dimana kelompok ini harus memiliki aturan-aturan internal yang mengikat dalam pengambilan keputusan penyelesaian konflik, pengelolaan hutan penataan areal kerja, penyusunan rencana pengelolaan, pemanpaatan, rehabilitasi dan perlindungan serta hak dan kewajiban. b. Pengakuan dari masyarakat melalui kepala desa. c. Penyusunan rencana lokasi dan areal kerja serta jangka waktu pengelolaan d. Rencana-rencana tersebut diatas dibuat secara tertulis sebagai satu kesepakatan antara pemerintah kabupatenkota dan kelompok masyarakat. 4. Perijinan Gambar 7. Skema Perijinan Kawasan Hutan Kemasyarakatan Ketua Kelompok Mengajukan HKm Kepada Bupati Koperasi mendapat Ijin HKm tetap Kelompok membentuk Ijin diberikan setelah ada penetapan Ijin sementara ke ketua Kelompok 3-5 tahun 5. Pengelolaan Pengelolaan HKm meliputi kegiatan penataan areal kerja, penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan, dan perlindungan a. Penataan areal kerja, dimaksudklan untuk mengatur alokasi pemanfaatan areal kerja menurut pertimbangan perlindungan dan produksi, yang meliputi kegiatan pembagian areal ke dalam blok pengelolaan berdasarkan rencana pemanfaatan sesuai dengan fungsi hutanya. penataan areal kerja dilakukan secara partisifatif dengan melibatkan seluruh anggota kelompok masyarakat pemegang ijin dan difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten kota. b. Penyusunan rencana pengelolaan, dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan pengelolaan hutan kemasyarakatan, disusun oleh pemegang ijin dengan melibatkan seluruh anggota kelompok yang harus mempertimbangkan kepentingan publik dan lingkungan. c. Pemanfaatan, Kegiatan pemanfaatan dalam hutan lindung tidak dapat dilakukan dengan penebangan pohon dan atau kegiatan lain yang menyebabkan terbukanya penutupan tajuk hutan. Kegiatan pemanfaatan dihutan produksi harus mempertahankan potensi produksi hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta mempertahankan fungsi lindung dari kawasan hutan. d. Rehabilitasi hutan, dimaksudkan untuk memulihkan pertahanan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan perananya dalam mendukung system penyangga kehidupan tetap terjaga. Rehabilitsi hutan dilaksanakan melalui kegiatan penanaman, pengayaan tanaman, pemeliharaan dan penerapan teknik konservasi tanah. e. Perlindungan hutan, bertujuan untuk menjaga dan memelihara kawasan hutan dan lingkunganya agar berfungsi secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan dilaksanakan melalui upaya pencegahan dan penaggulangan kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, serta hama dan penyakit. 6. Pengendalian Pengendalian dimaksudkan untuk menjamin penyelenggaraan HKm dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. Pengendalian meliputi pengendalian oleh pemerintah dan pemerintah daerah, pengendalian internal oleh pemegang ijin dan pengawasan oleh masyarakat luas. Pengendalian oleh pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan mulai dari tingkat pusat hingga lokasi kegiatan secara berjenjang yang dilengkapi dengan system pelaporan yang berjenjang pula. Pengendalian internal dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok secara partisipatif dan difasilitasi oleh pemerintah KabupatenKota untuk menjamin agar pengelolaan dilaksanakan sesuai rencana. Pengendalian oleh masyarakat luas dilakukan agar pengelolaan HKm tidak menimbulkan kerugian bagi kepentingan umum.

2.4. Tinjauan Pengelolaan Partisipatif Sektor Kehutanan