Pengembangan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dan Moratorium

173 sebesar 3.20 persen dan luas areal perkebunan kelapa sawit juga berkurang sebesar 3.15 persen. Penurunan produksi tandan buah segar kelapa sawit dan berkurangnya luas perkebunan kelapa sawit menyebabkan harga tandan buah segar kelapa sawit meningkat signifikan sebesar 8.05 persen.

7.5 Pengembangan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dan Moratorium

Perluasan Kebun Kelapa Sawit Pada skenario keempat dilakukan simulasi kombinasi peningkatan produksi olein-stearin sebesar 20 persen sebagai indikator kenaikan produksi biodiesel dari kelapa sawit dan pelaksanaan moratorium perluasan perkebunan kelapa sawit. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 52 menunjukkan bahwa pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit dan pelaksanaan moratorium perluasan perkebunan kelapa sawit berdampak pada penurunan kemiskinan di perkotaan sebesar 2.55 persen sementara kemiskinan di perdesaan hanya berkurang sebesar 0.84 persen sehingga secara total kemiskinan hanya berkurang sebesar 1.41 persen. Kemiskinan di perkotaan yang berkurang sebesar 2.55 persen karena peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.30 persen dan peningkatan produksi sektor industri sebesar 2.89 persen yang meningkatkan upah rata-rata sektor industri sebesar 0.32 persen walaupun harga minyak goreng kelapa sawit naik sebesar 0.33 persen karena pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit. Kemiskinan di perdesaan hanya menurun sebesar 0.84 persen karena peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.30 persen sementara produksi sektor pertanian berkurang sebesar 2.14 persen dan produksi tandan buah segar kelapa sawit juga berkurang sebesar 5.44 persen namun harga tandan buah segar kelapa sawit 174 meningkat sebesar 1.79 persen dan upah rata-rata sektor pertanian juga mengalami peningkatan sebesar 0.01 persen. Tabel 52. Hasil Simulasi Pengembangan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dan Moratorium Perluasan Kebun Kelapa Sawit No. Variabel Endogen Simulasi Dasar QOL Naik 20, QST Naik 20 dan AREA Tetap Perubahan 1. Minyak Kelapa Sawit a. Produksi Minyak Kelapa Sawit 8.65 8.61 -0.41 b. Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2.89 3.02 4.51 c. Harga Domestik Minyak Kelapa Sawit 682.40 686.30 0.57 d. Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 762483.00 768552.37 0.80 e. Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5.33 5.32 -0.25 2. Minyak Goreng Sawit a. Produksi Minyak Goreng Sawit 4.87 5.05 3.66 b. Permintaan Minyak Goreng Sawit 2.05 2.05 -0.04 c. Harga Minyak Goreng Sawit 927.90 931.00 0.33 3. Perkebunan Kelapa Sawit a. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit 3.88 - - b. Produksi TBS 41.65 39.38 -5.44 c. Harga TBS 212.50 216.30 1.79 4. Upah a. Upah Rata-Rata Sektor Pertanian 436178.00 436209.00 0.01 b. Upah Rata-Rata Sektor Industri 679431.00 681611.00 0.32 5. Produksi a. Produksi Sektor Pertanian 52.85 51.72 -2.14 b. Produksi Sektor Industri 98.55 101.40 2.89 6. Pertumbuhan Ekonomi 7.56 7.73 2.30 7. Permintaan Tenaga Kerja 90.69 90.77 0.09 8. Pengangguran 3.31 3.22 -2.70 9. Kemiskinan a. Kemiskinan di Perkotaan 10.63 10.36 -2.55 b. Kemiskinan di Perdesaan 20.95 20.77 -0.84 c. Kemiskinan Total 31.58 31.13 -1.41 Pertumbuhan ekonomi yang meningkat sebesar 2.30 persen karena pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit dan pelaksanaan moratorium perluasan kebun kelapa sawit terjadi karena peningkatan produksi sektor industri sebesar 2.89 persen walaupun produksi sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 2.14 persen. Hal ini berdampak kepada kenaikan permintaan tenaga kerja yang hanya meningkat sebesar 0.09 persen sehingga pengangguran hanya berkurang sebesar 2.70 persen. 175 Pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit dan pelaksanaan moratorium perluasan perkebunan kelapa sawit sendiri memberikan dampak yang tidak terlalu positif pada industri minyak kelapa sawit nasional dimana produksi minyak kelapa sawit mengalami penurunan sebesar 0.41 persen karena tidak adanya perluasan kebun kelapa sawit sementara konsumsi atau permintaan domestik minyak kelapa sawit meningkat sebesar 4.51 persen. Kenaikan konsumsi atau permintaan domestik minyak kelapa sawit menyebabkan harga domestik minyak kelapa sawit meningkat sebesar 0.57 persen yang berpengaruh kepada kenaikan harga ekspor minyak kelapa sawit yang meningkat sebesar 0.80 persen. Kenaikan harga ekspor minyak kelapa sawit dan kenaikan konsumsi atau permintaan domestik minyak kelapa sawit menyebabkan ekspor minyak kelapa sawit mengalami penurunan sebesar 0.25 persen. Penurunan produksi minyak kelapa sawit karena moratorium ini menyebabkan produksi tandan buah segar kelapa sawit juga mengalami penurunan sebesar 5.44 persen sementara harga tandan buah segar kelapa sawit meningkat sebesar 1.79 persen. Penurunan produksi tandan buah segar kelapa sawit dan kenaikan harga tandan buah segar kelapa sawit merupakan dampak dari pelaksanaan moratorium perluasan perkebunan kelapa sawit. Pelaksanaan moratorium perluasan perkebunan kelapa sawit sesuai Inpres No. 10 Tahun 2011 dapat menurunkan kinerja indikator makroekonomi terutama dalam hal penurunan kemiskinan dan pengangguran. Untuk memperbaikinya, pemerintah dapat mendorong pengembangan perkebunan rakyat yang menggunakan lahan milik sendiri dan penanaman lahan-lahan tidur milik perkebunan swasta dan negara yang belum dimanfaatkan. Inovasi penting yang 176 juga bisa dilakukan oleh pemerintah adalah membantu meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat yang masih rendah sehingga target produksi minyak kelapa sawit yang dikhawatirkan tidak terpenuhi karena dampak moratorium perluasan perkebunan kelapa sawit dapat dicapai.

7.6 Pengembangan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dan Peningkatan