127
b. Permintaan Minyak Goreng Sawit
Hasil pendugaan parameter persamaan permintaan minyak goreng sawit memberikan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 91.61 persen. Hal ini berarti variasi variabel-variabel penjelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan
91.61 persen fluktuasi variabel permintaan minyak goreng sawit. Variabel endogen di dalam persamaan permintaan minyak goreng sawit dipengaruhi secara
nyata oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata α
0.01 yang ditunjukkan oleh statistik F dengan nilai 98.30. Tabel 21. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Permintaan Minyak Goreng
Sawit Indonesia Tahun 1988 – 2009
VARIABEL Parameter
Dugaan Prob ITI
Signifikansi DMGR
Permintaan Minyak Goreng Sawit Intercept
-1.12712 0.0330 Harga Minyak Goreng Sawit PMGR
-0.00034 0.5556
Rasio Penawaran Agregat dan Populasi RAS
2.15857 0.0001 A F-Hitung = 98.30 ; R
2
= 0.9161 ; Dw = 0.996758
Tabel 21 menunjukkan hasil pendugaan persamaan permintaan minyak goreng sawit. Permintaan minyak goreng sawit secara nyata dipengaruhi oleh
penawaran agregat per kapita. Hal ini tercermin dari nilai parameter dugaan sebesar 2.15857, artinya peningkatan penawaran agregat per kapita sebesar Rp. 1
trilyun per juta penduduk akan menaikkan permintaan minyak goreng sawit sebesar 2.15857 juta ton. Kenaikan produksi nasional per kapita menunjukkan
terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berdampak pada kenaikan pengeluaran rumah tangga termasuk penggunaan minyak goreng sawit sehingga
permintaan minyak goreng sawit meningkat.
128
c. Harga Minyak Goreng Sawit
Hasil pendugaan parameter persamaan harga minyak goreng sawit memberikan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 73.64 persen. Hal ini berarti variasi variabel-variabel penjelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan
73.64 persen fluktuasi variabel harga minyak goreng sawit. Variabel endogen di dalam persamaan harga minyak goreng sawit dipengaruhi secara nyata oleh
variabel-variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata α 0.01 yang
ditunjukkan oleh statistik F dengan nilai 15.84. Tabel 22 menunjukkan hasil pendugaan persamaan harga minyak goreng
sawit. Harga minyak goreng sawit secara nyata dipengaruhi oleh harga domestik minyak kelapa sawit. Hal ini tercermin dari nilai parameter dugaan sebesar
0.76813, artinya peningkatan harga domestik minyak kelapa sawit sebesar Rp. 1 per kg akan menaikkan harga minyak goreng sawit sebesar Rp. 0.768 per kg.
Kenaikan harga domestik minyak kelapa sawit sebagai input minyak goreng sawit menyebabkan biaya produksi minyak goreng sawit meningkat sehingga
mendorong produsen untuk menaikkan harga minyak goreng sawit. Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Minyak Goreng Sawit
Indonesia Tahun 1988 – 2009
VARIABEL Parameter
Dugaan Prob ITI
Signifikansi PMGR
Harga Minyak Goreng Sawit Intercept
366.2157 0.0101 Harga Domestik CPO DCPO
0.76813 0.0001
A Permintaan Minyak Goreng Sawit DMGR
5.66588 0.7505
Lag PMGR LPMGR 0.02780
0.8489 F-Hitung = 15.84 ; R
2
= 0.7364 ; Dw = 1.685055
129
6.2.4 Kelapa Sawit
a. Luas Areal Kebun Kelapa Sawit
Hasil pendugaan parameter persamaan luas areal kebun kelapa sawit memberikan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 96.28 persen. Hal ini berarti variasi variabel-variabel penjelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan
96.28 persen fluktuasi variabel luas areal kebun kelapa sawit. Variabel endogen di dalam persamaan luas areal kebun kelapa sawit dipengaruhi secara nyata oleh
variabel-variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata α 0.01 yang
ditunjukkan oleh statistik F dengan nilai 103.59. Tabel 23 menunjukkan hasil pendugaan persamaan luas areal kebun kelapa
sawit. Luas areal kebun kelapa sawit secara nyata dipengaruhi oleh produksi minyak kelapa sawit, nilai tukar rupiah terhadap US Dollar dan pengeluaran
pemerintah sektor infrastruktur dengan nilai parameter dugaan 0.277500, 0.000194 dan 0.050112.
Tabel 23. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Luas Areal Kebun Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1988 – 2009
VARIABEL Parameter
Dugaan Prob ITI
Signifikansi AREA
Luas Areal Kebun Kelapa Sawit Indonesia Intercept
-0.14206 0.7698
Lag Harga Domestik CPO LDCPO 0.000357
0.6946 Produksi Minyak Kelapa Sawit QCPO
0.277500 0.0001
A Suku Bunga SB
-0.00011 0.9948
Nilai Tukar ER 0.000194
0.0013 A
Pengeluaran Pemerintah Sektor Infrastruktur GEIS
0.050112 0.0094 A
F-Hitung = 103.59 ; R
2
= 0.9628 ; Dw = 1.844549
Produksi minyak kelapa sawit merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap luas areal kebun kelapa sawit dengan nilai parameter dugaan 0.277500.
Jika produksi minyak kelapa sawit naik sebesar 1 juta ton per tahun maka luas areal kebun kelapa sawit akan meningkat sebesar 0.277500 juta hektar.
130 Peningkatan produksi minyak kelapa sawit menyebabkan kebutuhan akan tandan
buah segar kelapa sawit ikut meningkat sehingga memberikan insentif kepada petani dan perkebunan besar untuk memperluas areal perkebunan kelapa sawit
untuk meningkatkan produksi tandan buah segar kelapa sawit. Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar juga merupakan faktor yang
berpengaruh nyata terhadap luas areal kebun kelapa sawit dengan nilai parameter dugaan 0.000194. Jika nilai tukar rupiah naik sebesar Rp.1 per US Dollar maka
luas areal kebun kelapa sawit akan meningkat sebesar 0.000194 juta ha. Kenaikan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar atau terjadinya pelemahan nilai tukar
Rupiah terhadap US Dollar menyebabkan permintaan ekspor minyak kelapa sawit akan meningkat dan mendorong terjadinya peningkatan produksi minyak kelapa
sawit. Peningkatan produksi minyak kelapa sawit memberikan insentif kepada petani dan perkebunan besar untuk memperluas areal perkebunan kelapa sawit
mereka. Faktor lain yang berpengaruh nyata terhadap luas areal kebun kelapa sawit
adalah besarnya pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur dengan nilai parameter dugaan 0.050112. Jika pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur naik
sebesar Rp. 1 trilyun per tahun maka luas areal kebun kelapa sawit akan meningkat sebesar 0.050112 juta hektar. Meningkatnya pengeluaran pemerintah
untuk sektor infrastruktur menyebabkan transportasi dan distribusi semakin lancar sehingga memberikan insentif kepada petani dan perkebunan besar untuk
mengembangkan lahan-lahan mereka yang terpencil sekalipun untuk diolah menjadi perkebunan kelapa sawit.
131
b. Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit