Kondisi Hutan Kemasyarakatan HKm di Pulau Lombok

kerugian secara ekonomi. Nilai kerugian dapat diprediksi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005, nilai kerugian dari kehilangan kayu bulat saja diprediksi sekitar Rp. 164.513.272,- dan kemudian pada tahun 2006 mengalami penurunan dengan nilai sekitar Rp. 124.402.799,20 dan kemudian pada tahun 2007 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan diprediksi sekitar Rp. 617.043.026,- Dishut NTB. 2008. Kemudian bila diperhitungkan nilai ekonomi dari lingkungan yang rusak, maka kerugian per tahunnya dapat mencapai Rp 4,5 milyar.

4.5. Kondisi Hutan Kemasyarakatan HKm di Pulau Lombok

Hutan Kemasyarakatan HKm di Pulau Lombok mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya kebijakan pemerintah. Inisiator pembangunan HKm di Pulau Lombok adalah pihak pemerintah dan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat. Inisiator dari pihak pemerintah adalah Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten, sedangkan inisiator dari LSM adalah LSM Konsepsi, Transform dan YKR Yayasan Kusuma Rinjani. Peranan inisiator adalah mendorong terbangunnya Perda tentang Hutan Kemasyarakatan HKm dan peran pendampingan. Sejak tahun 1995 sampai tahun 2009, luasan HKm di Pulau Lombok sekitar 5.531,50 hektar dan tersebar pada ketiga kabupaten. Kabupaten Lombok Tengah memiliki luas HKm tertinggi yaitu sekitar 2.129,50 hektar 38,50 dan kemudian Kabupaten Lombok Barat sekitar 1.902 hektar 34,38 dan Kabupaten Lombok Timur memiliki luas HKm terendah yaitu 1.500 hektar atau 27,12 dari luas HKm di Pulau Lombok. Lebih rincinya luasan HKm disajikan dalam tabel berikut. Tabel 17. Luas Hutan Kemasyarakatan HKm dan Distribusi Luas pada Setiap Kabupaten di Pulau Lombok Tahun 2009. No Kabupaten Luas HKm Total Hutan Lindung Hutan Produksi Hektar Hektar Hektar 1 Lombok Barat 1.902,00 34,38 a. Desa Sesaot, Lebah Sempaga dan Keru 211 11,09 0,00 0,00 b.Desa Santong 0,00 0,00 726 38,17 c. Desa Sekotong 0,00 0,00 750 39,43 d. Desa Monggal 0,00 0,00 215 11,30 2 Lombok Tengah 2.129,50 38,50 a. Desa Aik Berik 1.809,50 84,97 0,00 0,00 b. Desa Batukliang 53,00 2,49 0,00 0,00 c. Desa Stiling 217,00 10,19 0,00 0,00 d. Desa Rembitan 0,00 0,00 50,00 2,35 3 Lombok Timur 1.500,00 27,12 a. Desa Sekaroh 1.100 73,33 0,00 0,00 b. Sambelia 0,00 0,00 400 26,67 Total 3.390,50 70,33 2.131,00 29,67 5.531,50 100,00 Sumber. Analisis Data Dishut NTB 2009. Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa berdasarkan lokasi dan fungsi hutan, maka HKm di Pulau Lombok berlokasi pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi. Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar HKm berlokasi di Hutan Lindung yaitu sekitar 3.390,50 hektar 70,33, dan hanya sekitar 2.131 hektar 29,67 berlokasi pada Hutan Produksi. Bila dihubungkan dengan luasan hutan lindung di Pulau Lombok yang luasnya 78.11,67 hektar, maka hanya 4,34 saja yang dimanfaatkan sebagai kawasan HKm dan dari luas hutan produksi 33.766,98 hektar dan hanya 6,31 dimanfaatkan sebagai kawasan Hutan Kemasyarakatan HKm. . Bila dirinci berdasarkan wilayah administrasi di Pulau Lombok, maka Kawasan Hkm pada Hutan Lindung di Kabupaten Lombok Barat sekitar 211 hektar dan 1.161 hektar berada pada Hutan Produksi. Sementara itu, luas HKm di Kabupaten Lombok Tengah sekitar 2.129,50 hektar yang terdiri dari 2.079,50 hektar berada pada hutan lindung dan 50 hektar berada pada hutan produksi. Demikian juga kondisinya dengan luasan HKm di Kabupaten Lombok Timur dengan luas 1.500 hektar sebagian besar berada di Kawasan Hutan Lindung yaitu 1.100 hektar dan hanya 400 hekta berada di Kawasan Hutan Produksi,. Selama perjalanannya Hutan Kemasyarakatan menimbulkan banyak permasalahan terutama dari aspek ekologi. Kawasan HKm tersebut menjadi pintu perambahan hutan dan illegal logging, karena Kawasan Hutan Lindung masih banyak ditumbuhi oleh pohon kayu hutan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Namun Kawasan HKm tersebut juga ditumbuhi oleh tanaman buah-buahan dan MPTS Multi Purpose Tree Cropp Spesies dan tanaman pangan. Dengan demikian, Kawasan HKm saat ini merupakan kawasan yang dikelola dengan sistem agroforestri dengan basis buah-buahan dan juga tanaman pangan. Hasil temuan dari olahan data primer dan dari data Monev HKm di Pulau Lombok memberikan gambaran bahwa pada Kawasan HKm di Pulau Lombok masih ditumbuhi ragam kayu hutan yang memiliki nilai ekonomi dan berbagai jenis tanaman MPTS dan tanaman pangan. Keadaan tersebut tidak sama antar HKm pada masing-masing kabupaten dan kondisi tersebut disajikan pada tabel 18 di bawah ini. Tabel 18 di bawah memberikan gambaran bahwa kondisi HKm pada setiap kabupaten di Pulau Lombok dengan keragaman dari jenis tanaman yang dikembangkan. HKm di Kabupaten Lombok Barat memiliki jenis kayu-kayuan yang lebih beragam daripada kabupaten lainnya., kemudian diikuti oleh Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. Faktor pembeda jenis tanaman antara Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah adalah tanaman kayu sentul dan gaharu. Sementara itu, jenis tanaman MPTS nya adalah sama. Sangatlah berbeda kondisinya dengan jenis tanaman kayu di Kabupaten Lombok Timur yang jenisnya sangat terbatas, tetapi jenis tanaman jati dan imba merupakan penciri dari kawasan HKm di Kabupaten Lombok Timur. Demikian juga halnya dengan jenis tanaman MPTS dan tanaman pangan yang hampir sama kondisinya hampir sama antara Kabupaten Lombok Barat dan Kebupaten Lombok Tengah dan sebaliknya sangat terbatas pada Kabupaten Lombok Timur yaitu hanya jambu mete dan dan asam untuk tanaman MPTS dan pisang, jagung dan lebui untuk jenis tanaman pangan. Tabel 18. Jenis Tanaman Kayu dan MPTS pada Kawasan HKm pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi di Pulau Lombok tahun 2008 No Kabupaten Tanaman Kayu Tanaman MPTS Tanaman Pangan 1. Kabupaten Lombok Barat a. Mahoni b. Sengon c. Sonokeling d. Bajur e. Rajumas f. Gaharu g. Dadap h. Sentul i. Randu a. Nangka b. Mangga c. Jambu Mente d. Kluih e. Durian f. Alpukat g. Rambutan h. Manggis i. Kemiri j. Kakao k. Melinjo l. Kepundung m. Kelengkeng a. Pisang b. Pepaya c. Ubi kayu d. Talas e. Empon- empon 2. Kabupaten Lombok Tengah a. Mahoni b. Sengon c. Bajur d. Dadap e. Bambu f. Mendong g. Kemiri h. Randu a. Manggis b. Rambutan c. Durian d. Nangka e. Jeruk f. Alpukat g. Kopi h. Kakao i. Sawo j. Melinjo k. Duku l. Klengkeng m. Jambu Biji a. Pisang b. Vanili c. Pepaya d. Singkong e. Temulawak f. jahe g. Empon- emponan 3. Kabupaten Lombok Timur a. Jati b. Imba c. Sengon d. Sonokeling e. Kesambi a. Jambu Mete b. Asam a. Pisang b. Jagung c. Padi d. Kc. Hijo e. Kc. Tunggak Sumber. BPDAS NTB: Hasil Monev HKm di Pulau Lombok 2008 Dari gambaran jenis tanaman kayu-kayuan, MPTS dan tanaman pangan yang dikembangkan memberikan indikasi bahwa kondisi ekologi kawasan HKm di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah lebih baik daripada HKm di Kabupaten Lombok Timur. Dengan memperhatikan bahwa adanya pengembangan padi, kacang tunggak, kacang hijo, lebui dan jagung HKm Sekaroh merupakan indikasi bahwa HKm di Kabupaten Lombok Timur memiliki tutupan lahan yang lebih terbuka daripada HKm di kabupaten lainnya. Hasil observasi pada kawasan hutan lindung di Pulau Lombok menemukan bahwa pola HKm yang terbangun merupakan pola agroforestry dengan mengkombinasikan antara berbagai jenis tanaman baik tanaman berumur panjang maupun tanaman musiman. Meskipun bukan pada termasuk kedalam kawasan HKm, pada beberapa lokasi hutan lindung ditemukan pula bentuk-bentuk lain dari HKm seperti Hutan Cadangan Pangan HCP dan Reboisasi, kawasan Vanili Banok, Hutan Penggunaan Khusus pengembangan Gaharu serta Hutan Rakyat dikembangkan pada lahan milik. Bentuk lain HKm tersebut memiliki ciri khusus pada jenis tanaman intinya. Pada kawasan HCP dan Reboisasi di Desa Sapit dikembangkan tanaman pangan dan MPTS dengan integrasi tanaman vanili sebagai tanaman andalan. Pada kawasan Hutan Lindung di Banok Kecamatan Pringgasela dikembangkan tanaman vanili sebagai tanaman intinya. Kawasan hutan lindung dengan fungsi pendidikan di Desa Senaru dikembangkan tanaman gaharu dengan kombinasi tanaman pangan. Pada Hutan Rakyat di Desa Perigi dan Desa Selaparang dikembangkan tanaman sengon diantara tanaman buah-buahan dan pangan. Bila dikaitkan dengan tanaman inti yang dikembangkan, maka bentuk agroforesti dapat diklasifikasikan menjadi enam bentuk sebagai berikut : a. Agroforestri Buah-buahan yaitu bentuk HKm dengan tanaman dominan adalah buah-buahan b. Agroforestri Pangan yaitu bentuk HKm dengan jenis tanaman dominan adalah tanaman pangan c. Agroforestri Vanili adalah bentuk HKm dengan jenis tanaman dominan adalah Vanili d. Agroforestri Gaharu adalah bentuk HKm dengan jenis tanaman dominan adalah Gaharu. e. Agroforestri Sengon adalah bentuk HKm dengan jenis tanaman dominan adalah Sengon. f. Agroforestri Kopi adalah bentuk HKm dengan jenis tanaman dominan adalah Kopi. Bentuk-bentuk HKm tersebut tersebar pada hampir seluruh wilayah di Pulau Lombok. Agroforestri Buah-buahan sebagian besar berada di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah. Demikian pula dengan Agroforestri Kopi dan Gaharu keberadaannya sebagian besar di Kabupaten Lombok Barat. Kemudian untuk jenis Agroforestri Pangan, Vanili dan Sengon keberadaannya sebagian besar di Kabupaten Lombok Barat dan Kebupaten Lombok Timur.

V. DINAMIKA DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI PULAU LOMBOK